Download App
25% Giok Hijau / Chapter 1: Keluarga Harrison
Giok Hijau Giok Hijau original

Giok Hijau

Author: SiluetLazuardi_429

© WebNovel

Chapter 1: Keluarga Harrison

Merafa Harrison, putri satu-satunya dan penerus keluarga manusia harimau terkuat didunia. Ayahnya seorang pemimpin manusia harimau yang sangat dihormati. Namun, Merafa membuat sebuah kesalahan yang membuat dirinya diasingkan dari keluarganya. Keputusan menikahi seorang manusia masih bisa diterima keluarganya, hanya saja suaminya memiliki pikiran jahat kepadanya dan kawanannya. Angga Prayoga, pergi membawa senjata rahasia keluarga Harrison. Sebuah gelang giok berwarna hijau yang diwariskan turun temurun kepada keluarga Harrison. Jaden Harrison murka, beberapa pengawal putrinya dihabisi dengan buas. Rayuan istrinya sudah tak mempan lagi, Eve Harrison hanya bisa memeluk putrinya yang sedang hamil cucu keduanya. Untung saja Xion sedang pergi dengan beberapa pengawal lain, jadi ia tak pernah tahu apa penyebab kedua orang tuanya berpisah.

"Suamiku, semuanya bisa kita bicarakan. Kita bisa menghubungi keluarga Gil atau Hilton untuk bersama-sama mencari keberadaan Angga" rayu Eve kepada suaminya yang terlihat berlumuran darah.

"Giok itu akan berubah warna dan tidak berguna lagi bila dipegang manusia! Kamu masih menyuruhku untuk diam dan menunggu! Biar aku yang menghabisinya!" jawab Jaden dengan penuh amarah.

"Lihat itu, apa kau tega melihat cucu mu akan lahir tanpa seorang ayah nantinya" kata Eve sambil menunjuk Merafa yang duduk bersimpuh dengan terus menangis.

Jade hanya terdiam melihat putri satu-satunya dalam keadaan hamil tua, ia terus bersimpuh dengan memohon ampun kepada ayahnya yang sudah murka dengan suaminya.

"Ampuni aku ayah, ampuni suamiku. Ampuni kami, tolong pikirkan cucumu" pinta Merafa dengan menggesekkan kedua tangannya memohon ampun pada ayahnya.

"Urus mereka, aku akan pergi ke keluarga Gil dan Hilton. Jangan tunggu aku, mungkin beberapa tahun lagi aku kembali" kata Jaden pada istrinya.

"Baiklah, pergilah. Aku akan mengurus anak dan cucu kita. Tapi aku mohon, jangan apa-apakan Angga" jawab Eve pada suaminya yang telah berubah menjadi seekor harimau dan bersiap pergi ke keluarganya yang lain. Tak lain untuk meminta pertolongan.

Tujuh belas tahun berlalu, semuanya sudah sesuai dengan yang direncakan Eve dan keluarganya. "Maaaaahhhh! Dasi ku dimana ya?" tanya seorang gadis bermata sipit dengan berjalan kesana kemari mencari peralatan sekolah yang dibutuhkannya.

"Ini, Laura. Xion, jangan lupa sarapan" kata Merafa kepada kedua anaknya.

"Gue pake mobil" kata Laura sambil terus mengunyah roti dengan selai kacang didalamnya

"Udah sih pake motor aja. Gue ada janji sama temen" jawab Xion merebut kunci mobil yang sedari tadi dipegang Laura.

"Heh, loe kira cuma loe yang punya temen. Gue juga, hari ini gue ada janji sama Rosa" jawab Laura sambil kembali merebut kunci mobil.

Perebutan kunci mobil antara keduanya pun terjadi. Merafa dengan sigapnya merebut kembali kunci yang menjadi perdebatan pagi ini.

"Sudah, semuanya duduk. Makan, ada yang harus mamah bicarakan dengan kelian" kata Merafa serius.

"Sebentar lagi oma datang, kita akan pindah dari kota ini" kata Merafa.

"Nggak mau. Aku nggak mau pindah dari sini mah, aku males nyari temen sefrekuensi lagi. Untung aja manusia yang masih bisa temanan sama aku, kaya Rosa contohnya" jawab Laura membantah.

"Xion nggak mau pergi dari sini mah" jawab Xion dengan sikap dinginnya.

"Ini sudah keputusan mamah dan kalian tidak bisa membantahnya" jawab Merafa tegas.

"Mamah nggak bisa dong mutusin sepihak gitu" jawab Laura kembali tak terima keputusan Merafa.

Ditengah perdebatan mereka, masuknya seorang perempuan beramput putih dengan potongan cepak serta membawa tongkat. Matanya sebelah kiri berwarna hijau dan kanannya berwarna hitam, ia memang bukanlah salah satu dari kawanan manusia harimau, inilah asal mula Merafa diperbolehkan menikahi seorang manusia meskipun dirinya terlahir sebagai manusia harimau seutuhnya.

"Semuanya sudah siap?" tanya Eve pada anak dan cucunya.

"Aku belum berkemas nek" jawab Laura berusaha mengulur waktu.

"Kau sudah beritahu anak-anak untuk meninggalkan semua barangnya disini?" tanya Eve pada Merafa.

"Tinggalkan semuanya, kita benar-benar harus hidup dengan identitas lain. Agar manusia tidak curiga dengan kita" jelas Merafa pada kedua anaknya.

"Kita bisa ganti nama kok" jawab Laura masih tidak ingin pergi dari rumah yang ia tinggali selama lebih dari sepuluh tahun.

