Ariel sedang duduk di depan meja rias masih dengan jubah mandinya ketika mendengar Sena masuk ke dalam walk-in closet. Sena memakai handuk yang dililitkan dipinggangnya sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk yang lebih kecil. Kulitnya terlihat semakin putih. Perutnya rata namun otot-ototnya mulai terbentuk. Pandangan mereka bertemu satu detik namun tanpa obrolan. Sena masih marah padanya karena kejadian saat sarapan tadi. Ariel melihatnya mengambil pakaian dalam di dalam laci kemudian dilemparnya ke atas sofa panjang berbahan kulit tanpa sandaran di tengah-tengah ruangan. Sena kemudian bergeser untuk mengambil celana kerjanya lalu melemparnya tepat di atas pakaian dalamnya. Sena sempat meliriknya sebentar lalu berpaling pada gantungan kemeja. Ariel memandangi bahu lebarnya yang telanjang.
"Ariel, jangan melihatku begitu. Aku pria normal," kata Sena datar sambil memilih kemeja di deretan warna biru.