Download App
6.4% CINTA SEORANG PANGERAN / Chapter 88: Sakit Sekali

Chapter 88: Sakit Sekali

Kedua tangan Alena dipegang kiri kanan oleh dua orang pelayan utama yang berbadan tinggi besar membuat Alena langsung tidak berkutik. Ratu Sabrina memerintahkan agar pelayanan pribadinya Mahendri untuk segera memukul betis Alena. Alena meronta-ronta ketika bagian bawah gaunnya diangkat ke atas sehingga betisnya yang mulus terlihat. Kulitnya yang begitu indah, lembut dan halus dengan warna sedikit putih terlihat. Mahendri tampak sedikit tegang. Wanita yang ada di depannya bukanlah wanita sembarangan yang biasa Ia hajar dengan cambuk rotan seperti biasa.

Alena adalah gadis luar biasa, Ia bukan berasal dari negara ini dan yang terpenting Ia adalah wanita yang sangat dicintai oleh calon raja di negeri ini. Ia tadi sudah melihat bagaimana mata Nizam yang begitu terluka melihat kaki istrinya yang akan dipukul sayangnya kedudukan Nizam masih sebatas putra mahkota dan bukan sebagai raja. Kalau sudah menjadi raja maka kemungkinan Ia tidak akan hidup tenang.

"Mulai untuk memukul, jangan takut. Aku yang akan bertanggung jawab." Ratu Sabrina tampak merasakan kekhawatiran pelayannya

"Baiklah yang Mulia.." Mahendri lalu mulai mengangkat cambuknya dan..

"Aakh...AA..AA...it's hurt so bad,...Yang Mulia Ratu, Hamba mohon ampuni hamba, Hamba tidak akan melakukannya lagi, Aakh..Aduh..Aaakh saakit..it's hurt NIZAAAM...please help me. Don't leave alone...Aakh..." Alena merasakan kakinya dicambuk oleh rotan dengan sangat keras. Sakitnya tidak terkira. Seumur hidup Ia baru merasakan kakinya dicambuk.

Setiap cambuk rotan itu mengenai kulitnya, jeritan Alena terdengar melengking. Tubuh mungilnya mengejang dalam pegangan para pelayan penjaga Harem. Tangan Alena mengepal menahan sakit. Ia terus mengaduh-ngaduh dengan air mata bercucuran yang tak terbendung lagi. Tubuhnya sangat gemetar. Kakinya berusaha menghindari cambukan itu tapi Ia tidak dapat menggerakkan tubuhnya sedikitpun. Sakitnya bukan alang kepalang.

Suara cambukan dan jeritan Alena yang membuat Nizam serasa gila. Dan segera berlalu sambil mengepalkan tangannya. Ketika langkahnya melewati ruangan dimana para selirnya berkumpul dengan suasana tegang. Ia juga melihat ke arah Putri Reina yang menundukkan kepalanya. Tangan Nizam terkepal erat Ia merasa pandangan Putri Reina yang melihat ke bawah pasti berbinar mendengar jeritan wanita yang sangat dicintainya dicambuk. Dia berhasil membalas dendam karena Nizam menyakitinya pada saat malam pertama.

Cynthia membeku mendengar jeritan Alena. Ya Tuhan nasibmu Alena. Seandainya dia ada di Amerika pasti Ia sudah menelpon Edward. Tapi diam-diam Chyntia berjanji kalau nanti seandainya nyawa sahabatnya terancam maka Ia akan memberitahu Edward untuk menolong Alena.

Melihat Alena yang berteriak-teriak tanpa henti akhirnya Ratu Sabrina mengangkat tangan kanannya.

"Cukup!! Jangan terlalu parah, Ia masih harus menjalani prosesi pernikahannya dengan yang Mulia. Jangan sampai Ia tidak bisa berjalan nanti. Ia juga harus mempunyai tenaga untuk menjalani malam pertamanya nanti." Suara Ratu Sabrina terdengar begitu berwibawa.

Mahendri langsung menghentikan cambukannya. Nafas Alena terengah-engah disela Isak tangisnya. Tubuhnya diangkat untuk ditidurkan di atas ranjang. Alena langsung terbaring sambil menggeliat-geliat menahan sakit. Keringat dingin menetes membasahi sekujur tubuhnya. Rambutnya kusut Masai. Luka dikakinya terasa berdenyut-denyut perih sekali rasanya.