Seperti biasa, Merafa dengan tatapan tajamnya menatap Laura dengan tatapan marah yang membuat Laura berhenti bicara dan menuruti perkataan Merafa. Semuanya bersiap pergi menaiki mobil yang dibawa oleh Eve. Baru saja beberapa meter mereka berjalan meninggalkan rumah, terdengar sebuah ledakan kerasa dari rumahnya. Laura menoleh melihat keadaan yang terjadi, ia melihat si jago merah telah melalap rumahnya. Semuanya sengaja dilakukan Eve agar anak dan cucunya tidak dicurigai karena pergi tanpa berpamitan dengan tetangga. Tak lupa pula, Eve meninggalkan 3 orang jenazah yang dimanipulasi sebagai jenazah Merafa dan kedua anaknya. Semuanya dilakukan serapi dan secantik mungkin, hingga Merafa sendiri tidak mengetahui hal itu. Semua yang ada dimobil hanya memasang wajah kaget dengan rasa tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Eve juga mengatakan bahwa jika terlambat satu detik saja, mereka lah yang akan dicurigai karena tidak mati saat terjadi ledakan gas dirumah, karena pada dasarnya mereka seorang manusia harimau yang akan hidup kekal selamanya.

Perjalanan yang jauh dan memakan banyak waktu, semuanya tidak sesuai dengan perkataan Merafa yang mengatakan akan pergi berpindah kota. Mereka bahkan sudah berada dipulau lain yang jaraknya ditempuh dengan perjalanan 4 hari lamanya berkendara. Bukan karena mereka tak mampu menggunakan pesawat, namun mereka tidak mau meninggalkan jejak yang dapat dilacak seseorang.

"Anjir, pinggang gue udah mau patah rasanya" kata Laura mengeluh.

"Kita sudah sampai mana mah?" tanya Merafa pada Eve.

"Sebentar lagi kita sampai" jawab Eve singkat.

"Itu kalimat ke 1872 yang oma ucapkan" ucap Laura pada nenek yang sangat menyayanginya.

Hingga sampailah mereka disebuah rumah megah nan mewah dengan sentuhan klasik berpagar kayu ukir dengan halaman yang sangat luas. Pilar-pilar besar berjajar rapi disetiap sudut rumahnya. Inilah rumah yang ditinggali Eve sendirian tanpa suami dan seorang anak, hanya beberapa pelayan dan supir yang ia anggap sebagai keluarga

"Terima kasih, Adi" kata Eve pada supir yang setia mengantar dirinya dan keluarganya.

Adi merupakan keturunan manusia harimau yang tidak memiliki kedua orang tua, ibunya mati saat melahirkan dirinya, sedangkan ayahnya mati karena diserang oleh keluarga Aeron. Dengan hati-hati Adi menghentikan mobil. Dibukanya pintu mobil untuk Eve yang sudah seperti ibu kandungnya

"Xion, Laura. Biarkan pelayan yang menunjukkan kamar kalian, istirahatlah dulu. Semuanya sudah oma siapkan dikamar kalian masing-masing. Merafa, kamu ikut mamah sekarang" jelas Eve pada anak dan cucunya.

"Baik oma" jawab Laura dan Xion bersamaan.

"Baik mah" jawab Merafa sambil mengikuti ibunya berjalan ke suatu meja makan klasik yang sangat panjang dengan hiasan lilin yang menyala.

"Ini, bagikan dengan warga sekitar. Perkenakalkan dirimu dan anak-anak mu. Aku akan istirahat sebentar" jelas Eve yang nampak kelelahan memberikan beberapa macam buah kedalam keranjang buah yang dihias cukup cantik.

Merafa segera mengambil beberapa keranjang buah yang akan dibagikan kepada tetangganya. Pelayan yang melihat Merafa kesusahan berusaha membantunya dengan membawa semua keranjang buah yang tersisa diatas meja. Satu dua rumah mereka datangi, semuanya memberikan respon baik kepada Merafa, hingga tibalah Merafa disebuah rumah minimalis dengan mobil dihalaman rumahnya.

"Permisi, selamat siang" ucap Merafa mengetuk pintu rumah yang gerbangnya sudah terbuka sepenuhnya sehingga memudahkan Merafa menjamah serambi rumahnya.

"Iya, siapa ya?" tanya seorang gadis muda berusia Laura yang keluar dari rumah.

Merafa mencium hal aneh pada keluarga ini, bau khas manusia harimau ada pada tubuh anak ini. Namun Merafa berusaha menutupi hal itu didepan gadis yang sedari tadi menunggu dirinya mengatakan sesuatu.

"Ah, ini. Saya warga baru disini, saya tinggal dirumah Ibu Eve" kata Merafa memberikan bingkisan buah.

"Kau anak atau keluarganya Ibu Eve? Ananta, masuk sebentar kekamar" tanya seorang wanita dari dalam rumah yang berjalan menuju serambi dan menyuruh putrinya masuk kekamar terlebih dahulu.

"Saya anaknya" jawab Merafa dengan tersenyum simpul.

"Rupanya benar, kau pasti Putri Merafa. Putri satu-satunya Pemimpin Jaden dan Pemimpin Eve, kami bangsa yang memuja Keluarga Harrison" jelas wanita yang terihat menghormati Merafa.

"Oh, ternyata kau bangsa kami. Terima kasih sudah menemani dan melindungi ibuku selama ini" kata Merafa sambil memegang kedua tangan wanita itu.

"Tidak, putri. Aku yang berterima kasih karena Pemimpin Eve sudah melindungi keluargaku dari serangan Keluarga Aeron".

"Sudah, jangan panggil aku putri. Panggil saja Merafa, atau Bu Merafa. Karena kita sama dan seumuran, tolong sembunyikan pula identitasku dari anak dan keluarga mu" jelas Merafa yang beranjak meninggalkan rumah itu.

"Baik, terima kasih hantarannya. Bu" jawab wanita itu berlalu menutup pintu rumahnya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login