Download App
4.09% Divine_Gate / Chapter 7: Chapter 6 : Senior vs Junior

Chapter 7: Chapter 6 : Senior vs Junior

Ryouichi tiba-tiba terbangun oleh hembusan angin yang menerpa wajahnya.

"Dimana ini? Mengapa aku terbangun ditempat ini? Bukankah terakhir kali aku melawan Kolonel Rose?" ucap Ryouichi.

Ryouichi pun bangkit dan melihat sekelilingnya, yang dilihatnya hanyalah hamparan rumput hijau yang tidak berujung disertai hembusan angin yang kuat.

"Jadi, kau sudah bangun yah? Lama sekali kau bangun" ucap seseorang dibelakang Ryouichi.

"Siapa kau? Mengapa aku ada disini?" ucap Ryouichi sembari menoleh kebelakang

Sosok yang berdiri di hadapan Ryouichi adalah sesosok gadis kecil yang terlihat berumur sekitar 10 tahun dengan rambut merah dengan mata cokelat yang indah.

"Yah, ada beberapa alasan mengapa kau bisa berada di tempat ini" ucap gadis kecil itu.

"Siapa kau gadis kecil? Mengapa kau ada disini? Apakah kau tersesat?" ucap Ryouichi.

"Si-siapa yang kau panggil gadis kecil?" teriak gadis kecil itu sembari memukul kepala Ryouichi.

"Kenapa kau tiba-tiba memukul kepalaku?" ucap Ryouichi kesakitan.

"Asal kau tau, aku adalah roh didalam pedangmu" ucap gadis kecil itu dengan kesal.

"Jangan-jangan kau?!" ucap Ryouichi dengan kaget.

"Ya benar, aku adalah Khronos. Dewa dari ruang dan waktu. Kau sebaiknya bersikap yang sopan denganku" ucap Gadis kecil itu dengan bangga.

"Heeeee… Tidak pernah kubayangkan bahwa roh dari Khronos adalah gadis kecil" ucap Ryouichi heran.

"Kau! Sudah kubilang jangan panggil aku gadis kecil!" teriak gadis kecil itu dengan wajah kesal dan cemberut.

"Lalu, kenapa aku bisa ada disini? Apakah aku mati?" tanya Ryouichi.

"Harusnya kau sudah mati, tapi nyatanya kau masih hidup sekarang. Aku menyelamatkan jiwamu, jiwamu sekarang berada di dimensi pedang yang kubuat. Kalau tidak dengan bantuanku kau pasti sudah mati sekarang, hmpphhh" ucap gadis kecil itu.

"Ah, kalau begitu apa kau bisa mengirimku kembali ke dunia nyata? Aku masih punya sesuatu untuk di lakukan" ucap Ryouichi.

"Bagaimana bisa kau seenaknya menyuruhku untuk mengirimmu kembali kesana? Tubuhmu di dunia nyata hampir mati karena ulahmu sendiri. Bagaimana bisa pada waktu itu aku memilih dirimu untuk menjadi tuanku? Aku sekarang menyesal..." ucap gadis kecil itu sembari menghela nafas.

"Lalu bagaimana aku bisa keluar dari tempat ini? Aku benar-benar harus keluar sebelum Kolonel tsundere itu melupakan janjinya" ucap Ryouichi.

"Dengar, kalaupun kau keluar dari sini apakah kau bisa menghadapi para demon dengan kekuatan mu yang selemah ini? Bahkan seekor anjing pun dapat mengalahkanmu dengan mudah" ucap gadis kecil itu.

"Oi... oi… Bukankah itu terlalu kasar? Dan bukankah aku ini tuanmu? Bagaimana bisa kau berbicara kasar seperti itu pada tuanmu sendiri?" ucap Ryouichi heran.

"Hahhhhhhh.... Baiklah tuanku yang lemah, satu-satunya cara agar kau bisa kembali ke dunia nyata adalah kau harus membuatku mengakui dirimu terlebih dahulu. Aku akan melatihmu untuk beberapa waktu di dimensi ini" ucap gadis kecil itu.

"Berapa lama aku perlu berlatih disini?" tanya Ryouichi dengan penasaran.

"Yah kira-kira selama atu tahun, lagipula kau masih benar-benar lemah saat ini. Setidaknya untuk bertahan hidup kau perlu menguasai hal-hal dasar pengendalian ruang dan waktu"

"Sa-satu tahun!?.... Kau bercanda kan, gadis kecil?" teriak Ryouichi kaget.

"Berisik, itu bukanlah waktu yang lama. Lagipula kau bisa tenang, waktu di dimensi ini berbeda dengan waktu di dunia nyata" ucap gadis kecil itu.

"Berbeda? Apa maksudmu?" ucap Ryouichi.

"Kau benar-benar bodoh. Dengar penjelasanku baik-baik, 1 hari disini sama dengan 1 jam di dunia nyata. Hitunglah sendiri berapa selisih waktu kau akan berlatih disini dengan dunia nyata" ucap gadis kecil itu.

"Berarti aku hanya akan menghabiskan waktu sebanyak 15 hari di dunia nyata? Dan apakah setelah aku berlatih disini aku bisa menjadi lebih kuat?" tanya Ryouichi.

"Tenang saja, setelah kau keluar dari sini setidaknya kau bisa hampir setara dengan para manusia yang di panggil [Guardian] itu" ucap gadis kecil itu.

"Benarkah? Sekuat itu? Hebat sekali. Kalau begitu ayo segera latih aku gadis kecil" ucap Ryouichi.

"Pertama-tama jangan panggil aku dengan sebutan gadis kecil! Dasar Ryouichi bodoh. Dengar, aku ini merupakan roh terkuat peringkat ketiga di dunia roh. Seluruh pemegangku dulunya adalah orang-orang terkuat yang sudah aku seleski sendiri" ucap gadis kecil itu.