Ratu Sabrina menghampirinya. Ia duduk disamping Alena. Menatap gadis di depannya yang terus merintih kesakitan. Tangan Ratu Sabrina memegang dagu Alena oleh tangan kanannya sedangkan tangan kirinya mengusap air mata Alena.

"Jangan menangis lagi. Kamu harus belajar menjadi wanita yang kuat. Kelemahanmu ini akan banyak dimanfaatkan oleh lawanmu nanti.."

"Hamba tidak ingin memiliki lawan, Hamba menyesal sudah menampar pipi Putri Reina, Hamba sangat cemburu padanya" Alena menatap Mertuanya dengan air mata berlinang.

"Alena..ini Harem bukan tempat yang biasanya Kau tinggali. Dalam Harem tidak ada cinta dan rasa cemburu. Karena rasa itu akan membuatmu terbunuh. Kau harus menggunakan otakmu dan bukan perasaanmu. Jika Kau ingin bertahan disisi yang Mulia maka mulailah untuk berpikir. Sekarang istirahatlah, Kakimu akan diobati. Dalam dua hari akan sembuh. Jangan khawatir Kami memiliki obat yang bagus. Tidak akan pernah ada bekas luka di kakimu."

Ratu Sabrina menepuk pipi Alena yang sembab. Ia lalu bangkit.

"Tunda perkenalan Putri Alena dari sore menjadi besok pagi. Panggilkan tim medis kesini untuk mengobati lukanya. Lalu biarkan Ia beristirahat. Jangan biarkan ada yang masuk ke ruangannya kecuali para pelayan dan Cynthia. Perintahkan dua Kasim untuk berjaga di depan kamarnya."

Semua langsung memberikan hormat dan mengikuti langkah Ratu Sabrina meninggalkan kamar Alena. Sebelum pergi Ratu Sabrina berhenti di depan Cynthia.

"Cynthia..That is your name, isn't it? " Tanya Ratu Sabrina.

"Yes Your highness" Kata Cynthia sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Jagalah temanmu, Jangan biarkan Ia bertindak sesuka hati disini. Ingatkan Ia bahasa ini adalah Harem dan bukan Amerika, Jangan biarkan rasa cemburunya memenuhi perasaannya. Itu akan membunuhnya. Ia harus menerimakan bahwa istri yang Mulia Nizam bukanlah dia seorang."

Cynthia hanya bisa menganggukkan kepalanya mengiyakan perkataan Ratu Sabrina.

Begitu Ratu Sabrina berlalu Cynthia langsung berlari masuk ke dalam.

"Alena...Alena... Kasian kamu." Cynthia langsung menghambur memeluk Alena. Alena menangis meraung-raung. Rasa sakit dikakinya berbanding lurus dengan sakit dihatinya. Ia juga sangat sakit hati Nizam malah pergi meninggalkannya.

"Alena..maafkan Aku sungguh, Aku minta maaf. Semua adalah salahku" Cynthia ikut menangis sambil terus memeluk Alena.

"Seandainya dulu Aku tidak membantumu untuk mendapatkan Nizam pasti hal ini tidak akan terjadi. Kasihan Kamu Alena.." Cynthia terus mengusap punggung Alena.

"Hatiku sakit... sangat sakit, Cynthia. Lebih sakit dari kakiku. Aku ingin mati saja..Aku tidak mau lagi hidup begini... Telepon Edward Cynthia suruh Ia membawa aku dari sini..." Alena berkata dengan suara yang parau.

Cynthia terkejut mendengar perkataan Alena. Apakah Ia tidak salah dengar dengan perkataan Alena.

"Are you serius Alena?..Alena...Alena..." Cynthia mengguncang-guncangkan bahu Alena tapi Kepala Alena tiba-tiba terkulai. Ia pingsan menahan kesedihan hatinya.

Cynthia langsung panik. "Dokter..dokter..give me a docter. Alena pingsan..cepat!!" Cynthia berteriak-teriak. Untungnya tim medis segera datang. Mereka bergegas menghampiri dan memeriksa Alena.


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C88
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login