Download App
4.53% Fell in LOVE with a CRIMINAL / Chapter 22: Bab 22. Dua Orang Istimewa

Chapter 22: Bab 22. Dua Orang Istimewa

Wania yang bahkan sekali dilihat langsung membuat kesal bagi siapa saja yang melihatnya itu tersenyum penuh penghinaan. Sambil menatap Earl dari atas ke bawah, mencari titik cacat agar ia bisa dibandingkan lebih rendah darinya.

"Aku memindahkannya ke dalam kardus. Karena aku tidak punya loker, jadi aku memakai loker yang ada." Ujarnya santai. Ketika bibir itu tersenyum, ia seperti memenangkan sesuatu dari Earl.

Tom yang melihat kelakuan wanita itu sebenarnya geram sekali. Sudah beberapa hari wanita itu bersikap seolah dia ratu paling cantik di ruangan mereka. Jujur saja, ia sempat beberapa kali mendapati wanita itu menatapnya walaupun ia tanggapi dengan dengusan menghina.

Bahkan Duke yang mengintip di sela monitornya pun dibuat kesal dengan betapa arogannya wanita itu. Tidak menghormati seniornya sama sekali. Duke benci sekali mengetahui fakta bahwa mereka berdua justru akan menjadi beban di tim mereka.

Earl tersenyum dan menggigit bibirnya yang bisa dikatakan oleh Finni, Tom dan Duke. Bahwa gerakan menggigit bibir itu membuat bulu kuduk mereka merinding. Duke dan Finni sampai harus menahan reaksi karena bagi mereka itu sungguh seksi sekali.

"Kau baik sekali. Aku berniat membawa semua baju untuk dicuci. Ternyata kau mengumpulkan dan mengepaknya. Aku berterima kasih padamu." Kata Earl menepuk pundak wanita itu. 

Earl seorang wanita juga, tetapi ia menilai dari sosok wanita di hadapannya ini telah mengibarkan bendera perang pada kedaulatan damai dalam diri Earl. Wanita dengan rambut disanggul rapi itu menatap Earl begitu tajam dan mengibaskan pundaknya ketika Earl menepuk pundaknya.

"Tidak perlu berterima kasih." Kata wanita itu terlihat kesal dan duduk kembali di kursi. Pria yang sedaritadi sibuk membuka seluruh file yang ada di komputer Earl menoleh dan ternyata pria itu juga menatapnya. Earl acuh saja.

Finni mengangkat kedua pundaknya sekali dan kemudian melihat papan schedule di atas mejanya. Setelah memastikan jadwal, ia melihat jam di tangannya sebelum ia kembali meletakkan papan schedulenya di atas meja.

"Sudah waktunya meeting. General akan tiba." Ujar Finni yang berjalan keluar dari ruangan dengan beberapa dokumen yang dibawanya. Mereka pun satu persatu keluar dari ruangan dan berjalan menuju ruang rapat. Termasuk Earl yang merapikan sedikit seragamnya sebelum keluar ruangan.

"Earl, apa kau pikir mereka terlalu berlebihan?" Duke langsung menempeli Earl dan mulai bertanya.

Ia yang berjalan berdampingan dengan Earl sedikit berbisik karena memang pada dasarnya Duke tidak pernah bergosip. Baru kali ini ia tidak bisa menahan mulutnya untuk menggosipi wanita itu. Sedangkan Tom berjalan dua langkah di depannya. Earl dengan mata bosannya menatap Duke.

"Aku rasa memang wanita itu berlebihan Earl. Pukul saja sekali, aku dan Duke akan tutup mulut jika kau dendam padanya." Bahkan Tom menimpali yang langsung mendapat dukungan dari Duke juga. Earl menghela nafasnya yang terdengar berat.

"Aku tidak peduli, Duke. Jika kinerjanya bisa dimanfaatkan untuk kerjasama tim, aku rasa tidak masalah mau seperti apa dia bertingkah." Ucap Earl santai sambil menatap keluar jendela. Di luar tampaknya sedang ada pelatihan. Duke menggelengkan kepalanya pasrah. Ia menatap dua orang yang masih asing berjalan mendahuluinya.

"Well... aku mungkin hanya terlalu banyak berpikir." Ujar Duke pada akhirnya.