"Hmmm… Lalu bagaimana jika aku memanggilmu Ro-chan? Bukankah itu terdengar imut?" ucap Ryouichi.

"Ugh... Selera mu dalam menamai sesuatu sangat jelek sekali. Jika kau memberi panggilan kepada adikmu, aku yakin dia akan jijik kepadamu" ucap gadis kecil itu dengan pandangan jijik.

"Adikku… Sudah mati" ucap Ryouichi lirih.

Gadis kecil itu terkejut dan langsung melihat ke arah Ryouichi dengan tatapan kasihan.

"Oh… Maaf tentang hal itu. Aku tidak bermaksud seperti itu" ucap gadis kecil itu dengan nada bersalah.

"Tidak… Tidak apa-apa. Aku yakin adikku sudah tenang disana. Jadi aku harus melanjutkan hidupku dengan baik. Kalau tidak, pasti adikku akan mengomel di surga sana" ucap Ryouichi sembari tersenyum.

"Kau... Baiklah, terserah kau mau memanggilku apa. Dan juga kau adalah kakak yang baik, aku harap aku punya kakak sepertimu" ucap Ro-chan.

"Kalau begitu, kau bisa memanggilku kakak juga" ucap Ryouichi.

"Bo-bodoh, siapa juga yang mau memanggilmu kakak" ucap Ro-chan sambil melangkah pergi dengan tersenyum tersipu.

"Yah, kau tidak perlu juga memanggil aku dengan sebutan bodoh" gumam Ryouichi kesal.

"Oi… Ayo kita mulai berlatih. Jangan harap aku akan memberimu kemudahan dalam latihan nanti!" teriak Ro-chan memanggil Ryouichi.

"Oke, mohon bantuannya Ro-chan" Ucap Ryouichi

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan akhirnya latihan keras yang dijalani oleh Ryouichi pun hampir selesai.

"Ro-chan, terima kasih atas pelatihan yang kau berikan padaku. Aku berharap kita bisa menghabiskan waktu bersama lagi di dunia nyata. Kau sungguh mengingatkan ku pada adikku lagi. Terima kasih." Ucap Ryouichi

"Hmpphh…. Tentu saja, jika aku yang melatihmu kau akan menjadi kuat seperti sekarang ini. Dan juga ingat hal ini, jangan pernah menggunakan skill terlarang secara sembarangan seperti terakhir kali. Dan juga ingat, jangan terlalu ceroboh setelah kau kembali. Aku sudah mengajarkan semua dasar ilmu pedang dan juga beberapa teknik khusus, seharusnya kau tidak akan kesusahan jika hanya melawan Demon tingkat bumi. Kekuatanmu yang sekarang ini seharusnya sudah tidak terlalu jauh dibanding para [Guardian] itu" ucap Ro-chan.

"Terima kasih, oh ya dan juga kenapa kau tidak pernah memanggilku dengan sebutan kakak? Dari awal kita berlatih kau hanya memanggilku dengan sebutan 'kau' " tanya Ryouichi.

"Bo-bodoh, siapa juga yang mau memanggil siscon sepertimu dengan panggilan kakak. Sudahlah, ini sudah waktunya kau kembali ke dunia nyata. Dan juga jangan terlalu memaksakan tubuhmu dan selalu jaga kesehatanmu. Jika ada waktu, mungkin kita akan bertemu lagi" ucap Ro-chan.

Lalu Ro-chan pun merapal beberapa mantra dan sebuah cahaya besar muncul dan membawa Ryouichi kembali ke dunia nyata.

"Aku harap kita dapat bertemu lagi dan menghabiskan waktu lagi. Sampai jumpa, kakak" gumam Ro-chan dengan tersenyum sembari melihat Ryouichi yang perlahan menghilang.

Ryouichi pun perlahan membuka matanya dan melihat disekelilingnya ada beberapa orang seperti empat [Guardian] serta Kapten Saito dan juga Mayor Megumi.

"Ryouichi, akhirnya kau bangun juga. Kau benar-benar mengkhawatirkan kami semua" ucap Kolonel Ryota.

"Ka-kau dasar bodoh, kenapa kau sampai sejauh itu hanya untuk mengalahkanku? Kau sampai koma selama 15 hari, kau sungguh membuat kami semua khawatir" ucap Kolonel Rose sembari menangis.

"Kolonel Ryota, Kolonel Rose, semuanya. Maaf sudah membuat kalian khawatir" ucap Ryouichi tersenyum.

"Baik, karena Ryouichi sudah bangun harap semuanya keluar dari ruangan ini untuk memberi Ryouichi waktu untuk istirahat terlebih dahulu" ucap Kolonel Ray.

"Tunggu Kolonel Ryota, bisakah kita membicarakan sesuatu yang penting sekarang?" ucap Ryouichi.

Kolonel Ryota pun melihat kearah Kolonel Ray seakan meminta persetujuan. Kolonel Ray pun menganggukkan kepalanya dan keluar dari ruangan itu meninggalkan Ryouichi dan Kolonel Ryota berdua.

"Lalu apa yang ingin kau bicarakan denganku?" ucap Kolonel Ryota sembari duduk disamping Ryouichi.

"Mungkin apa yang kubicarakan ini terdengar agak tidak masuk akal, tapi ketika aku pingsan aku memasuki dimensi pedang yang dibuat oleh roh pedangku dan aku juga sudah berlatih selama setahun disana"Ucap Ryouichi

"Jadi begitu, kau telah di latih langsung oleh roh pedangmu. Tidak mengejutkan" ucap Kolonel Ryota dengan santai.

"Jadi kau percaya dengan omonganku Kolonel?" tanya Ryouichi seakan berharap Kolonel Ryota untuk kaget.

"Yah, aku sudah menduganya sejak aku melihat tanda itu di tanganmu. Tidak disangka kau benar-benar di latih oleh roh pedangmu sendiri" ucap Kolonel Ryota menunjuk tempurung tangan Ryouichi.

