"Nanti, kamu ikutan motor saya dari belakang ya ..." ucap Hanan pada suruhannya.
"Siap pak!" ucap Dio.
"Yaudah cepat!" titah Hanan. Hanan pun menancap gas motornya dan diikuti oleh Dio yang membawa mobil Anin.
.....
"Nin, kamu bareng papa ya ke kampus. Mama mau pakai mobil soalnya.." ucap Asni.
"Uhuk uhuk..." ucap Anin tersedak makanannya.
"Pelan-pelan kalau makan.." Wiran.
"Ya mama buat orang kesedak aja.." gerutu Anin.
"Lho, kan Mama benar.." bantah Asni.
"Ish mobilnya masih di apartemen polisi itu."
"APA?!!" Serempak Wiran dan Asni terkejut.
"Lah yaiya lah kan tadi malam aku pulangnya dianterin sama dia. Ya jadinya mobilnya ditinggal."
"Ambil sekarang!" titah Wiran.
"Ya Allah papa... kata dia mau diantar. udah ah.."
"Mau diantar kapan Anin? Ini aja dia belum nganter" kesal Asni.
"Ish.. Bentar lagi... Dia polisi juga ngapain takut."
"Awas ya kalau gak dianter.. Mama gantung kamu."
"Ih mama kejam banget sih sama aku."
"Biar!"
Tin Tin....
Terdengar suara klakson mobil dari depan rumah Anin.
"Nah, itu pasti dia.. " ucap Anin dan berjalan ke lua rumah. Dan ternyata benar, Hanan telah tiba. Mama dan Papa Anin pun menyusul ke luar. Dio ke luar dari mobil Anin dan Hanan turun dari motornya.
"Hai nin.." sapa Hanan.
"Pak kok lama banget sih? Emak saya udah ngomel-ngomel di dalam." ucap Anin pada Hanan.
"Maaf ya tadi saya ada urusan sebentar.." Mama dan Papa Anin kini telah bersama mereka.
"Anin.." panggil Asni.
"Nih kunci mobilnya.." ucap Anin memberikan kunci mobil itu pada Asni.
"Kamu siapa?" tanya Wiran.
Hanan tersenyum dan mengulurkan tangan.
"Saya Hanan om..." ucap Hanan ramah.
Wiran menyambut uluran itu.
"Oh... Siapa nya?"
Anin langsung menyikut lengan Wiran dan berbisik.
"Papa ih..." bisik Anin tak enak.
"Hmm bukan siapa-siapa om.." Balas Hanan.
"Kamu gak dinas?" tanya Asni.
"Ah iya sebentar lagi tan.." ucap Hanan.
"Yaudah nin, ayo berangkat bareng Papa.." Anin akan melangkah namun...
"Hmm boleh gak kalau Anin saya aja yang anter?" izin Hanan.
"Kamu? Mau nganter? Naik motor gini? Anak saya mau gimana naiknya? Dia kan pakai rok.." ucap Wiran tak terima.
"Anin kan pakai legging om... Lagian nanti kalau sudah naik roknya bisa dirapikan lagi.. Iya kan nin?" tanya Hanan Pada Anin.
'Hmm.. Mendingan berangkat sama pak Hanan dari pada sama Papa.. Entar kalau sama papa pasti ntar papa tanya-tanya soal Hanan.. males banget. Iyain aja deh..' Batin Anin.
"Hm iya pak... Saya bareng bapak aja deh.." ucap Anin.
"No!" ucap Wiran.
"Papa.... Udah ya Anin udah telat. Ntar kalau naik mobil gak keburu. Hari ini tuh jadwal dosen killer." rengek Anin.
Wiran tampak menimang.
"Dah biarin aja pa.." ucap Asni.
"Yaudah.. Tapi pakai helm." ucap Wiran.
"Saya bawain helm kok om.." ucap Hanan.
"Duhhh pengertian banget bapak ya heheh.." ucap Anin cengengesan.
"Iya dong.. Yaudah nih pakai.. " ucap Hanan menyerahkan helm. Setelahnya Hanan pamit. Anin pun menaiki moge Hanan.
"Pegangan ya nin.. Saya takut kamu terbang." canda Hanan.
"Bapak ih gak senang kalau gak usil." kesal Anin.
"Hahah habisnya kamu lucu kalau diusilin."
"Udah jalan pak.. Keburu papa berubah pikiran."
"Siap ibu Bhayangkari... Heheh"
"Dihhh..."
Hanan pun melajukan motornya.
........
Vio keluar dari mobilnya. Ia berjalan sambil memainkan ponselnya.
