Download App
50% Disha Si Gadis Desa / Chapter 6: Di Taman Samping RS

Chapter 6: Di Taman Samping RS

Di taman rumah sakit yang penuh dengan tanaman-tanaman hias serta kelinci putih berkeriaran dan berlari-lari kesana kemari seakan menghibur Disha yang sedang duduk di taman bersama Dokter Raka dan Zaenal.

Para pasien lain yang tubuhnya sudah mulai ringan juga berjalan-jalan di taman sambil melihat tanaman-tanaman bunga yang indah agar hatinya tumbuh rasa semangat untuk sembuh, Dari balik tumbuhan pohon besar Cici mendengarkan pembicaraan mereka karena tidak mau kalau Dokter Raka sampai mengutarakan isi hatinya pada Disha.

"Disha, kapan kalau kamu butuh apa-apa jangan sungkan minta bantuan dapa saya, oh iya ... kamu jangan sering kecapean dulu ya, biar sehat dulu ya!" ujar Dokter Raka yang berdiri di hadapan Disha.

"Baik Dok, Dokter saya berterimakasih banyak sekali, Dokter Raka sudah baik banget sama saya, sama adik saya sepertinya hanya bisa mengucapkan terimakasih, Dokter sudah mau mendonorkan darah untuk saya, membiayai semua ini sekali lagi saya berterimakasih," ungkap Disha yang tiba-tiba memeluk Dokter Raka sambil berkata lagi, "Dokter maafkan saya entah apa yang terjadi jika tidak ada Dokter yang sudi mau membantu saya."

Dalam pelukan Disha, Dokter Raka merasakan kehangatan dan kenyamanan maka Dokter juga membalas pelukan itu hingga Disha dalam hatinya tumbuh rasa bahagia yang sebelumnya tidak pernah merasakannya.

Cici yang melihat itu menjadi kesal seraya berkata pada dirinya sendiri, "Ha, beraninya ya Disha memeluk segala, taunya gini tadi saya tidak mengikutinya, awas saja kamu Disha cukup ini saja kamu bisa berduaan dengan Dokter Raka."

Dari belakang ada seseorang yang menepuk punggung Cici ya ... Dia adalah Dodik pacarnya hingga membuat Cici kaget dan berteriak, "Ha ... Kamu! Ngagetin saja, Ada Apa hingga sampai kesini segala."

"Eh saya tuh mencari kamu kemana-mana tahu, di telfonin juga tidak aktif-aktif, Ada Apa kamu di sini? Katanya bibi kamu sakit kok malah di sini," terang Dodik yang penasaran pada Cici mengapa di tempat itu bersembunyi seperti ada hal yang disembunyikannya.

"Hmm ... ituloh lihat ada wanita yang dulu pernah dekat dengan kamu," terang Cici yang ingin menyatukan mereka kembali dengan tujuan agar bisa ada kesempatan dengan Dokter Raka.

"Emangnya kenapa kalau mereka benar bersama toh Disha masa laluku sekarang saya sudah punya kamu jadi saya tidak mau merusak hubungan mereka, huh ... sudah mari kita pergi! Tuh kamu dicari Adikmu.

"Ih, lihat! ... masak kamu tidak cemburu sih melihat mereka," kata Cici yang tidak sadar kalau diperhatikan Dodik.

"Sebentar, tumben kamu menyuruh saya untuk memperhatikan si Disha itu, oh .... Apa jangan-jangan kamu ya yang cemburu? Atau kamu ... ingin seperti mereka saling ngobrol, ah sudahlah yuk mari! Kita kembali ke ruangan kasihan adikmu menunggu dari tadi, katanya membelikan bubur eh ternyata malah ngurusi urusan orang," tutur Dodik yang kemudian menarik tangan Cici untuk pergi.

Kini di taman hanya ada beberapa orang yang menghirup udara segar, Dokter Raka yang berhubung ada tugas maka dia meminta izin pergi.

"Disha, yang semangat ya untuk sembuh kasihan banyak orang-orang yang merindukan kehangatan uluran tanganmu, Oh iya ... ini kartu nama saya nanti kalau sudah pulang dari sini dan ada waktu luang bisa main kerumah, tenang saja jangan takut, tapi ngomong-ngomong kamu bertempat tinggal dimana? Kalau boleh tahu," tanya Raka yang terlihat ingin sekali mengetahui rumahnya.

"Rumah saya Dokter! Di ujung sana, maklum Dok saya itu anak Desa," terang Disha sambil menunjuk ke arah jauh.