"Tanda ini?" ucap Ryouichi dengan kaget sambil melihat tempurung tangannya.

"Tanda itu adalah tanda suci sekaligus bukti bahwa kau telah dilatih langsung oleh Roh pedangmu. Dan perlu kau ketahui, hanya beberapa orang yang mempunyai tanda seperti itu, contohnya adalah hanya para empat [Guardian] serta petinggi atas yang memiliki tanda seperti itu. Tanda itu juga bukti bahwa kau telah di akui secara penuh oleh Roh pedangmu" ucap Kolonel Ryota panjang lebar.

"Lalu bukankah aneh jika orang sepertiku yang bukan dari empat [Guardian] dan juga bukan dari petinggi atas memiliki tanda seperti ini?" ucap Ryouichi.

"Untuk sementara, jangan biarkan orang lain melihat tanda itu. Hanya orang-orang di ruangan ini tadi yang tahu tentang tanda di tanganmu itu" ucap Kolonel Ryota.

"Hmmm… Baiklah, Kolonel" ucap Ryouichi.

"Istirahatlah untuk beberapa hari ini, jika tubuhmu sudah terasa lebih baik kau bisa menemui ku" ucap Kolonel Ryota sembari meninggalkan ruangan.

"Baik, Kolonel" ucap Ryouichi.

Kolonel Ryota pun meninggalkan gedung perawatan, dan duduk melihat matahari terbenam sembari menghisap rokoknya. Lalu tiba-tiba dari belakang Kolonel Ray menyapanya.

"Yo, Kolonel Ryota. Ada apa denganmu? Mengapa wajahmu suram sekali?" ucap Kolonel Ray sembari duduk disamping Kolonel Ryota.

"Ada apa tiba-tiba kau menghampiri ku? Apa kau tidak takut kalau kubelah kau menjadi dua?" ucap Kolonel Ryota dengan nada tidak bersahabat.

"Urgh… Jangan kejam seperti itu kepadaku, aku minta maaf karena sudah menyinggungmu dengan perkataanku pada waktu itu" ucap Kolonel Ray dengan rasa bersalah.

"Yah… Terserah. Lalu ada kepentingan apa kau menghampiriku?" ucap Kolonel Ryota sembari menghisap rokoknya.

"Anak yang bernama Ryouichi itu. Dia memiliki tanda itu bukan? Aku melihatnya dengan jelas" tanya Kolonel Ray.

"Yah, seperti nya hirarki pemerintahan akan segera berubah. Untuk hal ini sendiri, aku akan memberitahu jendral langsung" jawab Kolonel Ryota.

"Baiklah… Omong-omong, apa boleh aku meminta rokokmu? Punyaku sudah habis " ucap Kolonel Ray

"Ambillah… Dan bagaimana dengan hal yang sudah kau investigasi waktu itu?" tanya Kolonel Ryota

"Yah, beberapa informan ku sudah memiliki informasi tentang hal itu. Tinggal menunggu saja kapan kita akan menemukan tikus didalam pasukan kita" jawab Kolonel Ray sembari menghisap rokoknya.

"Beri aku kabar ketika kau menemukan siapa tikus nya. Jika hari itu tiba, aku sendiri yang akan membunuh tikusnya" ucap Kolonel Ryota sembari bangkit dari duduknya dan melangkah pergi.

"Yah, Kolonel Ryota... Kau tidak akan pernah tahu siapa yang akan menjadi lawan dan juga kawanmu" gumam Kolonel Ray sembari tersenyum menyeringai.

Pagi pun berganti dan keadaan Ryouichi pun membaik dan dia diperbolehkan untuk keluar dari gedung perawatan. Ryouichi pun kembali ke gedung utama markas provinsi timur.

" Ah, selamat pagi Ryouichi-san" ucap seorang prajurit menyapanya.

"Selamat pagi Ryouichi-san" ucap prajurit lain menyapanya

"Mengapa semenjak aku keluar dari gedung perawatan, banyak sekali prajurit lain yang menyapaku? Ada yang aneh" gumam Ryouichi heran.

Ryouichi pun melangkah menuju ruangan Kolonel Ryota.

"Kolonel Ryota. Ini saya Ryouichi" ucap Ryouichi sembari membuka pintu ruangan Kolonel Ryota.

"Kosong? Kemana Kolonel itu. Yah mungkin saja dia pergi mengurus beberapa hal" gumam Ryouichi.

Pandangan Ryouichi pun tertuju pada sebungkus rokok milik Kolonel Ryota yang berada di atas meja kerjanya.

"Hmm… Bagaimana nya rasanya rokok? Mengapa Kolonel itu sangat suka sekali merokok?" ucap Ryouichi.

Ryouichi pun mengambil sebatang rokok dan mencoba untuk membakarnya.

"Hmmm… Kelihatannya kau tertarik sekali dengan rokokku?" ucap Kolonel Ryota yang berdiri di depan pintu.

"Ko-Kolonel, aku tidak bermaksud untuk mengambil rokokmu. Aku hanya penasaran dengan rasanya" ucap Ryouichi terkejut.

"Yah, aku tidak akan melarangmu merokok. Malah jika kau meminta aku akan memberikannya padamu. Jadi ada apa kau kesini ? Tentunya bukan hanya untuk mengambil rokokku bukan?" ucap Kolonel Ryota sembari duduk di sofa.

"Oh ya benar juga. Kolonel, apa kau tahu kenapa seluruh prajurit menjadi sangat sopan kepadaku? Mereka semua menyapaku dan bersikap sopan, berbeda dari biasanya" tanya Ryota sembari tetap memegang sebatang rokok milik Kolonel Ryota.

