Download App
4.54% Consumed by You [Indonesia] / Chapter 1: Pertemuan
Consumed by You [Indonesia] Consumed by You [Indonesia] original

Consumed by You [Indonesia]

Author: Gauche_Diablo

© WebNovel

Chapter 1: Pertemuan

Jepang, Tokyo, Shinjuku - 2020

DHUAKK!

PLAKK!!

Suara riuh tadi berasal dari sebuah gang sempit di dekat Ni-chome (distrik 2). Kenkichi baru saja menghajar homo mesum yang berani menawar dirinya untuk pergi ke love hotel.

"Bangsat! Kau kira aku murahan, heh?! Mati saja kau di situ!" teriak Ken kesal.

DHUAKK!

Sekali lagi ia menjejak selangkangan pria yang sudah terkapar itu dengan sepatu boot yang ia kenakan. Pria malang yang sedang apes tersebut hanya bisa mengerang setengah sadar.

"Cuih!" Ken meludahi tubuh tak berdaya tadi dan melangkah meninggalkan korban amukannya.

Fujisaki Kenkichi, atau biasa dipanggil Ken masih tingkat 2 di gakuen (SMA). Namun bodinya sudah mirip lelaki dewasa. Mungkin karena dia senang main ke club binaraga dekat rumahnya, dan kerap berlatih gratis di sana karena dekat dengan ketua club.

Ken sosok pria keras, seenaknya dan—anggaplah badass. Seluruh sekolahnya paham siapa dia dan tak ada yang mau cari gara-gara. Terlebih lagi karena dia seorang putra mahkota tunggal keluarga bilioner di Jepang.

Saat kakinya melangkah menuju ke rumah, ia malah menyaksikan pemandangan menarik.

Di depan sana ada seorang gadis sedang asik menghajar lelaki.

Ken langsung menaruh minat dan segera mendekat ingin tau. Ia menikmati tontonan aksi di depan matanya ketika gadis itu memberikan pukulan dan tendangan pada lelaki yang kini tersungkur tak berdaya.

"Wuhuuu... hebat juga jurus-jurusmu..." puji Ken. Ia melirik jam tangan di pergelangan kiri. Sudah jam 11 lewat malam. Pantas saja mulai sepi dan preman berkeliaran.

Jangan-jangan perempuan di depannya ini perempuan pang—ahh sepertinya tidak mungkin kalau memang dia panggilan om-om, kenapa harus membuat bonyok lelaki itu? Atau karena si lelaki bayarnya kurang? Fufufuu... ini menarik.

Rika lekas mencari sumber suara yang tadi baru saja memujinya—kalau tak salah dengar—, kemudian menemukan asal suara tadi. Seorang... pria tinggi dan t-ta-tam... sudahlah. Pokoknya, dia seorang lelaki.

''Siapa kau?'' Bukannya mengucap terimakasih, Rika malah bertanya dengan nada judes. Ia berbalik menghadap lelaki tam--misterius tadi, mengabaikan makhluk yang tengah meringis kesakitan akibat ulahnya.

"Namaku? Panggil saja Ken. Atau kalau kau bersedia juga boleh panggil sayank supaya lebih akrab." Ken bisa-bisanya melontarkan candaan pada nona manis di depan.

Seorang perempuan ada di jam segini? Menurut orang yang melihat pasti bakal dikira wanita panggilan. Benar, bukan?

Sebenarnya, Rika baru pulang dari acara ulang tahun mantan teman kampusnya. Adalah hal luar biasa seorang gadis macam Rika berani jalan sendirian di jam hampir tengah malam, dengan ancaman pelecehan seksual oleh preman-preman sekitar.

Ibunya bahkan sering melarang Rika pergi dan pulang larut malam di jam seperti ini, tapi ia sama sekali tak bisa menurut meski sudah berjanji. Yah, Rika tipe perempuan yang sedikit bebal.

Jadi, kembali ke mengapa Rika dan pria yang sedang tak berdaya itu bisa bertemu. Simple alasannya. Bajingan itu hendak melakukan pelecehan padanya. Namun Rika cepat tanggap. Ia hanya melakukannya dengan insting pertahanan diri.

Dan jujur, Rika agak waspada kalau-kalau orang yang tadi memujinya juga salah satu dari bajingan di sekitar sini.

Tapi... untuk apa Rika tahu siapa dia? Cukup abaikan saja, karena ia bukan tipe gadis yang bertanya dengan alasan ingin kenalan. Huh? Bodoh.

