Download App
35.71% Edgar's Prisoner / Chapter 30: Angel or Devil

Chapter 30: Angel or Devil

Hanna bersama Edgar tidak lama sudah masuk ke dalam unit apartemen mereka lagi. Dia seketika menjadi kagum saat tercium aroma wangi bunga yang menenang. Dia melihat keluar balkon terdapat makanan sudah siap dan ditutup dengan tudung saji kaca yang bening mengernyitkan dahinya.

"Sebentar aku buka dulu," kata Edgar.

Edgar membuka tudung itu hingga terlihat makanan mereka yang tetap hangat.

Hanna menyentuh tudung saji itu karena penasaran. "Bagus banget tudung sajinya. Ini bisa menjaga kehangatan makanan, ya?" tanya Hanna.

"Sayang, kamu boleh bawa pulang kalau mau," jawab Edgar.

"Ogah," balas Hanna sambil mendudukkan diri di kursinya.

"Oke. Kalau mau, juga tidak apa-apa. Aku minta pelayan bungkusin," kata Edgar.

"Edgar, tidak perlu. Terima kasih," balas Hanna.

"Ya sudah. Ayo kita sarapan dulu," kata Edgar.

"Selamat makan," balas Hanna.

Hanna menyuapkan potongan pancake yang dibaluri dengan mentega dan selai bluberi ke mulutnya membuat Edgar tersenyum. Dia menyadari Edgar terus menatapnya membalas tatapan itu.

"Kamu suka makanan ini?" tanya Edgar.

"Suka banget. Mungkin lain kali aku akan coba buat sarapan seperti ini," jawab Hanna.

"Iya, mungkin nanti ketika kita tinggal bersama. Kamu bisa membuatkan sarapan untuk aku juga di apartemen ini," balas Edgar dengan senyum manisnya.

Wajah Hanna seketika merona saat mendengar ucapan Edgar.

"Kamu bisa aja. Aku sekarang mau fokus cari kerja lagi supaya tidak perlu mengandalkan orang tuaku untuk mencari uang untuk aku lagi," kata Hanna.

"Aku punya lowongan pekerjaan, tapi ini milik teman aku," balas Edgar.

"Lowongan apa?" tanya Hanna antusias. 

"Jadi pelayan," jawab Edgar.

"Boleh tuh. Pelayan di mana dan cara melamarnya bagaimana?" tanya Hanna.

"Sayang, nanti aku tanya teman aku dulu," jawab Edgar.

"Iya tolong tanyain. Aku butuh pekerjaan," kata Hanna.

"Oke, Sayang," balas Edgar.

"Terima kasih, Edgar," kata Hanna.

"Sama-sama, Sayang. Apa pun yang kamu mau pasti aku berikan," balas Edgar.

"Sebenarnya pria ini malaikat untuk aku atau iblis yang menjelma malaikat?" gumam Hanna.

"Perlahan, tapi pasti aku akan segera membuat Hanna bergantung pada aku," gumam Edgar.

Tring tring tring

Ponsel Hanna berdering. Hanna langsung mengangkat panggilan itu saat tahu siapa yang menelepon.

"Hallo, Niko. Ada apa?" tanya Hanna.

"Kak, tolongin Niko. Kakak di mana?" tanta Niko dengan suara yang terdengar panik.

"Ada apa dengan kamu?" tanya Hanna.

"Kak, aku dijebak sama temanku. Ternyata dia bawa barang yang tidak seharusnya. Tolong aku," jawab Niko.

"Kakak sekarang ke sana. Kamu di mana?" tanya Hanna.

Hanna berdiri dari duduknya membuat Edgar juga ikut berdiri.

"Ada apa, Hanna?" tanya Edgar saat melihat Hanna sudah mematikan panggilan itu.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi sama adikku. Dia saat ini ada di penjara karena dijebak temannya. Aku sudah mengirim pesan ke orang tua aku, semoga saja mereka bisa segera menyusul segera," jawab Hanna.

"Terus kamu sekarang mau ke tempat adik kamu langsung?" tanya Edgar.

"Iya. Aku jujur bingung harus bagaimana untuk menolong dia," jawab Hanna.

"Sayang, tenang, aku akan menyuruh orangku untuk menemani kamu dan mengurus semuanya. Tadi kamu sempat lihat Gustav masih di sini, dia nanti akan menemani kamu ke sana soalnya sekarang aku harus ke kantor," balas Edgar menangkup wajah Hanna.

"Maafkan aku yang sudah sangat merepotkan kamu," kata Hanna menundukkan kepalanya. 

"Hanna, lihat aku. Kamu kekasih aku dan memang sudah kewajiban aku untuk selalu ada buat kamu," balas Edgar.

