Download App
2.03% DADY / Chapter 8: KETULARAN

Chapter 8: KETULARAN

Rafa langsung menunda kembali pekerjaannya. Dia langsung meminta sekertarisnya untuk mengurus kepulangannya. Sesegara mungkin rafael berharap cepat sampai di rumahnya.

***

Hany tak jadi ke supermarket, moodnya hancur karena rafael. Dia hanya tinggal di rumah, seperti biasa menonton televisi sampai makan bersama dengan mina, ningning dan orang tua mereka. Sampai mengantuk dan tidur kembali di kamarnya.

Butuh waktu 14 jam lebih dari amerika ke indonesia. Sepanjang dipesawat rafael khawatir sekali dengan hany yang mengurung diri.

Bagaimana jika hany nekat?

Mencelakaan dirinya?

Juga bayinya?

Rafael tak mau. Pesawatnya landing di bandara. Sebelum sampai ke rumahnya dia bahkan harus naik mobil. Butuh sekitar satu jam ke rumahnya. Sesampainya di rumah hari sudah malam, mungkin sekitar jam 3 dini Hari.

Rafael bergegas masuk ke rumahnya. Ada seorang bodyguard yang berjaga diluar dan membukakan pintu. Rafael langsung menuju kamar hany. Ketika rafael sampai di kamar hany, tadi rasanya ingin sekali memarahi hany, kenapa hanya karena tidak dibolehkan ke supermarket mengunci diri.

Tapi ketika masuk dan melihat hany yang tertidur pulas, rafael tersenyum. Hatinya nyaman tersentuh. Rafael melepaskan jas kerjanya. Dia mandi dan mengambil pakaian santai.

Kamar rafael sebenarnya diatas dan lagi rafael hany sudah saling sepakat tak akan saling menyentuh. Tapi kali ini rafael ingin sekali mengawasi hany langsung. Sampai dia harus kembali bekerja, mungkin besok dia akan kembali ke amerika untuk pekerjaannya.

Setelah rafael mandi dia kembali turun dan mengambil tempat tidur disamping hany. Rafael sangat lelah, tapi tak bisa tidur di pesawat. Setelah melihat hany tidak apa-apa, rafael langsung bisa tertidur pulas disamping hany.

Kruyukkk..

Perut hany berbunyi. Rasanya sangat lapar. Hany terbangun dan melihat disampingnya seorang laki-laki tidur tanpa izin, disampingnya, dengan lelap. Setelah hany lihat ternyata dia rafael

"Bukannya masih di amrik ya?" kata hany bermonolog sendiri.

Ahh.. Hany tak perduli. Dia kelaparan. Dia akan keluar, menuju dapur dan mencari apa saja yang bisa dimakan.

"Sayang, kamu lapar ya?" tanya hany sebelum dia berdiri dari kasur. Hany mengusap perutnya dan bertanya pada anaknya.

"Ok kita cari makanan!" kata hany lagi dengan antusias.

Tanpa hany sadari pria dibelakangnya sejak tadi memperhatikan. Dia juga ikut tersenyum melihat bagaimana hany berinteraksi dengan bayinya. Dia juga ingin.

"Mau kemana?"

Ketika hany baru akan berdiri tangannya diraih oleh seseorang. Tangannya ditahan oleh rafael. Hany melirik rafael. Dia sudah bangun.

"Ke dapur. Laper." kata hany menepis tangan rafael.

"Bangunin bibik, ningning atau mina buat masakin kamu sesuatu." kata rafael ikut duduk dan menatap hany. Hany menggeleng.

Hany tak mau merepotkan. Masih khawatir dengan hany, rafael pun akhirnya mengikuti hany ke kamar. Rafael hanya melihat apa yang hany lakukan.

"Bisa minta tolong cari sesuatu untuk dimakan?" kata hany meminta tolong rafael yang hanya mengikutinya. Mengekor dibelakang sejak tadi.

Rafael pun mengangguk. Rafael mencari dilemari pendingin dan tempat yang lain. Tapi semuanya barang mentah. Rafael malah jadi kesal sendiri.

"Kenapa tak ada yang bisa dimakan. Apa bibik dan yang lain tidak bisa bekerja dengan baik." rafael jadi marah-marah sendiri.

"Jangan pecat mereka." hany menatap tajam rafael yang masih berdiri dilemari pendingin dengan memegang pintunya.

Hany mengambil bahan mentah. Seperti telur juga sosis dan yang lain. Setidaknya ini bisa dimasak dan dimakan. Juga ada sayuran. Dan tinggal sebuah apel.

Kruyukkk...

Di pesawat juga rafael tak bisa makan, dia tak selera makan karena khawatir pada hany. Jadi perut rafael juga berbunyi karena lapar. Hany mengambil apelnya, tadinya ingin dia gigit sendiri. Tapi tak jadi mendengar perut rafael juga berbunyi.

Hany beralih mengambil pisau untuk memotong apelnya. Tapi ditahan oleh rafael, dia takut hany melukai dirinya dengan pisau.

"Biar saya yang potong." kata rafael sok pahlawan. Dia mengambil pisau dan apelnya untuk dia potong. Tapi malah membuat hany tertawa.

"Anda yakin bisa menggunakan pisau dengan benar tuan. Sini biar saya, saya tidak akan melukai bayi anda hanya dengan memotong apelnya."