"Wah seru nih... Ajak Anin ke sini ah ntar.." ucap Vio senang sambil melihat sesuatu di handphonenya.
"Vio!" teriak seseorang. Vio pun menoleh ke sumber suara. Radit. Ya, Radit yang memanggilnya.
"Males banget ya Allah..." gumam Vio sebelum Radit berada di hadapannya.
"Anin mana?" tanya Radit.
"Duhh bapak. Tiap hari nyariin Anin mulu. Bosen tahu.." ucap Vio kesal.
"Ya kan gak mungkin saya nyariin kamu sementara kamu ada di depan saya."
"Dah ah males saya.."
"Tunggu dong vi.. Saya mau nanya."
"Apaan?" ketus Vio.
"Kamu udah berapa lama temenan sama Anin?"
"Kepo!"
"Serius vi"
"Gak penting banget sih pak tanya ginian."
"Penting. Saya pengen tahu Anin itu bisa akrab sama orang setelah temenan berapa lama gitu."
"SKSD deh bapak..."
Beberapa mahasiswa-mahasiswi berlalu lalang di hadapan mereka.
'Si Anin udha dua kali ya dianterin sama polisi itu. Ganteng tahu polisinya..' ucap mahasiswi yang melewati mereka.
'Iya, ganteng banget... Uhhhh...' tambah temannya.
'Beruntung banget ya... Padahal setahu gue dia kan gak ada dekat sama cowok-cowok di kampus ini, eh tahunya pacarnya polisi.. Ganteng, masih muda lagi.'
'Iya.. Pantes dia gak selera sama cowok-cowok di sini..'
'Yaiya, cowoknya aja ganteng gitu. Polisi juga..'
'Tahu gak sih, Laura pernah ditilang sama polisi gitu tapi aku gak tahu siapa polisinya terus si Laura sok-sok godain gitu, eh tuh polisi kagak selera. Kagak minat sama dia wkwkwk...'
'Oh iya gue tahu itu.. Gue dengar beritanya. Ada videonya juga tapi diambil dari jauh. Polisinya ganteng sih tapi datar banget, susahlah...'
'Hahha... Malu-maluin aja tuh orang. Sok cantik.'
Blablabla.....
"Anin dianter sama polisi?" gumam Radit.
"Palingan juga pak Hanan.." tambah Vio.
"Sialan tuh polisi. Ngajak ribut sama gue!" emosi Radit.
"Pak, jangan lebay deh. Bapak sama Anin juga gak ada hubungan apa-apa.. Jadi udah ya jangan cari gara-gara sama pak Hanan. Bapak itu dosen di sini dan pak Hanan itu polisi, nama kalian bisa tercoreng hanya karena ribut memperebutkan seorang Anin."
"Saya tidak mungkin ribut di sini juga vio!" geram Radit.
"Mau di sini atau enggak ya tetap aja jangan cari masalah pak.."
"Udah kamu jangan sok nasehatin saya.. Saya buat C di nilai kamu baru tahu rasa."
"Dasae dosen songong. Pantes aja Anin gak mau sama bapak.. Pak Hanan itu lebih humoris dari pada bapak."
"Diem Vio! Kamu seneng ya buat saya panas?"
"Ya bodo amat bukan urusan saya."
"Awas kamu saya buat C nilai kamu"
"Jangan gitu dong pak! Masa masalah pribadi disangkut pautin sama masalah kuliah."
"Bodo amat kata kamu." Radit meninggalkan Radit.
"Ihhh dasar dosen gila!" rutuk Vio mencak-mencak.
....
Anin turun dari moge Hanan dengan hati-hati.
"Makasih pak.." ucap Anin sambil menyerahkan helm Hanan.
"Sama-sama... Semangat ya nin.."
"Hahah iya pak... Sok sweet bapak ya.." ledek Anin.
"Saya akan slalu bersikap sweet pada orang yang saya cintai..."
Blush!
Pipi Anin langsung blushing.
"Jangan bercanda pak..." elak Anin.
"Saya gak bercanda. Saya sudah sering sekali mengatakan ini pada kamu tapi kamu belum juga bisa menerima saya." ucap Hanan sedih.
"Maaf pak... Untuk saat ini saya belum bisa. Saya mau fokus kuliah dulu. Assalamualaikum..." pamit Anin dan meninggalkan Hanan yang menatap punggung Anin yang perlahan menghilang.
"Saya akan selalu mencintai kamu dan menunggu kamu nin... Kamu layak saya perjuangkan..." gumam Hanan.