"Oh ya, aku hampir lupa memberitahumu tentang hal ini. Sepertinya Jendral telah mengetahui bahwa kau memenangkan latih tanding dengan Kolonel Rose dan juga tanda di tanganmu itu. Lalu sepertinya Jendral akan memberimu promosi jabatan, meski belum resmi namun rumor itu telah tersebar di kalangan prajurit. Selamat Ryouichi" ucap Kolonel Ryota memberi selamat kepada Ryouichi.

"Apa?! Bukankah itu terlalu cepat bagiku untuk naik jabatan? Dan kenapa aku tidak diberitahu lebih awal soal ini?" ucap Ryouichi kaget.

"Besok pagi kau akan ikut dengan ku ke markas Central, jendral ingin berbicara denganmu. Jangan sampai kau telat dan omong-omong kapan kau akan mulai menghisap rokok itu?" ucap Kolonel Ryota setelah beberapa saat memperhatikan tingkah Ryouichi.

"Ahhh… aku tidak jadi menghisap ini, kau bisa ambil kembali rokokmu, Kolonel. Kalau begitu aku pamit undur diri dulu" ucap Ryouichi sembari meninggalkan ruangan Kolonel Ryota.

Ryouichi pun kembali berkeliling markas provinsi timur dan juga semakin banyak prajurit yang menyapa dan bersikap sopan padanya. Lalu Ryouichi pun duduk di bangku taman.

"Hari yang sangat panas, enak sekali jika bisa ke pantai" ucap Ryouichi.

Tiba-tiba Ryouichi pun merasa ada seseorang yang mengawasinya dari belakang.

"Kau keluarlah, aku tahu kau di belakangku" ucap Ryouichi.

"Ha-halo Ryouichi" ucap sosok itu.

"Ko-Kolonel Rose!?" ucap Ryouichi.

"Se-selamat pagi Ryouichi, bagaimana dengan kondisi mu? Apa tubuhmu sudah baik-baik saja?" ucap Kolonel Rose dengan malu-malu.

"Ya-yah, kondisi ku sudah membaik dan tidak ada yang perlu di khawatirkan" ucap Ryouichi.

"Hmm... Ja-jadi kau sudah tidak apa-apa" ucap Kolonel Rose dengan tersenyum tersipu.

"Jadi apa yang kau lakukan disini Kolonel Rose?" tanya Ryouichi.

"I-itu bukan berarti aku sengaja untuk bertemu dengan mu, ta-tapi aku tidak sengaja lewat dan melihatmu duduk disini. A-aku pikir kau kesepian, lalu aku memutuskan untuk menyapamu" ucap Kolonel Rose dengan wajah memerah.

"Ah baiklah, kalau begitu duduklah di sampingku. Bukankah melelahkan jika hanya berdiri disitu?" ucap Ryouichi.

"Ba-baiklah, begini Ryouichi... Apa kau masih mengingat perjanjian kita ketika latih tanding kemarin. Pihak yang kalah akan menuruti keinginan pemenangnya?" ucap Kolonel Rose sembari duduk di samping Ryouichi.

"Ah… Benar juga, aku hampir lupa soal itu" ucap Ryouichi.

"Ja-jadi apa yang kau minta dariku? A-aku tidak keberatan jika kau meminta untuk kencan denganku" ucap Kolonel Rose lirih dan wajah memerah.

"Hmm… Apa yang barusan kau katakan? Aku tidak mendengarnya" ucap Ryouichi heran.

"Bu-bukan apa-apa. Jadi apa yang kau minta dariku?" ucap Kolonel Rose.

"Yah... Kau tahu, sepertinya aku belum bisa memberitahunya padamu. Jadi aku akan menyimpan permintaanku untuk saat ini dan menggunakannya nanti" ucap Ryouichi.

"Mengapa begitu?" ucap Kolonel Rose dengan nada kecewa.

"Yah, ada saatnya aku memberitahumu, Kolonel Rose" ucap Ryouichi.

"Ro-Rose. Panggil aku Rose. Lagipula bukankah kau telah mengalahkan ku? Jadi kau lah satu-satunya orang yang kuberi kesempatan untuk memanggilku dengan namaku saja" ucap Kolonel Rose dengan malu-malu.

"Baiklah Rose, kalau begitu aku pergi dulu. Ada beberapa hal yang perlu ku lakukan" ucap Ryouichi sembari melangkah pergi

"Da-dasar Ryouichi bodoh, aku sudah memakai parfum kesukaanku dan merubah gaya rambutku hari ini. Mengapa dia tidak memujiku?" ucap Kolonel Rose kecewa.

"Oh ya Rose!" tiba-tiba Ryouichi menoleh kebelakang.

"Rambutmu sangat indah dan kau juga sangat harum hari ini!" teriak Ryouichi sembari melambaikan tangannya.

"Bo-bodoh!" teriak Kolonel Rose dengan senyuman manis.

"Hehhh… Jadi kau menyukainya, Rose?" ucap Kolonel Ray yang tiba-tiba berada dibelakang Rose.

"Ray! Kau mengagetkanku, bu-bukan begitu. Aku hanya tidak tahu perasaan nyaman macam apa ini ketika aku bersama Ryouichi. Hanya dia saja yang bisa membuatku terasa damai dan tenang ketika berada disamping seseorang" ucap Kolonel Rose.

"Yah, bukankah itu namanya cinta? Kau masih muda, jadi wajar saja jika kau mudah merasakan cinta kepada laki-laki" ucap Kolonel Ray sembari menghisap rokoknya.

"Ba-bagaimana denganmu? Bukankah kau seumuran dengan Kolonel Ryota? Kenapa kau belum mempunyai pacar? Apa kau gay?" ledek Kolonel Rose.

"Oi... Oi… Aku belum mempunyai kekasih bukan berarti aku gay. Lagipula perempuan yang ada di hatiku hanya satu perempuan itu saja..." ucap Kolonel Ray sembari menatap langit.

Ryouichi pun menuju lapangan latihan dan bertemu dengan Kapten Saito.

"Yo, Ryouichi. Bagaimana dengan keadaanmu? Apakah sudah merasa lebih baik?" tanya Kapten Saito.