"Ya ... besok kalau kamu sudah boleh pulang bisa kok saya yang mengantar, "terang Dokter Raka yang sambil menuntun Disha berjalan kesana dan kemari.

Tidak sengaja saat enak berjalan kakinya Disha terkilir oleh batu yang berada di tengah jalan hingga hampir jatuh untung Dokter Raka cepat-cepat menolongnya, jika tidak maka Disha jatuh dan mengakibatkan sakit yang serius.

Terjadilah saling pandang, Raka menatap tajam kedua mata Disha begitupun sebaliknya terlihat Disha jatuh dalam pelukan Raka hati Disha tiba-tiba berdebar-debar begitu juga Dokter Raka, kejadian itu berlangsung lama dan saat sadar mereka menjadi salah tingkah.

"Ya ... Sudah maaf saya pergi dulu ya," kata Raka yang kemudia pergi salah arah yaitu pergi ke arah kamar mandi.

Disha yang melihat itu hanya bisa tersenyum tipis lalu berkata pada Zaenal, "Eh Zaenal, lihat Pak Dokter lucunya ternyata, kok malah pergi kesana."

"Iya ya Kak, hmm ... aku kak," terang Zaenal.

"Apa?" sahut Disha.

"Dia cinta kamu Kak, ha ha ha," kata Zaenal dengan mengajak becanda Kakaknya.

"Ih ... Apaan sih kamu Zaenal, Tidak mungkinlah secara dia seorang Dokter sedangkan saya, hanya penjual keliling." terang Disha.

"Eh ... beneran Kak, Dia sepertinya suka sama Kakak, coba bayangkan masak dia rela membiayai dan mendonorkan darahnya untuk Kakak, dilihat dari keluarga juga bukan pasti dia suka sama Kakak," kata Zaenal.

"Zaenal ingatlah Kakak belum ingin pacaran apalagi menikah, saya ingin bebas dulu menikmati hidup ini," tutur Disha.

"Kakak! Jangan begitu, Kakak sudah waktunya untuk menikah mau sampai kapan juga hidup begini, sekolah juga tidak kalau menurut saya cepatlah menikah biar hidupmu bisa bahagia," terang Zaenal.

"Ah ... Sudahlah, mari kita kembali rasanya sudah sangat lama di sini besok-besok lagi," ajak Disha.

Maka mereka berdua kembali keruangan itu hingga beberapa hari kemudia Disha sudah sembuh total dan bisa pulang dengan senang hati Dokter Raka menawarkan diri untuk mengangarkannya.

"Disha ... Zaenal ... Alhamdulillah kini kalian sudah boleh pulang, bagaimana mau tidak saya antar, ya ... biar tahu rumahmu," kata Dokter Raka.

"la memang Dokter tidak ada tugas gitu?" tanya Zaenal.

"Sepertinya tidak, nanti saya bagian sift malam jadi sekarang masih bisa mengantarmu, sudah jangan pikirkan saya," kata Dokter Raka.

"Ya ... Kalau tidak mengganggu aktifitas Dokter dengan senang hati sekiranya Dokter yang mengantar Kakak saya, biar sekali-kali orang kota masuk desa," terang Zaenal.

Dengan menyiapkan keperluan yang dibawanya maka mereka mulai masuk mobil dan kemudian mobil itu melaju dengan cepat, dalam perjalanan yang tidak terlalu lama itu membuat suasana ngobrol kurang.

Tak lama mereka sudah sampai di rumah, betapa kagetnya para tetangga yang melihat Disha berjalan diantar oleh laki-laki yang tampan dan bermobil.

Zulaiha adalah tetangga yang melihat hal itu dengan cepat dia mengabarkan pada yang lain sehingga tidak lama sudah berkerumun para warga ada yang langsung menyusul Disha karena ingin mengetahui keadaannya.

Kini rumah Disha dipenuhi dengan warga yang ingin mengetahui keadaan Disha, salah satunya yaitu Ibu Ida yang menanyakan kabar, "Dish ... Bagaimana kabarnya?"

"Alhamdulillah ... baik Bu Ida, semua ini berkat Dokter Raka ini dia sangat baik banget mau menolong saya," kata Disha yang langsung disahut oleh Dokter Raka, "Ah ... Sesama manusia ya ... saling membantu, saya senang bisa membantu Disha hingga seperti ini."

Salah satu warga yang namanya Sabrina tiba-tiba memperkenalkan diri, "Perkenalkan Dokter yang tampan ... Ih ... nama saya Sabrina."

"Raka," sahut Dokter Raka sambil tersenyum dan cepat-cepat melepaskan pegangan tangan Sabrina.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C6
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login