Di dalam ruang rapat, disana Ricard duduk dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak. Tetapi tidak dengan General yang duduk dengan tenang dan berbicara langsung pada topik utamanya.

Earl hanya diam dan mendengarkan saja ketika pembahasan kali ini tentang para negara asing yang ikut serta dalam perburuan Arthur seperti biasa. Dan tanpa disangka-sangka ketika General mengumumkan sesuatu yang membuat kemarahan Earl terpancing.

"Aku mengutus Michele dan Ryan untuk bergabung pada tim lapangan. Dan aku harap kalian bisa saling bekerja sama." 

'What? Ada apa ini?' Batin Earl menatap General saat itu. Tidak ada yang menyambut atau bahkan mengucapkan selamat bergabung pada wanita bernama Michele itu. Earl lalu memutuskan untuk mengangkat tangannya.

"Saya ingin menyampaikan pendapat." Semua pasang mata menatap ke arah Earl dan mulai mendengarkan. "Pertama, saya tidak menerima pemberitahuan seleksi untuk personil lapangan yang baru. Dan saya tidak ingin membawa mereka dalam keadaan abu-abu mengingat tim saya pernah jatuh korban sebelumnya-"

"Itu karena kau tidak kompeten." Michele dengan gamblangnya memotong perkataan Earl dan mencelanya "Seharusnya jika seseorang yang berkompeten mampu membawa tim dan meminimalisir jatuhnya korban. Kau minus dalam hal memimpin dan akibatnya kau hanya mencelakakan dirimu sendiri bahkan orang lain bisa saja menjadi korbanmu." Lanjutnya penuh percaya diri.

Earl yang sedaritadi enggan melihatnya kini dengan penuh minat menatap ke arah Michele. Ia duduk bersandar dan melipat kedua tangannya. Earl jelas tahu kondisi ini. General disana hanya duduk diam seperti batu dan mengamati saja saat tatapan Earl jelas sekali menatapnya dengan tajam. Tidak takut sama sekali.

Sedangkan pihak baru dengan berkuasanya mencela perkataannya dan menumpahkan kesalahan yang bukan dari dirinya. Oh, Earl paham jika wanita arogan yang berkuasa ini adalah anak seorang General AL yang kini berusaha memprovokasi diriya.

Tidak heran jika General tidak menatapnya ketika Earl berbicara. Jelas sekali ini konspirasi di belakang layar. Ini membuat Earl jijik, sangat menjijikkan.

"Oh baiklah, seperti apa yang dikatakan Nona Michele. Saya tidak perlu berbasa-basi, jika penempatan yang tidak sesuai prosedur ini menempatkan personil baru dalam kondisi membayakan nyawa. Maka saya sebagai personil di dalam tim tidak punya andil dalam membantu atau menyelamatkan mereka karena saya tidak berkompeten." Ujar Earl menatap General begitu menuntut. 

Ia sengaja merendah atas perkataan Michele tadi. Tidak peduli Michele di kursinya masih saja arogan dan menatap dirinya dengan tatapan merendahkan. Wanita bodoh itu tidak tahu saja bahaya yang akan menyapa mereka jika sudah berada di lapangan.

Earl hanya menatap General yang seperti meyiramkan bensin pada api. Earl hanya perlu memastikan jika ia tidak akan bertanggung jawab atas hilangnya nyawa dua anak manja yang statusnya istimewa itu.

Finni tidak dapat berkomentar apapun disana. Ketika General seperti mengantar dua anak bebek yang bodoh dan arogan menuju sarang buaya. Tidakkah General lupa, ketika presiden membentuk tim khusus ini untuk penyelidikan dan penangkapan buronan Internasional yang membahayakan kedaulatan negara.

Finni hanya mampu menatap Earl prihatin. Begitu pula dengan Tom dan Duke. General melemparkan tanggung jawabnya pada Earl. Dan jika dua orang itu mati, Earl yang akan dihukum mati oleh negara. Sungguh sial.

Bagaimana jika mereka berdua mati sungguhan? Earl menggelengkan kepalanya tidak percaya pada General. Benar-benar tidak menyangka jika Generalnya sendiri yang akan menguburnya hidup-hidup di dalam tim.

Earl menatap kedua tangannya yang tertaut di atas meja sejenak. 

