Zizi mengedarkan pandangannya pada ruangan satu lantai di depannya. Zizi tidak tahu berapa luas ruangan ini. Ini satu lantai apartemen yang hanya berisi satu ruangan, benar-benar satu ruangan. Tidak ada sekat tembok sama sekali. Warnanya didominasi warna merah, warna merah yang sama seperti warna merah di logo klub sepakbola favoritnya. Zizi melihat gambar logo Sevilla Futbol Club di salah satu tembok kamarnya. Logo yang super besar. Tingginya setinggi tembok lantai kamarnya. Zizi tidak tahu berapa meter tinggi dan lebarnya. Ini terlihat menakjubkan. Dia jadi ingin berfoto di depannya. Zizi juga melihat banyak sekali foto pemain bola yang digantung di dindingnya yang Zizi yakini itu pemain bola dari klub favoritnya karena tidak satupun dari mereka Zizi kenali. Mata Zizi terpatri pada salah satu foto pemain yang terlihat sangat tampan, senyumnya manis, dan matanya indah.
"Hesu Nava. Hesus Navas. Jesus Navas. J dibaca H. Jesus Navas," Andres memberi tahu.
Ikut sedih mengenang kepergian Jose Antonio Reyes dan Antonio Puerta...
Untuk Sevillistas Indonesia yang membaca bab ini mari kita mengheningkan cipta untuk mengenang jasa dari dua legenda ini...
.
Aku baru tahu ada Sevillistas di Indonesia setelah mendapat email dari salah seorang dari mereka yg membaca novel ini. Aku lalu memberitahu sepupuku di Jaén, dia bilang sudah tahu. Aku memberitahu teman-temanku di Sevilla, beberapa dari mereka juga bilang sudah tahu. Aku memberitahu ke temanku di Federasi Peña Sevillistas, dia bilang peña Sevillistas Indonesia sudah masuk menjadi anggota resmi mereka. Wkwkwk aku merasa ketinggalan.
.
.
.
Terima kasih untuk semua dukunganmu!
Aku menyayangimu!