Ditatapnya lelaki yang nampak juga menatapnya tertarik dengan satu tangan ia taruh di pinggang.

Dia, Tadashi Rika, 23 tahun. Perempuan bergaya feminim namun kelakuan macam pre—ralat—agak kasar.

"Sekarang giliranmu sebut nama, Nona..." Ken maju dan ulurkan tangan ke gadis kepala pink samar itu. 'Manis, seksi, menggiurkan,' batinan Ken sudah mengumandangkan berbagai pujian yang ujung-ujungnya ke hasrat seksual.

Tak perlu heran. Ken bukan gaki (remaja ABG) cupu yang tak mengenal seks. Dia sudah biasa bersinggungan dengan tema itu. Kebanyakan para wanita mencarinya demi kepuasan. Mereka bilang seks Ken sangat mengagumkan.

Pria muda ini memang tipe begundal berwajah tampan. Dan tak hanya siswi di sekolahnya, beberapa guru wanita pun ada yang menjadi patner seksnya.

Well, dia gaki yang sangat enerjik penuh vitalitas. Saking enerjiknya, ia sering terlibat berbagai masalah. Dan paling kerap tentunya berhubungan dengan adu kemampuan, entah tangan kosong atau senjata.

Ohh please, kalian tidak sedang memikirkan matematika, atau fisika dan sejenisnya, kan? Kita bicara tentang Ken, maka jangan harap ada bau-bau mata pelajaran, selain kenyataan bahwa semua nilai pelajarannya selalu jeblok, kecuali kesenian dan olahraga.

Berkat itu pula Ken tidak dikeluarkan dari sekolahnya. Karena dia berkali-kali menghadiahkan medali emas di berbagai ajang perlombaan antar sekolah.

Anggaplah medali-medali itu sebagai nilai tukar pelajaran dia yang mengenaskan.

Nah, kembali ke momen si bengal yang sedang terpana dengan gadis yang ia temui menjelang tengah malam ini. Jujur.... Ken tertarik. Bernapsu.

Jatuh cinta pada pandangan pertama.

Mungkin.

Melihat lelaki di depannya tengah mengulurkan tangan bermaksud berkenalan, Rika hanya menatap tak bernapsu. Sama sekali tak ada ketertarikan untuk melakukan perkenalan.

Nona muda ini memang bukan tipe suka berkenalan dengan orang asing. Baginya, laki-laki itu lebih berbahaya daripada pedang yang tajam. Terlebih, ia bisa menebak bagaimana sifat gaki di depannya.

Penuh hasrat, ketertarikan dan....

''Kau berniat berkenalan dengan tatapan mesum begitu?''

PLAK!

Dengan kurang ajarnya, Rika menepis kasar uluran tangan Ken. Ia tak suka jika ada seorang lelaki menatapnya bagai mangsa yang siap disantap. Dirinya memang seksi—oke, banyak orang bilang begitu—namun kelakuannya sama sekali tidak seseksi penampilan.

Waktu umur 10 tahun, Ayah Rika meninggal karena kecelakaan. Oleh sebab itu ia hanya tinggal bersama sang Ibu juga kakak laki-lakinya, Tadashi Riku.

Namun, sejak kematian sang Ayah, Rika yang awalnya punya pribadi lemah lembut menjadi kasar, mudah marah dan berandal.

Kakaknya, Riku, sering pergi kelayapan dan sering pulang pagi disertai aroma alkohol sangat kentara. Mabuk-mabukan. Seks.

Rika bisa menebaknya.

Lalu, waktu umurnya 15 tahun, sang kakak tewas karena dibunuh. Waktu itu, Rika sama sekali tak merasa sedih karena baginya pria bajingan itu memang pantas mati. Lelaki brengsek yang sering membuat Ibunya menangis itu memang tak pantas untuk ia tangisi.

Kehidupan keras yang ia jalani bersama sang Ibu perlahan merubah pribadi Rika seperti sekarang. Ia memang manis diluar, tapi sama sekali tidak di dalamnya.

''Rika... Tadashi Rika.''

Dan maaf saja, meski ia termasuk golongan mungil, Rika sudah 23 tahun, lho. Catat itu. Ia bisa bertindak kasar tiba-tiba jika andai saja lelaki bernama Ken ini bakal berbuat kurang ajar padanya.

Dan maksud 'kasar' disini bukan semacam berteriak 'kyaaahh!' lalu main gigit dan berontak macam akan diperkosa.

