Download App
69.23% FALLEN ANGEL ( SLOW UPDATE ) / Chapter 18: 17 SEBUAH PENGAKUAN

Chapter 18: 17 SEBUAH PENGAKUAN

Belum habis rasa kaget Jinx, Anthony tiba-tiba mengangkat tubuhnya ke atas salah satu pundaknya dan segera membawanya pergi dari arena. Jinx yang tersadar beberapa saat kemudian lalu mulai meronta-ronta dengan kalut.

"SIALANNNN!!!!!! LEPASKAN AKU…CEPATTTT!!!!"

Semua mata mengiringi kepergian mereka berdua dengan tatapan bingung dan shock. Hanya Adrian yang langsung bereaksi cepat dan menghadang langkah Anthony setelahnya.

"STOP!!!! LEPASKAN DIA SEKARANG JUGA!!!"

"Tidak bisa! Aku mau mengobati luka-lukanya. Minggir!!!" usir Anthony galak pada Adrian yang sedang menutupi jalannya. Adrian tetap tidak bergeming dengan raut wajah paling jelek yang pernah dilihat oleh Anthony. Tapi kemudian ia merasa ada seseorang yang berdiri tepat di belakangnya serta mengangkat tubuhnya dengan sangat mudah!

"Pak Ruslan, aku titip anak itu kepadamu ya?"

"Tidak masalah, Tuan…" kata pria bertubuh besar yang dipanggil Pak Ruslan tersebut.

Anthony dengan cepat langsung menuju ke arah parkiran, mendudukkan Jinx di kursi penumpang dan dirinya sendiri di kursi pengemudi lalu melarikan mobil ke dalam apartemennya.

Mata Audy melotot sejadi-jadinya!!!

IA DICULIK!!! DICULIK!!!

Ia ingin melawan, tapi rasa sakit di sekujur tubuhnya tidak bisa diabaikan begitu saja. Jadi, ia hanya bisa terdiam pasrah di kursi penumpang. Membiarkan Anthony untuk membawanya ke apartemennya.

Sesampainya mereka di dalam ruangan, Anthony lalu mendudukkan Audy di sofa sambil dirinya mengambil kotak obat di salah satu lemari gantung. Sementara Audy hanya bisa berbaring lemah di atas sofa.

"Balikkan tubuhmu…." perintah pemuda itu tegas. Audy menggeleng. Mau apa bocah ini!!!

Jangan harap ia mau memberikan dirinya untuk dipegang-pegang seenaknya!!

"Aku tidak akan berbuat macam-macam padamu….Please, Dy. Trust me.."

Audy tetap menggeleng keras. Lalu, tiba-tiba Anthony mencium bibirnya sekali lagi! Kali ini Audy bisa memberikan tamparan telak ke pipi pemuda itu dengan wajah merah padam. Tapi Anthony tidak marah. Ia hanya tersenyum bodoh sekali lagi.

"Mau kuobati lukamu atau kucium lagi sekali lagi?"

Audy akhirnya menyerah dan membalikkan tubuhnya. Membiarkan pemuda tersebut untuk mengekspos punggungnya serta memberikan obat luar akibat pertarungan mereka barusan. Beberapa luka memar dan bengkak mulai muncul di area pinggang dan punggung Audy. Anthony lalu mengoleskan salep pereda nyeri di bagian-bagian tersebut dengan wajah prihatin.

"I'm so sorry, Dy. I didn't mean it but I don't know how to contact you anymore. We were fine before but now, you always hiding and avoid me with no reason and I don't know why…."

(Maafkan aku, Dy. Aku tidak bermaksud seperti ini tapi aku tidak tahu bagaimana menghubungimu lagi. Dulu, kita baik-baik saja tapi sekarang, kau selalu bersembunyi dan menghindariku tanpa alasan yang jelas. Dan aku tak tahu kenapa…)

Anthony lalu menyediakan obat kapsul untuk mengobati luka dalam dan segelas air putih di atas meja.

Audy terdiam. Pikirannya kembali membayang kepada permintaan kakaknya. Yah, mungkin ia harus menjelaskan alasannya. Ini tak adil bagi Anthony. "Itu…karena…"

Ponsel Anthony tiba-tiba berbunyi. "Ah, maaf… sebentar…"

Anthony lalu menuju balkon untuk menerima panggilan teleponnya. Sementara Audy melepas wig dan menelepon Mama Theresia untuk memberitahukannya kalau ia akan menginap di rumah temannya malam ini. Audy kemudian meneguk obat tersebut dengan segelas air dan tak lama kemudian langsung jatuh tertidur.