"Yah, aku sudah merasa lebih baik, Kapten. Dimana Mayor Megumi? Bukankah dia seharusnya melatih prajurit baru bersamamu sekarang?" ucap Ryouichi.

"Ahh… Kalau masalah itu... Sepertinya dia mengambil cuti hari ini. Dia mengatakan bahwa adik laki-lakinya sedang sakit. Karena alasan itulah akhirnya dia cuti dan pergi ke kota untuk merawatnya" ucap Kapten Saito.

"Hehhhh… Mayor Megumi sepertinya kakak yang baik" ucap Ryouichi.

"Yah… Satu-satunya keluarga yang dia punya hanyalah adik laki-lakinya saja" ucap Kapten Saito.

"Begitukah, hanya tersisa adik laki-lakinya. Berbeda denganku..." ucap Ryouichi.

"Ryouichi… Oh ya, aku dengar dari Kolonel Ryota kau mempunyai tanda itu di tanganmu yah? Enak sekali bisa diakui oleh roh pedangmu sendiri" ucap Kapten Saito dengan sedih.

"Yah, aku bisa dibilang beruntung. Bagaimana kalau kita berlatih tanding kapten? Bukankah kau juga ingin melihat kekuatan dari tanda ini?" ucap Ryouichi bersemangat.

"Yah, aku akan menolaknya. Kau bahkan bisa membuat Kolonel Rose yang merupakan [Guardian] mengakui kekalahannya. Jadi aku tidak bisa dibandingkan dengan dirimu" ucap Kapten Saito merendah.

"Kalau begitu, bagaimana jika sparring denganku?"

Tiba-tiba Kolonel Ryota berada dibelakang Ryouichi

"Kolonel?! Apakah anda serius ingin berlatih tanding dengan Ryouichi? Apakah anda tidak takut kekuatan Ryouichi akan terungkap?" ucap Kapten Saito kaget.

"Yah, tidak apa-apa. Lagipula aku ingin melihat sudah sejauh mana perkembangan Ryouichi" ucap Kolonel Ryota.

"Jangan menangis jika kalah dariku, Kolonel" ucap Ryouichi dengan percaya diri.

"Harusnya aku yang berkata seperti itu, hahaha" ucap Kolonel Ryota.

"Mau bagaimana lagi, kalau kalian berdua sudah menyetujui sparring ini" ucap Kapten Saito sembari menghela nafas.

Kapten Saito pun menyiapkan arena untuk latih tanding resmi antara Kolonel Ryota dan Ryouichi. Seluruh prajurit dari markas Provinsi Timur pun tertarik untuk melihat latih tanding ini. Tidak butuh waktu lama bagi seluruh prajurit berkumpul untuk menyaksikan pertarungan ini. Tidak ketinggalan [Guardian] lainnya pun ikut menyaksikan latih tanding diantara Ryouichi dan Kolonel Ryota.

"Baiklah, kali ini aku yang akan menjadi wasitnya. Peraturannya sederhana, kalian bebas menggunakan kekuatan roh pedang kalian. Pemenang nya akan ditentukan apabila ada salah satu pihak yang menyerah atau tidak bisa lagi melanjutkan pertandingannya" ucap Kapten Saito.

Terlihat Kolonel Ryota yang memakai seragam tempurnya dan Ryouichi yang juga memakai seragam tempurnya.

"Oh ya Ryouichi, mungkin kau belum tahu soal pakaian tempur yang kau pakai. Kau tidak perlu khawatir pakaianmu rusak atau robek karena pertarungan. Baju tempur itu sudah dirancang khusus untuk pertarungan jangka panjang" ucap Kapten Saito.

"Baiklah, Kapten. Oke, sudah waktunya aku mengetes kekuatanku yang sekarang setelah berlatih di dimensi pedang milik Ro-chan" gumam Ryouichi.

Sorakan demi sorakan terdengar keras, ada yang mendukung Kolonel Ryota dan ada juga yang mendukung Ryouichi.

"Aku harap kau tidak mengecewakanku Ryouichi, kuharap latihanmu selama di dimensi itu membuahkan hasil" ucap Kolonel Ryota.

"Yah, aku harap juga begitu Kolonel" ucap Ryouichi.

"Baiklah kalau kedua belah pihak telah siap. Aku nyatakan pertarungan persahabatan antara Kolonel Ryota dan Private Ryouichi dimulai!" teriak Kapten Saito.

"[Summon : Izanagi]"

Kolonel Ryota pun mensummon pedang Izanagi miliknya, seketika pedang itu muncul di genggamannya. Pedang itu memiliki aura yang besar, namun Kolonel Ryota telah mengontrol aura yang dikeluarkan oleh pedang itu agar tidak terlalu membebani dirinya.

"[Summon : Khronos]"

Ryouichi pun mensummon pedangnya. Kali ini Khronos memiliki aura yang berbeda dibanding pertama kali Ryouichi mensummonnya. Khronos kali ini memiliki aura yang lebih lembut dan tenang dibanding pedang izanagi milik Kolonel Ryota.

"Pastikan kau melawanku dengan sungguh-sungguh Ryouichi, jangan salahkan aku jika kau mengalami luka serius" ucap Kolonel Ryota.

"Tentu saja Kolonel!" teriak Ryouichi.

Tanpa aba-aba, tiba-tiba mereka berdua menghilang dan suara yang terdengar hanyalah suara dari kedua pedang milik mereka yang saling menghantam satu sama lain. Gelombang kejut yang besar muncul lalu membuat angin yang cukup besar dan mengenai para penonton.

Dengan kecepatan yang dimiliki oleh Kolonel Ryota, Ryouichi terdesak dan tidak dapat mendaratkan serangan sama sekali kepada Kolonel Ryota. Pertarungan keduanya pun menjadi sangat intens.

