Download App
7.88% Fell in LOVE with a CRIMINAL / Chapter 39: Kesalahpahaman

Chapter 39: Kesalahpahaman

"Earl! Demi tuhan! Cepat kesana sekarang! Ada dua speedboat di balik tembok belakang!" Earl semakin tidak sabaran.

"Tunjukkan aku koordinatnya,"

"Tepat di belakang gudang perlatan kebun!"

Dorr dorr dooor

"Deteksi area sekitar," Earl membanting stir ketika berondong peluru menghujami mobilnya.

"Sial sial sial sial sial," umpat Earl langsung.

Ia langsung memanuver mobilnya menabrak ke arah penembak. Seketika bidikan laser mengarah ke mobil Earl. Sniper di atas gedung mulai berpartisipasi. Earl tidak tahu sedaritadi sniper di atas sana sedang apa sampai penyusup memasuki istana mereka tidak tahu.

Suara tembakan sempat hening seketika. Earl segera berlari menuju lokasi speedboat itu. Namun ketika Earl dua ratus meter lagi sampai di tembok itu, Earl melihat Jason disana berdiri diatas atap gudang peralatan dan suara tembakan tidak terelakkan.

"Tom!"

Earl berdecak ketika komunikasi dengan Tom terputus.

Dorrrr

Mata hijaunya yang tajam melirik sekitar. Ketika sniper menembakkan pelurunya dan membuat seluruh penjaga menempatkan kewaspadaannya. Earl pun memanfaatkan jeda waktu yang tercipta karena suara tembakan sniper itu yang memecahkan keributan peluru yang bersaut-sautan di area barat.

"Bagus. Baru sekarang berpartisipasi?" cemooh Earl.

Earl melompat cepat dan dengan bidikan tepat ketika Jason lengah, Earl melepaskan pelurunya dan mengenai tepat di pundak kirinya. Earl menang. Dengan peluru yang tersisa, Earl kemudian berlari berlawanan arah dan langsung berlari, bersembunyi di balik pohon yang kemudian tatapan tajamnya menatap kepala yang terlihat di balik batu air mancur.

Earl tidak perlu berjalan mengendap karena ia tengah bertelanjang kaki dan alih-alih menembak kepalanya Earl dengan sekali hantam kepala itu langsung pingsan seketika.

"Perhatikan sekelilingmu ketika bersembunyi, bodoh" kata Earl langsung merampas senjata itu dan langsung berlari ke arah barat lagi.

Ia tidak mendapati keributan lagi ketika suara speedboat terdengar menjauh.

"Brengsek! Mereka lepas!" maki Earl yang langsung memanjat tembok dan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri Arthur dan Jason menjauh dari tembok barat.

"Sial!" Earl pun mengusap wajahnya kasar. Kemudian melompat turun ke bawah. Kembali menuju pria yang pingsan tadi. Menyeretnya menuju dekat mobilnya.

"Kau dan bos kalian yang bajingan itu, suatu saat akan membayar semua ini," kata Earl menyumpahi Arthur dengan kejam. Earl memborgol pria itu yang kemudian beberapa mobil menghampiri Earl.

"Earl! Kau tidak apa-apa?" Tom langsung menghambur pada Earl. Ia melihat Earl sangat buruk sekali penampilannya. Earl mengangguk.

"Segera singkirkan mobilku. Amankan speedboat yang tersisa. Temukan satu mayat lagi, dan bawa orang ini markas," ucap Earl yang kemudian memasuki mobil Tom.

Earl sangat kesal setengah mati kali itu. Ia hanya terdiam ketika terakhir pemandangan yang ia lihat adalah Arthur yang menatapnya balik. Namun dengan seringai mengerikan disana. Earl sempat berpikir jika itu bukan Arthur, tetapi mengingat wajah mereka sama. Earl memijat keningnya sakit kepala. Lagi-lagi perasaan aneh yang baru Earl rasakan.

"Bawa aku ke pusat kontrol, pak Presiden pasti mencariku," Tom pun mengangguk.

Menyisakan Earl dengan lamunannya pada hal lain tentang Arthur.

Pesta malam itu berjalan dengan lancar. Para petugas segera membersihkan lokasi dan menutup semua informasi dari awak media. Tidak ada yang tahu seberapa menegangkannya ketika suara peluru saling bersahutan di dalam gedung sana. Earl duduk merenung dengan jaket yang tersampir di punggungnya.