"Fiufth~" Ken bersiul sebagai respon awal tamparan Rika pada tangannya yang tadi terulur. Tak menyangka perempuan manis di depannya bisa sepedas cabai setan. "Lumayan," ucap Ken santai seraya melantunkan sebuah kekehan.

Apa kalian bakal mengira dia akan surut? Salah besar. Hormon prianya justru menggelora ingin mengenal Rika lebih jauh.

"Rika. Hummm... Rika-chan?" Senyuman segera tertoreh meski bukan jenis yang lembut atau hangat. Mungkin boleh dikategorikan... seringai. Yeah, seringai mesum.

Ken melirik sebentar ke jam tangannya. "Hei, Rika-chan, bagaimana kalau aku mengantarmu pulang? Ini hampir tengah malam. Kau tau kan, banyak serigala berkeliaran."

Si pria muda tampak mengkuatirkan keselamatan gadis manis tersebut. Ken kuatir ada serigala yang akan membahayakan Rika. Meski ia lupa, bahwa ia termasuk serigala itu sendiri. Dasar begundal.

'Dan kau salah satunya, brengsek!' Batinan Rika sudah siap sedia ingin sekali berteriak begitu. Namun ia memilih mengelus dada berusaha sesabar mungkin.

Rika menatap intens Ken dan menggeleng. Justru baginya bersama lelaki ini malah makin dalam bahaya. Ia cukup tahu arti tatapan Ken barusan.

''Tidak perlu. Terimakasih. Tapi jauh lebih aman jika aku pulang sendiri daripada harus diantar salah satu serigala kelaparan yang kabur dari kawanannya,'' sarkas Rika, kemudian melewati Ken bagai gaki itu sama sekali tak penting.

Ini memang sudah lewat pukul 11 malam, tapi dirinya sama sekali tidak takut soal pulang sendiri. Lagipula, rumahnya tak terlalu jauh jaraknya dari sini. Mungkin... sekitar satu kilometer lagi. Yeah... sepertinya.

Namun nampaknya, Ken bukan tipe surut langkah. Rika yang berharap jika laki-laki mesum itu pergi dari kehidupannya saat itu juga seolah menelanjangi dirinya hanya dengan tatapan mata.

Sialan. Apa dia tak pernah melihat nona manis seperti Rika? Ia kira, Ken sudah sering menjamah berbagai bentuk tubuh para nona muda di malam hari di luaran sana.

Daripada berurusan dengan salah-satu serigala yang lepas, Rika percepat langkahnya dan berharap jika di depan sana ada pangeran berkuda putih yang rela menghajar bajingan mesum ini untuknya.

Pftt! Hanya berharap saja, sih.

===BERSAMBUNG===


CREATORS' THOUGHTS
Gauche_Diablo Gauche_Diablo

Yo, ketemu lagi ma author mesom //plak!//..

Oe kasi lagi cerita mesum yang gak gitu panjang, sih.

Ini cerita hasil adaptasi dari roleplay bareng patner.

Yeah... semoga kalian suka.

next chapter

Chapter 2: Perbandingan

Ditolak?! Fujisaki Kenkichi ditolak?! Yang benar saja, Nona! Dia ini the most wanted bachelor di Tokyo. Bujangan paling diinginkan—untuk digauli para wanita.

Dan kini dia ditolak?!

Adrenalin Ken menggelegak tak terima. Itulah mengapa dia malah berjalan di belakang Rika, membuntuti si manis yang ternyata jenis yang susah diberi pesona.

Padahal Ken sudah berpose sekeren mungkin. Wajah dibuat tampan maksimal agar Rika minimal bisa blushing ketika dipandang secara intens.

Tapi—

Sialan. Pinky satu ini mencoba bermain 'hard to get' kah? Oke. Oke, Ken akan jabani permainan dari Rika. Lihat saja nanti bila Pinky sudah pasrah dalam genggamannya.

Ken memang belum pernah ditolak. Dalam hal apapun. Ia akan melakukan segala cara agar keinginannya tercapai, secara halus atau kasar bila perlu.

Dan Rika adalah perempuan pertama yang menolak pesonanya. Sialan!

Kalian tahu seberapa besar perjuangan Rika untuk bersabar kala Ken membuntutinya? SANGATLAH BESAR! Asal tahu saja, nona manis ini bukan tipe penyabar, apalagi bila berhadapan dengan pria mesum macam Ken.