"[Skill : Slash]"

Ryouichi mengeluarkan skill yang dapat membelah apa pun yang di sentuh oleh serangan itu, namun serangan itu tidak berarti apa-apa bagi Kolonel Ryota. Dengan kecepatan luar biasa Kolonel Ryota menghindari serangan itu dan berbalik menyerang Ryouichi dari atas. Namun dengan reflek yang luar biasa, Ryouichi menghindari serangan dari Kolonel Ryota dan mencoba menebas Kolonel Ryota.

"Kena kau Kolonel"

Ryouichi pun menebas Kolonel Ryota, namun ia dikejutkan bahwa yang dia serang bukanlah Kolonel Ryota yang asli melainkan hanyalah sebuah bayangan.

"[Skill : Escape Goat]"

Kolonel Ryota menggunakan skill ini untuk membuat bayangan yang jumlahnya tidak terbatas dan digunakan untuk menyerang Ryouichi secara bersamaan. Namun seperti halnya Kolonel Ryota, Ryouichi juga memiliki skill hebat lainnya.

"[Skill : Time Flow]"

Skill yang dipakai oleh Ryouichi ini merupakan skill dimana pengguna dapat berubah menjadi objek yang kekal dan tidak dapat menerima damage apapun selama 1 menit. Kolonel Ryota pun gagal melayangkan serangan ke Ryouichi menggunakan skill nya.

"Hahahaha, lumayan juga Ryouichi. Kuharap kau bisa membuatku puas dengan pertarungan ini!"

Pertarungan mereka sudah berlangsung selama 10 menit, para prajurit dan [Guardian] lainnya hanya bisa terdiam melihat pertarungan mereka berdua

"Oi… Kolonel Ray. Ini tidak mungkin kan? Bahkan Ryouichi kelihatannya seimbang dengan Kolonel Ryota" ucap Kolonel Rose serasa tidak percaya akan hal yang dia lihat.

"Baik dari kecepatan dan skill mereka berdua juga memiliki kesamaan. Baru kali ini aku lihat ada prajurit selain kita bertiga yang dapat setara dengan Kolonel Ryota" ucap Kolonel Erik.

Baik dari pihak Kolonel Ryota dan Ryouichi tidak ada satupun dari mereka yang berniat untuk menyerah.

"Oi Kolonel... Bukankah sudah cukup waktu bagimu untuk pemanasan?" ucap Ryouichi.

"Dasar anak nakal, bukankah kau juga sedang pemanasan?"

Kolonel Ryota dan Ryouichi pun tertawa bahagia, mereka berdua terbawa oleh pertarungan yang sengit dan mengasyikkan.

Para prajurit yang lain tidak bisa berbicara apa-apa dan tidak berkedip ketika melihat pertarungan mereka.

"Mereka berdua adalah monster, tidak ada prajurit biasa yang bisa setara dengan mereka berdua" ucap Kapten Saito.

Namun para [Guardian] tahu bahwa saat itu Kolonel Ryota bahkan belum mengeluarkan 10% dari kekuatan aslinya. Kekuatan dari kolonel Ryota yang mereka tahu tidaklah selemah ini, kekuatan asli dari Kolonel Ryota bahkan bisa membuat fenomena alam seperti angin tornado dan juga bahkan tsunami.

Pertarungan diantara mereka belum menemui akhirnya. Keduanya masih sengit melayangkan serangan satu sama lain. Namun nampaknya dari segi fisik dan reflek keduanya hampir sama cepatnya.

"Bukankah sudah waktunya kita serius Kolonel?" ucap Ryouichi.

"Percayalah, kau tidak akan mau melihatku menggunakan kekuatan asliku Ryouichi" ucap Kolonel Ryota.

Mereka berdua pun saling bertatap selama beberapa menit, sampai akhirnya mereka berdua memutuskan untuk mengeluarkan kekuatan asli mereka.

"[Extreme Skill : Time Annihilation]"

Skill yang dikeluarkan oleh Ryouichi ini merupakan skill ekstrim yang membuat semua lawan nya kehilangan konsep dari waktu dan dapat melambatkan semua pergerakan lawan.

Namun Kolonel Ryota yang mengetahui hal itu, mengeluarkan skill nya yang mengejutkan seluruh penonton dan juga Ryouichi

"[Summon : Izanami]"

Para [Guardian] yang melihat Kolonel sampai mengeluarkan pedang Izanami pun terkejut.

"Oi… Oi… Apakah sampai perlu mengeluarkan izanagi dan izanami secara bersamaan?" ucap Kolonel Ray.

Dari semua lawan yang pernah di hadapi oleh Kolonel Ryota, Kolonel Ryota tidak pernah sembarangan mengeluarkan kedua pedangnya, kecuali untuk musuh yang dianggapnya kuat.

"Maaf Ryouichi, tapi aku tidak bisa membiarkan diriku yang seorang Kolonel dikalahkan olehmu. Setidaknya aku perlu menunjukkan perbedaan diantara kekuatan kita" ucap Kolonel Ryota.

"[Perfect First Form : God Of Destiny]"

Seketika pedang izanami dan pedang izanagi pun bergabung menjadi satu dan mengeluarkan cahaya besar. Dan tidak beberapa lama di belakang Kolonel Ryota muncul aura yang memiliki bentuk sesosok Raksasa besar setinggi 15 meter menggunakan baju zirah lengkap dengan kuda perang serta memegang Tombak besar. Skill yang tadinya dikeluarkan oleh Ryouichi pun tidak memiliki efek apa-apa terhadap Kolonel Ryota.

"Benda apa itu?!"

Seluruh penonton pun terkejut ketika melihat kekuatan dari Kolonel Ryota. Namun para [Guardian] tidak terlihat terkejut dengan pemandangan tersebut seakan-akan mengatakan "Yang kalian lihat saat ini hanyalah 15 % dari kekuatan asli Kolonel Ryota"

"Oi... Oi Kolonel... Aku tahu bahwa kau kuat, namun ini sudah kelewat terlalu kuat" ucap Ryouichi.