.....................…

"Halo, Anthony? Apa malam ini kamu ada waktu? Aku ingin bertemu denganmu sebentar. Bolehkah?"

Anthony menoleh ke arah sofa dimana Audy berada dan melihat kalau gadis itu sudah tertidur. Ia menghela nafas panjang dan berkata," Baiklah, mau bertemu di mana, Anas?"

Anas menyebutkan lokasi sebuah restoran kepadanya serta memberikan titik GPS lokasi restoran tersebut sehingga Anthony tidak akan tersesat nanti.

Setelah memindahkan tubuh Audy ke atas kasurnya serta menyelimuti tubuh gadis tersebut, Anthony langsung mengambil helm dan jaket kulitnya lalu berangkat ke titik pertemuan yang mau ditujunya.

....................

Azalel sedang berdiri di atas atap salah satu bangunan gedung bertingkat ketika Reuben mendatanginya dengan wajah panik dan cemas.

"Aza… Aza, kau benar!! Astaga!! Penyakit jatuh cinta itu memang berbahaya sekali!! Bagaimana jika Althea benar-benar tak mau pulang ke surga bersama kita??"

Misi mereka memang terancam gagal kalau dalam sebulan ke depan, Audy memutuskan untuk tetap menjalani kehidupannya sebagai manusia biasa.

Azalel menghela nafas panjang. "Bukan itu yang kukuatirkan sekarang…"

"Nah, lalu? Lalu? Lalu..apa?"

"Malam ini, ingatan pertamanya sebagai seorang malaikat akan terbangun…"

..................…..

Audy kembali bermimpi malam itu. Kali ini mimpinya sangat jelas dan terang. Ia kembali ke tempat yang bercahaya itu lagi. Ia merasa kalau dirinya tengah terbungkus di dalam kelopak sebuah bunga raksasa berwarna transparan dengan pendar cahaya pelangi. Satu persatu, kelopaknya mulai terbuka dan ia melihat kalau dirinya dikelilingi oleh para penghuni surgawi dalam berbagai bentuk dan rupa. Sebagian besar dari mereka menyerupai dirinya. Sebagian lagi tampak ganjil tapi tetap indah dan enak dilihat. Ketika ia mulai bangun, seluruh penghuni surgawi lalu bersorak gembira saat menyambut kedatangannya. Ia juga melihat sosok Azalel dan Reuben yang ada diantara mereka. Lalu sebuah sosok lagi. Audy tak bisa melihat wajahnya karena sinarnya terang sekali tapi auranya sangat lembut dan nyaman. Seperti seorang ayah kepada anaknya sendiri.

"Selamat datang, Al…"

Audy langsung terbangun. Keringat membanjiri dirinya. Nafasnya terengah-engah. Matanya nyalang saat ia tersadar kalau ia sedang berada di dalam sebuah kamar.

Ap…apa itu tadi?

..........................

Anthony sampai di restoran yang ditunjukkan oleh Anas dalam waktu 20 menit.

Untuk pertemuan ini, Anas sengaja memilih tempat duduk yang paling romantis dimana mereka berdua bisa mengamati pemandangan kota Bandung dari atas dan menatap cantiknya kerlap-kerlip lampu kota yang bertebaran di bawah mereka seperti ribuan bintang yang tersebar di atas bumi.

Melihat kedatangan Anthony, Anas yang memang sengaja sudah mempersiapkan dirinya, langsung tersenyum. Malam itu, ia berdandan cantik sekali. Kulit eksotisnya berpadu dengan gaun midi yang berwarna kontras sehingga menonjolkan pesonanya sebagai seorang wanita seutuhnya. Makeup yang dikenakanya juga terlihat sangat serasi di wajahnya. Anas adalah antitesis Audy yang serba cuek dan urakan. Ia cantik, anggun, dan feminin. Sampai sekarang, tak ada seorang pria pun yang mampu untuk menolak pesonanya. Karena itu, Anas yakin seyakin-yakinnya kalau malam ini, Anthony juga pasti akan jatuh ke dalam pelukannya.

"Hai, Ton…"

"Halo, Nas. Ada keperluan apa sampai kau memanggilku mendadak hari ini?" tanya Anthony tanpa basa- basi.

"Ehm….itu…" Anas sengaja menampilkan ekspresi seorang wanita yang tersipu malu-malu.

"Ton, aku ingin mengenal dirimu lebih dekat? Bolehkah?"

Anthony langsung membelalakkan matanya lebar-lebar setelah mendengar kalimat tersebut.

"Eh?"

.

Tanpa sadar aku mulai terbangun….

Hatiku mulai memaknai arti dirimu bagiku…

Tapi aku tahu...

Bahwa aku bukanlah untukmu...


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C18
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login