Hany yang tadinya mengambil wajan untuk menggoreng semua bahan makanannya malah tak jadi. Dia menghampiri rafael kembali dan menggantikan rafael untuk memotong apelnya.

"Benar-benar laki-laki pembisnis." gumam hany sambil memotong apelnya. Dia bahkan menggunakan pisaunya secara terbalik. Hanny ingin tertawa tapi hampir tak percaya. Hanya pisau dia tidak bisa menggunakannya. Benar-benar bisnisman yang cuma di kantor.

"Ini, sebelum masakannya matang. Ini bisa mengganjal perut anda. Akk."

Setelah selesai membagi dua apelnya, hany begitu saja refleks ingin menyuapi rafael. Rafael terkesima, dia sangat suka sikap manis para wanita yang memanjakan laki-lakinya. Tapi kemudian rafael juga ingat bagaimana wanita menghianatinya.

"Saya bisa makan sendiri. Tak perlu disuapi." kata rafael yang kembali jutek dan mengambil separuh apel dari tangan hany.

"Hih..."

Hany hanya berdesis kesal.

Hany memanaskan wajan lalu mulai memasak telor, sosis dan sayuran yang lain. Setelah itu hany membuat susu hamilnya dan minuman untuk rafael.

Dua porsi makanan didua piring. Dan harusnya juga dua minuman. Masalahnya hany tak tau apa yang rafael suka. Teh atau kopi? Atau susu hangat atau minuman jus?

"Tuan, mau minum apa?"

Rafael memilih duduk disofa dengan televisi setelah sejak tadi berdiri dan memperhatikan setiap gerakan hany. Hanya memandang hany memasak, sesekali hany suruh untuk mengambilkan garam, dll. Piring juga sendok dan mencicipi masakannya.

"Tidak perlu, saya akan meminum jus dinginnya." kata rafael yang berdiri mengambil piring makanan di tangan hany lalu meletakannya di meja depan tv.

Hany hanya berjalan dan akhirnya duduk di sofa. Sementara rafael mengambil jus jeruk dari lemari pendingin, menuangkannya lalu duduk kembali disamping hany. Hany dan rafael menikmati makanannya masing-masing sambil sesekali melirik satu sama lain. Tapi berusaha sebisa mungkin tak saling bertatapan.

Rafael menghindari tatapan mata hany. Ketika hany meliriknya, rafael pura-pura menonton televisi.

Setelah makan tengah malam tak terduga itu rafael akan kembali tidur. Tapi rafael malah berjalan ke kamar hany.

"Tuan, anda salah kamar kan?!" kata hany mengingatkan. Rafael tidak lupa, rasanya tenang dan nyaman tidur disana.

Tapi karena gensi, rafael pun akhirnya naik ke kamar atas dan tidur disana. Hany pun kembali masuk ke kamarnya dan tertidur pulas. Ternyata rafael tak bisa tidur di kamarnya, dia kembali turun dan tidur di kamar hany.

"Aku akan bangun sebelum hany bangun nanti." katanya berencana seperti itu.

***

Ke esokan harinya rafael benar-benar bangun lebih dulu dari hany. Rasanya tenggorokan rafael kering. Dia pergi ke dapur untuk mengambil minum. Tapi bahkan setelah minum tenggorokan rafael masih tak enak, bibir rafael juga memucat. Rafael ingin pergi istirahat kembali ke kamar atas supaya tak ketahuan hany. Tapi dia lemas, rafael mengecek suhu tubuhnya sendiri.

Sialnya tubuhnya demam. Rafael hanya bisa duduk dipinggiran sofa sambil mencoba mengumpulkan tenaga untuk naik ke lantai atas. Tapi sia-sia, dia benar-benar lelah.

Mungkin karena selama di amerika rafael benar-benar bekerja keras, agar cepat selesai dan kembali ke indonesia untuk melihat hany. Tapi malah jadi sakit. Gimana mau jaga hany.

Hany terbangun, dia ingin mengambil air putih didapur tapi hany malah melihat rafael dengan gelagat aneh. Hany pun menghampirinya. Hany terkejut melihat rafael yang pucat.

"Tuan, anda kenapa?" hany mendekati rafael untuk mengecek keadaannya. Tapi rafael tak menjawab. Rafael malah tak sengaja memeluk hany.

Lebih tepatnya tubuhnya lemas. Dia butuh penopang dan rafael terpaksa memeluk hany. Juga rasa yang sudah lama rafael pendam.

Ini kesempatannya.

"Tuan."

Hany khawatir, dia pun memeluk rafael dan merasakan suhu badannya yang panas. Hany langsung memanggil bodyguardnya untuk membantunya membawa rafael untuk istirahat. Para pembantu disana langsung sigap memanggil dokter untuk memeriksa rafael.

"Hany, saya suka bersama kamu. Bisakah saya sebut ini cinta? Saya mau bersama kamu, sesuka hati saya memeluk kamu. Bolehkah?"

Suhu badan rafael sangat panas. Bodyguar sampai memapah rafael yang hampir tak sadarkan diri. Tapi setelah dibaringkan ditempat tidur rafael malah mengigau seperti itu. Hany senang tapi tidak, rafael mengatakannya secara tak sadar.

Andai rafael mau mengatakannya langsung, hany akan mengatakan perasaan hany yang sama dengan rafael.

Tapi sepertinya rafael masih takut menjalin sebuah hubungan dengan wanita.


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C8
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login