"Bagaimana Ryouichi? Apakah kau mengaku kalah?" ucap Kolonel Ryota.

"Aku mengaku kalah…" ucap Ryouichi kecewa.

"Pemenangnya adalah Kolonel Ryota" teriak Kapten Saito.

Teriakan sorakan pun bergemuruh menyelimuti arena pertarungan.

Kolonel Rose pun menghampiri Ryouichi.

"Tadi itu hampir saja bukan? Tapi kau sungguh hebat bisa membuat Kolonel Ryota menggunakan kekuatannya hingga seperti itu" ucap Kolonel Rose menyemangati Ryouichi.

"Maaf Rose, tapi apakah kau bisa membiarkanku sendiri?" ucap Ryouichi sembari melangkah pergi.

"Ryouichi..." gumam Kolonel Rose.

Setelah pertandingan hari itu, seluruh prajurit membicarakan kekuatan Kolonel Ryota. Dan keesokan harinya, Ryouichi dan Kolonel Ryota pun berangkat bersama-sama menuju markas Central menaiki mobil jeep.

"Oi Ryouichi. Kenapa kau terlihat kesal seperti itu ketika melihatku?" ucap Kolonel Ryota.

"Bukan apa-apa. Kau tidak perlu khawatir seperti itu" ucap Ryouichi.

"Yah mau bagaimana lagi, jika waktu itu aku mengalah padamu bukankah reputasiku sebagai [Guardian] akan jatuh?" ucap Kolonel Ryota sembari menyetir mobil.

"Aku bukan kesal karena kalah darimu. Aku hanya kesal aku belum bisa mengeluarkan aura raksasa sepertimu" ucap Ryouichi.

"Jadi kau kesal karena itu" ucap Kolonel Ryota.

"Yah mau bagaimana lagi. Kau tahu, aura raksasa milikmu kemarin sangat keren!" ucap Ryouichi.

"Ja-jadi, kau hanya terkesan karena itu. Yah, cepat atau lambat kau akan bisa menggunakan aura seperti ku. Lagipula kau juga masih muda, kau masih punya banyak waktu untuk belajar" ucap Kolonel Ryota.

"Hmmmm… Yah kuharap seperti itu" ucap Ryouichi.

"Baiklah kita sudah sampai, turunlah" ucap Kolonel Ryota.

Ryouichi pun terlihat kagum dan terkesan dengan gerbang masuk menuju markas Central. Gerbang itu sangatlah berbeda dengan gerbang masuk markas provinsi timur, sangat megah dan terlihat penjagaan yang lebih ketat dibanding gerbang markas provinsi timur.

"Oi… Mau sampai kapan kau berdiam disitu ? Cepat masuk" ucap Kolonel Ryota.

"Selamat pagi Kolonel Ryota" ucap salah seorang penjaga gerbang itu sembari memberi hormat.

"Ah selamat pagi" ucap Kolonel Ryota.

"Baiklah, aku akan mencari Jendral terlebih dahulu. Kau tunggu sebentar di sini" ucap Kolonel Ryota sembari melangkah menuju lantai dua dimana ruangan jendral berada.

"Tidak kusangka markas central sangat berbeda dengan markas provinsi timur" gumam Ryouichi sambil melihat kesana-kemari.

"Anu, maaf... Apakah anda sedang mencari seseorang?"

Tiba-tiba Ryouichi dikejutkan oleh sapaan dari seorang prajurit.

"Ah, Aku hanya sedang..."

Ucapan Ryouichi pun terhenti ketika melihat prajurit itu. Prajurit itu adalah seorang wanita cantik dengan dada yang besar dan juga parasnya yang rupawan, serta rambut hitam panjang tergerai.

"Anu...? Kenapa tiba-tiba diam seperti itu?" tanya prajurit itu heran.

"Ah maaf… Aku sedang dalam agenda bertemu Jendral" ucap Ryouichi.

"Oh, maaf kalau menganggu. Kalau begitu aku pergi dulu" ucap prajurit itu lalu melangkah pergi.

"Ma-maaf, bolehkah aku bertanya siapa namamu? " ucap Ryouichi penasaran.

"Ah, aku adalah Letnan Satu Shizu. Senang berkenalan denganmu" ucapnya dengan tersenyum.

"Ah, aku Ryouichi lebih tepatnya Private Ryouichi" ucap Ryouichi.

"Ah, kau adalah prajurit baru. Kalau begitu aku permisi dulu, semoga harimu indah"

Letnan Satu Shizu pun meninggalkan Ryouichi yang sedang tersenyum sendiri.

"Oi… Kenapa kau tersenyum seperti itu? Prajurit lain akan takut jika melihatmu tersenyum aneh seperti itu" tiba-tiba Kolonel Ryota mengejutkan Ryouichi.

"Kolonel… Aku baru saja bertemu bidadari" ucap Ryouichi.

"Hah? Jangan banyak berkhayal, ayo kita pergi. Jendral sudah menunggumu di ruangannya" ucap Kolonel Ryota.

Kolonel Ryota dan Ryouichi pun segera menuju ruangan Jendral. Ketika memasuki ruangan Jendral, Ryouichi melihat seorang pria tua memakai seragam yang berbeda dibanding prajurit lainnya. Seragamnya terlihat begitu kompleks dengan warna hitam serta pria itu terlihat berumur sekitar 40 tahunan dan memiliki karisma yang besar.

"Ah, jadi kalian sudah datang. Silahkan duduk, aku sudah menunggu mu Private Ryouichi, atau lebih tepatnya Letnan dua Ryouichi" ucap Jendral sembari meminum kopi nya.

"Maksud anda, sekarang saya adalah Letnan dua? Bukankah itu terlalu cepat bagi saya untuk naik pangkat secepat itu?" ucap Ryouichi dengan wajah terkejut.