Mereka hanya saling diam, saling berpacu langkah dengan Rika terus saja fokus ke depan. Tinggal beberapa meter lagi, ada belokan dan disanalah letak tempat tinggal Rika bersama sang Ibu.

'Ada apa dengan bajingan mesum satu itu?' Tak habis pikir, Rika menggeleng pelan kemudian berhenti sebentar. Ia tahu jika Ken ikut berhenti seolah-olah sang gadis tak tahu—padahal ia hanya pura-pura tak tahu atau... tak mau perduli?

SREK!

''Berhenti—''

DUAK!

''—mengikutiku, bajingan tengik!!'' Kesabaran Rika sudah habis. Ia raih tempat sampah yang ada di dekatnya, dan tendang benda itu sekuat mungkin ke arah Ken yang sejak tadi main buntut-buntutan secara terbuka.

Tapi nampaknya pria muda itu lebih gesit menghindar. Tak apa, itu kesempatan Rika bisa lari... masuk ke dalam rumahnya.

Ken mendengus geli akan tingkah laku Rika. Benar-benar gadis yang menggemaskan.

Pria begundal ini tetap menunggu sebentar sampai Rika tiba di kamarnya yang ternyata sesuai dugaan Ken—menghadap ke jalan, dan di lantai atas. Terbukti dari menyalanya lampu ruangan tersebut.

KLOTAKK!

TAKK!!

Itu bunyi Ken yang melempari kaca jendela kamar Rika menggunakan kerikil beberapa kali hingga Rika terpaksa mengeluarkan kepalanya di jendela.

"Aku cuma ingin mengucapkan oyasumi (selamat malam/selamat tidur), sayaaank... mmuaachh!" seru Ken tanpa malu-malu disertai sebuah cium jauh ala blowing kiss ke Rika yang sepertinya melotot, atau mungkin menahan muntah.

Setelah itu, Ken terkekeh riang dan lari menjauh dari rumah itu sebelum Rika melempar meja ke arahnya. Yah, siapa tau, kan?

Sesampainya di rumah, Ken terengah-engah, merasa senang tanpa sebab jelas. Ya, pokoknya senang saja karena bertemu makluk secantik dan semenggairahkan Rika.

Ia lekas naik ke lantai atas, ke kamarnya. Lalu loncat ke atas ranjang tanpa menyalakan lampu. Matanya menerawang ke langit-langit kamar. Senyum belum lenyap dari wajahnya.

"Rika. Tadashi Rika. Pfftt... kau pasti jadi milikku!"

Dan beberapa menit kemudian ia pun terlelap.

◆◇◆◇◆◇◆◇◆

Pagi-pagi Ken sudah bangun. Sungguh tak biasanya. Ini masih jam 7 dan ia sudah terjaga dari tidurnya.

Ia pun turun ke bawah, ingin minum.

"Ohayou gozaimasu (selamat pagi), Ken-sama (sufiks untuk orang terhormat/tuan besar)," sapa seorang berseragam butler yang membungkuk hormat ke Ken. Yang disapa hanya menggumam acuh tak acuh.

"Humm," dan Ken melanjutkan perjalanan menuju dapur.

"Ohayou gozaimasu, Ken-sama..." Kali ini beberapa suara genit menyapa saat ia hampir mencapai dapur. Mereka berpakaian maid.

"Ahh, kalian. Sini cium aku dulu. Morning kiss..." Ken menyodorkan wajahnya sambil menunggu.

Kedua maid cekikikan dan akhirnya bergantian mengecup bibir Ken.

"Auhh!" pekik kecil salah satunya. "Ken-sama genit!"

"Ahahaha!" Ken pun meremas bokong keduanya sehingga menambah jerit manja para maid tersebut.

"Sehabis ini, kalian ke kamarku dan mandikan aku, mengerti?" titah Ken. Kedua maid langsung mengiyakan. Ken pun melanjutkan perjalanan menuju dapur untuk minum, sesuai niat awal.

Begitulah kehidupan Ken. Ia memang anak konglomerat. Maka tak heran jika dia disebut the most wanted bachelor, ya kan? Karena ia kaya dan tampan, meski kelakuannya brengsek.

Bahkan ia sebenarnya tak membutuhkan sekolah karena sudah ada guru private yang datang seminggu dua kali. Dan di tiap akhir sesi les, selalu ada kegiatan 'extra' antara ia dan sang Bu Guru. Kalian tentu paham, kan?