"Kalau begitu saya memutuskan mengundurkan diri dari tim lapangan." Earl mengangkat kepalanya dan menatap General dengan rahang mengetat sempurna. Ini adalah jalan satu-satunya yang harus ia ambil jika tidak ingin mati konyol di dalam misi.

"Earl-" 

"Saya permisi." Earl langsung memotong perkataan Ricard dan segera beranjak dari ruang rapat. Suasana mendadak heboh sekali sampai berakhir menjadi keheningan.

Tom mengusap wajahnya dengan kasar sebelum ia juga ikut keluar dari ruangan untuk mengejar Earl.

-Club Malam Distrik B-

Earl duduk menghadap meja bar dengan satu botol Whiskey di hadapannya. Menghabiskan waktu berdua dengan Whiskey di malam mengenaskannya ini. Setelah pengunduran dirinya dari Tim, General tanpa banyak bicara langsung menyetujuinya.

Dipikirnya Earl hanya bercanda mengatakan akan keluar dari tim. Earl tidak berharap General Abey mau membujuknya. Persetan! Earl tidak peduli lagi dengan misinya. Earl langsung menjalani prosedur serah terima tugas pada Michele dan Ryan. Tom bahkan merengek frustasi padanya siang itu.

Tetapi kenyataan membuatnya murka. Earl hanya menggeram marah ketika ia mendapatkan data diri lengkap Michele dan Ryan dari Tom. Earl bahkan langsung meremas kertas itu dan membantingnya di meja.

Ia enar-benar berang ketika melihat status akademik yang buruk dari dua orang itu. Bahkan tidak ada nilai B disana. Dan untuk pelatihan semuanya kosong. Jelas sekali ia masuk jajaran perwira karena pangku tangan ayahnya sebagai General AL.

Earl semakin kecewa lantaran data diri Ryan yang pintar di segala nilai akademis, tetapi pelatihannya juga kosong sama seperti Michele. Tidakkah otak mereka bekerja dengan baik? Apakah tugas seperti ini seperti taman bermain baginya?

Earl tidak kuasa mendengar perkataan Tom ketika mengetahui fakta bahwa mereka tertarik dengan kasus ini karena sedikit tahu tentang Arthur di jagat maya. Ia bahkan menahan makiannya agar terlihat pantas di depan anggota timnya.

"Aku menyerahkan tugas sepenting ini pada anak idiot yang hanya tahu merengek. Aku pikir awalnya mereka berbakat!" Earl membentak begitu marah. Tom dan Duke hanya terdiam ketika melihat Earl marah. Earl yang marah memang selalu membuat mereka terdiam seribu bahasa.

"Ricard tahu masalah ini?" Dengan tatapan nyalangnya Earl bertanya pada Tom dan Duke.

"Ia justru lebih tahu dari ini Earl. Mereka masih satu kerabat karena mereka keponakan dari keluarga istri Ricard." Duke menjawabnya.

"Astaga...." Earl menggelengkan kepalanya frustasi.

Dan di sinilah Earl berada sekarang. Melepas setresnya dengan Whiskey sambil berusaha menikmati musik keras yang nyatanya akan merusak pendengarannya. Tangannya terus menuangkan whiskey hingga habis tak bersisa.

Meninggalkan Earl disana dengan tangan yang terus memijat dahinya. Gemas tentu saja. Earl masih ingin minum, tetapi mengingat kondisi satu ginjal yang ia punya, Earl pun menggantinya dengan memesan tiga gelas jus.

"Sialan...." Gumam Earl memaki pelan.

Ketika pikirannya sedikit lebih tenang, matanya menyusuri sekitar. Memperhatikan banyaknya orang berdansa erotis disana. Banyak diantara mereka duduk dengan 'sugar dady' dan melempari penari tiang dengan uang. Hanya Earl satu-satunya wanita yang dijauhi karena terus memaki setiap selesai meneguk Whiskey.

Earl hanya menikmati musik yang menghentak kencang untuk menjinakkan emosinya. Di tengah-tengah hentakan musik itu, matanya tidak sengaja menatap seorang pria yang baru memasuki club dengan setelan jas yang rapi.

Pria itu terlihat mencari-cari seseorang sebelum pandangan mata mereka bertemu. Yeah! Sayangnya orang itu adalah Arthur disana. Earl tersenyum aneh.


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C22
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login