"Kayaknya sih si Bara gak ngikutin kita," kata Alisha yang lanjut mengeluarkan waffer-nya lagi dan menggigitnya. Lalu ia menoleh pada Pradita yang sedang berjuang untuk menstabilkan otaknya. "Lu kenapa, Dit?"
"Kepala gua pusing, Al. Haduh, gua gak biasa jalan di bus, terus ngeliat ke belakang. Gua jadi pengen muntah."
Alisha terkesiap. "Gua panggilin Pak Johan ya!"
"Gak mau! Alisha lu mah doyan manggilin Pak Johan!" seru Pradita. "Jangan lah, plis. Gua lagi rada sebel sama dia. Kejadian yang kemaren itu, dia lebih belain si Arini daripada percaya sama kata-kata gua. Males lah gua mah."
"Lah terus lu gimana? Katanya mual. Gua takut lu muntah beneran. Eh, bentar gua ada keresek kecil bekas dari mini market. Bentar."
Alisha memasukkan kembali waffer-ya ke dalam tas, dan kemudian mengeluarkan keresek hitam dari tasnya. Ia pun menyerahkannya pada Pradita. Beberapa detik kemudian, Pradita menunduk dan mengeluarkan semua makan pagi dan waffer coklatnya.