"Hmm... Ryouichi, bukankah kau memiliki senjata Roh [God] tingkat tinggi? Dan bukankah kau juga memiliki tanda itu di tanganmu?" ucap Jendral.

"Benar Jendral, tapi bukankah itu terlalu berlebihan jika aku naik pangkat secepat itu?" ucap Ryouichi.

"Dengar aku Ryouichi, sebentar lagi akan terjadi perang besar dengan ras Demon untuk memperebutkan wilayah di dekat markas Provinsi Timur. Bukankah hal yang wajar jika aku mulai mencari orang yang dapat diandalkan dan kuat sepertimu?" jawab Jendral.

"Apa yang dikatakan oleh Jendral ada benarnya Ryouichi, kau tidak bisa selamanya dibawah, seiring besarnya kekuatanmu semakin besar pula tanggung jawabmu" ucap Kolonel Ryota.

"Baiklah, aku terima kenaikan jabatanku Jendral" ucap Ryouichi pasrah.

"Hahaha… Bagus. Kalau begitu selamat untuk kenaikan pangkatmu, Letnan Dua Ryouichi. Oh ya, bagaimana kalau kau juga bergabung dengan Divisi Dark Moon?" ucap jendral itu.

Tiba-tiba saja Kolonel Ryota menatap tajam kearah Jendral seakan memberi instruksi untuk diam. Jendral pun menatap Kolonel Ryota kembali.

"Hmmmm… Baiklah, kau bisa melupakan tawaran tadi. Jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan kalian bisa pergi meninggalkan ruangan ini. Oh ya dan juga tanda pengenal baru untukmu akan disiapkan oleh prajurit di lobi bawah" ucap Jendral.

"Ryouichi, kau bisa pergi duluan. Masih ada hal yang ingin aku bicarakan dengan Jendral" ucap Kolonel Ryota.

"Baiklah Kolonel, kalau begitu saya pamit" ucap Ryouichi sembari meninggalkan ruangan Jendral.

"Jadi, hal apa yang ingin kau bicarakan denganku Kolonel Ryota?"

Kolonel Ryota dan Jendral terlihat saling menatap satu sama lain.

"Sebaiknya anda jangan pernah berpikir untuk merekrut anak itu ke divisi Dark Moon" ucap Kolonel Ryota dengan nada mengancam.

"Bukankah nada bicaramu terlalu kasar terhadap atasanmu sendiri? Lagipula aku melakukan hal itu karena aku tidak ingin bakat anak itu sia-sia. Kau pikir Markas Provinsi bisa membimbing anak itu menjadi prajurit hebat? Lagipula menjadikan Ryouichi menjadi lebih kuat adalah keinginanmu juga bukan?" ucap Jendral.

"Tentu saja aku menghormatimu, Jendral. Namun jika kau menyentuh Ryouichi sehelai rambut saja, akan kupastikan kau akan menyesal nantinya"

Ucapan Kolonel Ryota terdengar sangat mengintimidasi, bahkan Jendral pun terlihat merespon dengan segan.

"Kau tidak perlu khawatir Kolonel, sampai saat ini aku belum ada niat untuk mengganggumu. Dan bukankah kau juga harus mencari penggantimu untuk memimpin Provinsi Timur? Waktumu sudah hampir habis bukan?" ucap Jendral.

"Tenang saja, waktu yang ku miliki lebih dari cukup untuk membuatnya lebih kuat dari sekarang" ucap Kolonel Ryota lalu pergi meninggalkan ruangan Jendral.

"Kau dengar itu bukan? Tugasmu adalah mengawasi anak itu. Jika ada yang mengganggunya, kau tahu harus melakukan apa bukan? Letnan satu Shizu?" ucap Jendral.

Tiba-tiba saja Letnan Satu Shizu muncul dari kegelapan setelah Kolonel Ryota meninggalkan ruangan Jendral.

"Baik Jendral, sudah tugasku sebagai pemimpin divisi Dark Moon untuk memastikan semua hal baik-baik saja sesuai dengan perintah anda"

"Baiklah, mulai besok kau dipindahkan ke markas Provinsi Timur. Pastikan untuk melindungi anak itu apapun yang terjadi. Kita tidak ingin insiden [Red Day] terulang untuk kedua kalinya" ucap Jendral sembari meminum kopinya dan menatap keluar jendela.

"Baik Jendral, tapi apakah tidak apa-apa jika kita membiarkan Kolonel Ryota seperti itu? Dia sepertinya sudah siap melakukan kudeta jika keadaaan memungkinkan" ucap Letnan Satu Shizu

"Hahahaha, kau tidak perlu khawatir tentang hal itu. Kolonel Ryota adalah prajurit yang setia. Asalkan kita tidak mengganggunya, kita tidak perlu mengkhawatirkannya. Asal kau tahu, kalau Kolonel Ryota mau, bahkan seluruh divisi Dark Moon tidak akan mampu menghentikannya jika dia melakukan kudeta" ucap Jendral.

"Apakah Kolonel Ryota sekuat itu hingga anda sampai berbicara seperti itu?" ucap Letnan Satu Shizu.

"Kau tahu? Jika dia serius, aku bahkan bisa saja kalah jika aku berduel dengannya. Kesempatan menangku adalah 50:50. Jadi usahakan jangan menyinggungnya" ucap Jendral.

"Saya mengerti Jendral, kalau begitu saya undur diri" ucap Letnan Satu Shizu.

Setelah pertemuan Ryouichi dan Jendral terjadi, Ryouichi serta Kolonel Ryota pun kembali ke markas Provinsi Timur. Namun setibanya mereka sampai disana, hal yang tidak mereka inginkan pun terjadi.


CREATORS' THOUGHTS
Hayate_sensei Hayate_sensei

Beberapa bagian sudah direvisi, selamat membaca

*Hayate-sensei

Creation is hard, cheer me up!

next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C7
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login