"Maaf aku berburuk sangka sama kamu selama ini. Tolong bantu aku, aku benar-benar tidak tahu harus minta tolong sama siapa," kata Hanna memeluk Edgar.

Edgar memeluk Hanna erat dan mengecup puncak kepala Hanna sambil tersenyum miring. 

"Ya sudah kamu harus segera menemui adik kamu. Aku hubungi Gustav dulu untuk menemani kamu ke sana dengan mobilku," balas Edgar.

"Nanti kamu naik apa?" tanya Hanna.

"Sayang, aku naik taksi," jawab Edgar.

"Maaf aku merepotkan kamu lagi," balas Hanna.

"Hanna, kamu tidak pernah merepotkan aku. Mari aku antar ke parkiran," kata Edgar sambil mengirim pesan kepada Gustav.

Mereka menuruni lift . Saat sudah sampai di parkiran apartemen, Edgar menggenggam tangan Hanna.

"Edgar, apa tidak apa-apa kalau aku pergi sama Gustav?" tanya Hanna.

"Tidak apa-apa, Sayang. Aku ada urusan, maafkan aku karena tidak bisa menemani kamu menyelesaikan masalah yang kamu hadapi," kata Edgar.

"Justru aku sangat berterima kasih sama kamu karena sudah memberikan bantuan pada aku," balas Hanna.

"Iya. Nanti aku juga akan segera membantu kamu agar cepat mendapatkan pekerjaan oke," kata Edgar.

"Iya," balas Hanna.

Gustav membuka pintu mobil. Hanna masuk ke dalam mobil lalu melambaikan tangan pada Edgar sebelum pergi.

Edgar tersenyum ke arah Hanna sebelum mobilnya berlalu. Dia menuju mobil miliknya yang lain. Ya dia berbohong pada Hanna kalau dia naik taksi. 

***

Hanna selama di perjalanan terus menatap Gustav. Dia ingin berbicara, tapi takut.

"Nona, maaf. Apa ada yang mau ditanyakan?" tanya Gustav yang merasakan kegelisahan gadis yang duduk di belakang.

"Iya, Gustav. Maaf saya mau bertanya bagaimana caranya kamu menolong Niko?" tanya Hanna.

"Nona tenang saja. Tuan sudah mengurus semuanya, bahkan sudah ada pengacara di tempat adik nona berada," jawab Gustav.

"Pengacara sudah di tempat adik saya, kok kalian bisa tahu kalau Niko berada di penjara mana?" tanya Hanna.

"Tadi pengacara sudah menelepon ke kepolisian setempat mengenai adik Nona. Sangat mudah bagi tuan kami mengetahui di mana keberadaan adik Nona," jawab Gustav.

"Tuan kamu itu kerja di mana? Saya belum pernah dikasih tahu," kata Hanna.

"Oh, untuk itu Nona tanya saja ke tuan dia kerja di mana," balas Gustav.

"Tuan kamu itu punya jabatan apa sih? Kenapa dia bisa terlihat sangat kaya?" tanya Hanna penasaran.

"Nona, maaf saya tidak boleh bicara apa pun tentang tuan tanpa izin," jawab Gustav.

"Oh, oke. Maaf saya banyak bertanya, tapi apa saya boleh bertanya lagi?" tanya Hanna.

"Boleh, Nona," jawab Gustav.

"Kamu sudah berapa lama kerja sama tuan kamu?" ttanya Hanna.

"Saya sudah lama sekali kerja dengan keluarga tuan," jawab Gustav.

"Oh, berarti sudah lama kenal dong. Orang tuanya tuan kamu tinggal di mana?" tanya Hanna.

"Orang tua tuan tidak tinggal di sini. Tuan Edgar cuma tinggal bersama adiknya saja," jawab Gustav.

Gustav terus menatap ke depan. Dia merasa sangat bersalah pada Hanna karena sudah berbohong tentang Edgar pada perempuan itu. 

"Gustav, maaf sudah sangat bawel sama kamu," kata Hanna sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. 

"Iya tidak apa-apa, Nona," balas Gustav.

Saat sudah sampai di tempat Niko bersama teman-temannya, Hanna turun dari mobil didampingi oleh Gustav. Di sana dia langsung disambut oleh pengacara yang ditunjuk oleh Edgar.

"Nona, saya Dave. Pengacara yang akan mengurusi kasus adik Nona," kata Dave mengulurkan tangannya.

"Tuan Dave, tolong bantu saya dan adik saya," kata Hanna.

"Iya saya akan membantu semaksimal mungkin, Nona. Saya sudah bicara dengan polisi, kita bisa langsung bertemu dengan adik Nona," balas dave.

"Oke. Terima kasih," kata Hanna.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C30
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login