◆◇◆◇◆◇◆◇◆

''Aku pergi dulu, Bu!'' Rika pamit kepada sang Ibu seraya berlari kecil ke arah pintu depan. Ibunya hanya tersenyum lembut, kemudian melanjutkan aktifitas merajut syal untuk Rika.

Sebentar lagi musim dingin. Beliau terbatuk kecil, lalu berhenti sebentar guna meminum obatnya.

Yah, Ibu Rika memang sakit-sakitan, oleh karena itu tak bisa bekerja berat lagi. Paling hanya mengurus rumah, itupun juga Rika akan membantu jika waktunya senggang.

Tadashi Rika memang cantik, tapi sayangnya punya kekurangan dibagian sikap. Itulah sebabnya ia sering dipecat hanya dalam waktu seminggu. Rika sudah sering gonta-ganti manajer demi bekerja di berbagai tempat. Kafe, minimarket, toko kue, dan lain-lain.

'Uang tabungan menipis, dapur juga butuh bahan-bahan baru.' Menghela nafas berat, Rika menolehkan kepala kanan dan kiri, siapa tahu ada lowongan pekerjaan untuknya.

''Rika-chan (sufiks untuk sesama teman/sudah akrab)~!''

Satu suara menginterupsi fokusnya. Ia menoleh dan menemukan salah satu mantan teman kampusnya tengah melambai ke arahnya riang.

''Yu-Yumi-chan?''

''TARRA!''

''Ah, ini?'' Rika memperhatikan seksama benda yang diperlihatkan oleh Yumi. Kartu undangan pernikahan?

''Kau akan menikah??!!'' Ia berseru super kaget. Astaga, Rika bagai dilangkahi teman sendiri.

''Um! Dia pekerja kantoran. Sudah tampan, mapan pula.''

''Ah, begitu. Selamat, ya.''

PLUK!

''Rika-chan, kau kapan menikahnya~?'' tanya Yumi seraya peluk bahu Rika akrab. Yang ditanya sendiri hanya menghela nafas berat.

''Kau tahu bukan bagaimana kisah cintaku selalu berakhir tragis?'' ujar Rika dengan gaya melodrama, ditambah efek-efek sok tragis.

''Um! Um!" Yumi mengangguk mantap. "Rika-chan tak pernah bisa pacaran lebih dari tiga hari.''

''Nah!''

''Terus selalu diputuskan lebih dulu oleh beberapa lelaki. Paling singkat cuma satu jam pacaran.''

ZLEEBB!

Panah imajiner langsung menancap di kokoro (hati/perasaan) Rika saat itu juga. Cerita lama sialan itu ....

Yumi menepuk-nepuk punggung Rika berusaha menghibur. ''Suatu saat nanti, pasti akan ada pria yang menerima Rika-chan apa adanya,'' ucapnya, tersenyum tulus.

''Ahh...''

''Saa (nah)! Sedang cari kerja, ya?''

Rika mengangguk singkat. ''Kau tahu juga kan--''

''Iya, Rika-chan selalu dipecat karena sering berbuat onar di tempat kerja. Memukul pelanggan...''

ZLEBB!

''... lalu memaki-maki pelanggan...''

ZLEBB! ZLEBB!

''S-Stop, ku-mo-hon,'' pinta si nona pink dengan nada bergetar menahan amarah, juga malu. Itu memang salahnya yang main otot jika marah. Kebiasaan. Soalnya itu jujur hanya untuk pertahanan diri, sih.

''Haha! Gomen (maaf), gomen. Rika-chan... Ganbatte (selamat berjuang)! Aku pergi dulu, jaa (dadah)~''

''Jaa, Yumi-chan!'' Rika balas melambai, kemudian memperhatikan kartu undangan pernikahan tadi. Menikah, huh? Memangnya siapa pria yang mau dengan gadis macam dirinya?

''Menerima... apa adanya?'' gumamnya pelan. Namun kemudian, Rika mengepalkan tangannya erat karena kesal kala mengingat raut brengsek seorang lelaki di malam itu. 'Asal pria itu bukan tipe bajingan saja!' bathinnya menggelora.

Ngomong-ngomong, Rika merasa diperhatikan sejak tadi. Siapa ya? Ia menoleh kiri kanan tapi tak temukan orang mencurigakan.

===BERSAMBUNG===


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank 200+ Power Ranking
Stone 0 Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login

tip Paragraph comment

Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.

Also, you can always turn it off/on in Settings.

GOT IT