Download App
9.89% Dibatas Senja / Chapter 9: Bab 9

Chapter 9: Bab 9

Pagi sekali lusi sudah bangun, sehabis sholat shubuh, diambilnya sebuah buku jadwal ujian hari ini. beberapa menit kemudian, dibantingnya buku di atas kasur empuknya karna entah sudah keberapa kali Lusi membolak balik buku marketing management philip kotler, tapi dak ada yang nempel diotak kirinya. biasanya lusi akan tahan berjam jam baca yang berkaitan dengan manajemen pemasaran salah satu materi yang dia suka, mana nanti siang mulai ujian semesternya.

Mending aku tanya langsung deh ke dia, apa hubungannya sama mbak reina dah putus, eh sarkas banget. atau gini aja, Kak Janggan sama mbak rein masih bareng, ah bodo bodo, kali kayak gini bodo beneran nih aku, baiklah aku telpon aja, seingetku aku dikasih nomornya kemaren.

Diambilnya handpone yang ada di meja belajarnya,"assalamualikum" terdengar seseorang menjawab dengan suara berat "waalaikumsalam, ada apa sih bu, iya minggu depan aku pulang" karna masih ngantuk tanpa ngelihat nama siapa yang ada dilayar handpone nya.

"kak, masih ngantuk ya" suara dari seberang mengagetkannya, mata Janggan membelalak lihat nama cewek yang semalem diimpikan "my girl is calling". aku kira ibu yang semalem telpon minta aku pulang ada pertemuan keluarga." eh yang sory, kirain ibu, semalem janji mau telpon lagi" lo lo bentar bentar dia myebut lusi apa tadi, ini pagi pagi sudah yang nggak nggak deh yang dilakuin, janggan tambah panik, takut yang diseberang sewot, atas dasar apa dia panggil "yang".

"kak dah bangun, bisa ke kostan lusi sebentar" lusi berusaha menekan degub jantungnya pura pura dak denger sebutan aneh dari Janggan untuk nya, mungkin masih dikira bukan aku kali aja, panggilan untuk mbak reina.

"ok aku pakai baju dulu ya, lagi toples di dada, apa lusi yang ke sini, biar kakak dak usah pakai baju, kw kw kw" telpon dimatikan lusi setelah misuh misuh nanggapin godaan janggan.

Diambilnya celana pendek jean dan kaos putih polos ada gambar buaya kecil dipojok atas kiri, 'sudah tampan kok gue'.Orang setampan ini mana mungkin lusi bisa nolak pernyataan gue kemaren, yang ada dia gak bisa tidur semalem, Janggan pe de banget.

Tok tok tok "assalamualaikum" Janggan senyum sendiri, gak nyangka yg dia suka anak depan kostan.

"waalaikum salam, eh Janggan, tumben, nyari sapa ?" irma yang bukain pintu kost," Lusi ada", jawab Janggan.

"Duduk gan, aku panggilin, eh nih anaknya, tinggal dulu ya", irma langsung masuk ke kamar.

"silahkan duduk kak" kata Lusi, sambil narik kursi tamu untuk dia duduki, janggan pun melakukan hal yang sama.

"Maaf kak, soal yang kakak tanyain kemaren," lusi menarik nafas panjang.

"Gimana kalo aku, jawabnya,... aku juga suka sama kakak, tapi mbak reina, em yang.." belum selesai kalimat Lusi, Janggan langsung bisa menebak "yang ketemu sama kamu minggu lalu di mart, dia itu temen aku sejak kecil di kampung, kalo gak percaya bisa tanya sama ardan"

Janggan tersenyum menatap lusi,"makasih dah mau nerima aku, aku dak bisa menawarkan hal yang muluk ke kamu, aku ingin mengenalmu lebih dari pribadimu yang menarik" oh Tuhan bahagianya hati, Janggan kuatir pernyataannya kemaren tidak bersambut.

Tiada hari seindah hari ini, lusi mematung tanpa bisa berkata apapun, semoga ini awal yang membahagiakan.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C9
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login