Wajah Earl sama sekali tidak bersahabat. Bahkan Tom dan Duke tidak punya nyali mengganggu Earl saat ini. Di tatap dengan tatapan mematikannya saja sudah cukup mencekik mereka sampai mati. Namun berbeda dengan Earl. Pikirannya kacau sekali hingga rasanya ia butuh air es untuk disiram di kepalanya.

Earl mengerutkan alisnya ketika beberapa kilas balik kejadian tadi. Tubuhnya mendadak kaku karena sesuatu dari Arthur mengganggu pikirannya. Earl berani bersumpah jika Arthur tidak akan melakukan pemberontakan di pesta ini. Terlebih jika dia punya otak, tentu saja butuh persiapan yang matang. Earl menghela nafasnya lelah.

Earl melirik tangannya. Banyak sekali luka lecet dari siku hingga kuku yang patah. Earl sangat kacau. Bahkan kakinya yang berdarah lecet berlarian tanpa mengenakan alas kaki. Gaunnya kotor dengan noda tanah dimana-mana. Bahkan ketika ia melihat pantulan dirinya dari pantulan cermin, makeupnya luntur dan rambut yang entah mengapa sanggul rambutnya bisa berpindah ke kiri.

Earl mengerang malu. Kenapa tidak ada yang menegurnya. Sialan! Umpat Earl. Ia segera mencuci wajahnya dan merapihkan rambutnya. Ia mengikat ponytail rambutnya dan terlihat sedikit segar kembali.

"Earl, ikut denganku," ucap seseorang pada Earl. Earl pun mengikutinya.

Ketika sebuah pintu terbuka dan disana telah ada rekan tim Earl bersama dengan beberapa pengawal pribadi Presiden. Disana wajah Presiden sangat pucat sekali begitu Earl memasuki ruangan. Entah kemana rona wajah Presiden yang ceria ketika menyambut tamu dengan suka cita. Earl mendudukkan diri kursi.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Presiden langsung pada Earl.

"..."

"Earl?" Earl sempat terdiam lama ketika Presiden bertanya. Setidaknya, Presiden juga harus tahu.

"... dia datang untuk mencariku," jawab Earl yang langsung membuat Tom dan Duke saling melirik.

Mereka sudah tidak bisa menyembunyikan lagi jika Arthur hanya terobsesi pada Earl. Itulah mengapa Arthur selalu berada di sekitar Earl. Mengawasi bahkan sampai terlibat kontak fisik berkali-kali.

Earl pun menjelaskan panjang lebar. Dan seketika langsung membuat Presiden menundukkan kepalanya dalam. Presiden menguatkan kepalan tangannya. Ingin sekali menghajar seseorang ketika ia menghela nafas dan berusaha tenang. Earl melirik pada Ricard disana yang melipat kedua tangannya. Presiden pun mengangguk.

"Aku sedikit tenang sekarang. Setidaknya, kita punya kelemahannya saat ini. Earl, ku harap kau mengerti maksudku," Earl mengangguk.

"Jika ia mengincarmu karena kau adalah orang yang melihat dirinya. Dan mungkin ia tidak akan membiarkanmu berjalan-jalan sehat di sekitar mereka sekarang," kata Presiden. Tom dan Duke lagi-lagi saling melirik.

Rasanya kurang tepat ketika Presiden mengatakan itu. Karena kenyataannya adalah, Arthur terlibat hubungan romantis dengan Earl dan akan menjadi agenda utama Arthur untuk mendapatkan Earl.

Earl kemudian menjelaskan sisa di kejadian itu untuk dimasukkan ke dalam catatan. Termasuk menghukum beberapa penjaga karena bisa lalai dalam tugas. Dan rapat malam itu, akhirnya ditutup.

-Di kantor Arthur-

"Brengsek! Sialan, gadis terkutuk!" maki Jason.

Ia membebat pundak kirinya dengan kain kasa ketika darah merembes dari lubang bekas tembakan Earl. Jason telah berhasil mengeluarkan selongsong peluru di pundaknya. Hanya saja, tanpa anestesi rasa sakitnya sangat menyiksa. Jason sangat kesal sekali mendapat Arthur disana duduk dengan santai, memegang anggur dan tersenyum maklum.

Seperti seorang ayah yang mendengar anaknya memukul anak tetangga karena anak tetangga sangat kurang ajar, Arthur tersenyum kebapak-bapakkan menatap Jason. Matanya tidak sedikitpun memberikan tatapan sedih ataupun prihatin melihat Jason merintih kesakitan di hadapannya. Jason mendengus kasar.

"Aku kesakitan, Ok? Bisakah kau hentikan tatapan sialmu itu? Lukaku semakin perih melihatnya," ucap Jason emosi.

.

.

.

To be continued


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C39
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login