Video yang dibuat hanya berdurasi 2 menit, tapi butuh waktu lebih dari 30 menit bagi Farani untuk menenangkan diri. Dia harus menata kembali hatinya yang kacau karena kepergian Sita.
Memang Sita adalah pacar yang lain daripada yang lain. Sejak pertama kali pacaran saat kelas IX, hanya Sita yang mampu membuat Farani menyadari arti kehadiran orang lain selain keluarganya. Dan dari Sita pula dia belajar untuk saling menghargai privasi orang lain. Point itu jelas berbeda dengan beberapa mantan kekasihnya dulu.
Juga kedewasaan Sita yang selalu bisa menerima dan mengalah untuk Farani. Dari situ dia belajar bahwa perlakuan yang seperti itu membuat Farani mau tidak mau belajar untuk memperlakukan Sita sebagaimana dirinya diperlakukan. Itu adalah pembelajaran yang sangat berharga bagi Farani. Apalagi dari dulu dia terkenal dengan sikap manja dan selalu menang sendiri.
Setelah merasa dirinya tenang dan matanya tidak terlihat sembab, Farani mengenakan kacamatanya. Di luar kamar, Raffi masih setia menunggui Farani dengan tenang.
"Kirim ini ke abang gue." Farani menyerahkan HPnya.
Raffi hanya mengangguk dan menerima HP Farani. Dan dengan beberapa kali perlakuan, video itu sudah terkirim ke HP Fareza yang sedang ada di Jakarta. Tak lupa Raffi juga mengirimkan video itu ke Rere.
Di bawah, Farani sudah membuat kopi instan dua cangkir. Satu untuk Raffi, satu untuk dirinya.
Saat mengamati ruangan itu, Farani mengedarkan pandangannya. Bisa jadi ini adalah terakhir kalinya dia masuk ke rumah ini. Meski begitu, dia tidak akan pernah melupakan semua kenangan yang pernah terukir di dalam rumah ini.
"Lo bakal balikin kuncinya?" Tanya Raffi.
"Iya, mungkin beberapa hari lagi gue bakal telepon Kia." Jawab Farani sambil menyesap kopinya.
Di keluarga Sita, hanya Kia yang meninggalkan nomor HPnya untuk Farani. Selain itu, hanya Kia juga yang cukup akrab dengan Farani. Untuk sekarang Farani tidak akan menghubungi Kia karena gadis itu pasti sedang berkabung. Dan lagi, Farani belum siap untung menghadapi reaksi kehilangan dari Kia.
"Abis ini mau ngapain? Gue kasih bonus, 1 hartu berlaku untuk hari ini. Jadi lo mau minta apa aja selama gue mampu, gue kabulin."
Tawaran yang menggiurkan. Sejenak Farani memandangi Raffi, seketika matanya kembali dipenuhi oleh air mata. Betapa Raffi selalu ada untuk Farani dalam keadaan apapun, tapi Farani belum bisa mempercayai pemuda itu sebagaimana dia mempercayai Sita. Padahal mereka lebih dulu kenal daripada Sita.
"Kita beli eskrim aja, abis itu balik. Gue mau tidur cantik aja." Raffi menggiyakan ucapan Farani.
Setelah puas menikmati rumah, keduanya keluar dan mengunci pintu.
Awalnya Raffi ingin mengajak Farani membeli eskrim langganan mereka, tapi dia lalu mengurungkan niatnya itu. Lokasi yang jauh pasti akan membuat Farani lelah. Ditambah lagi Farani yang kurang tidur, itu akan membuat gadis itu kelelahan.
Akhirnya mereka mampir ke sebuah minimarket terdekat dengan Beethoven 15. Disana Farani memborong beberapa eskrim kesukaannya. Total ada 4 buah eskrim yang dibelinya. Berbeda dengan Raffi yang sudah cukup puas hanya dengan sebuah eskrim saja. Anehnya, keempat eskrim itu langsung lenyap hanya dalam hitungan menit.
"Lo laper?" tanya Raffi keheranan.
"Nggak. Gue butuh yang bisa bikin kepala dingin."
"Gimana kalo kita ke pantai? Atau ke waterpark?"
"Nggak ah, panas." Ucap Farani sambil menyeka mulutnya. "Pulang aja."
Raffi hanya bisa mengiyakan perkataan Farani. Dan Raffi juga berusaha menuruti semua kemauan gadis itu sesuai dengan janjinya. Karena Farani sudah menggunakan satu kartu ajaibnya.
*
Farani langsung masuk kamar setelah Raffi mengantarkannya pulang. Bahkan dia tidak berusaha untuk bermanis ria di hadapan Raffi. Beruntungnya Raffi memaklumi itu. Pada akhirnya Raffi duduk di ruang makan bersama dengan Bunda. Membicarakan bagaimana kemajuan keadaan Farani.
Di dalam kamarnya, Farani segera mengganti baju dan menghapus make up yang dia kenakan. Sebenarnya banyak hal yang ingin dia lakukan hari ini agar tubuhnya merasa lelah, tapi entah kenapa dia seperti tidak ada tenaga bahkan hanya untuk melangkah. Jelas lelah yang dialami Farani lebih ke psikologisnya. Meski sudah berusaha memejamkan matanya, pikirannya masih terus saja berputar. Seolah menampilkan potongan kenangan dirinya dengan Sita.
Karena tidak juga tertidur, akhirnya Farani mengetikkan pesan di HPnya. Dia mengirim pesan kepada Lulu. Saat mengetik pesan itu, Farani tak kuasa menahan air matanya. Lagi-lagi dia menangis bahkan saat mengetik pesan singkat untuk sahabatnya itu.
'Apa yang lo lakuin pas patah hati?' begitu pesan yang Farani kirim kepada Lulu.
Tak berselang lama, balasan datang. 'Gue lebih seneng nonton atau having fun lainnya. Biar gue nggak kepikiran.'
'Thank you.'
Setelah itu Farani mematikan HPnya dan menjatuhkan dirinya di tempat tidur.
Having fun? Gue juga pengen having fin, atau ngapain aja. Gue rasanya capek banget.
Saat melihat cincin pemberian Sita, Farani kembali menitikkan air mata.
"I miss you. So much. Gue berharap ini mimpi. Gue pengen lo ada disini. Gue nggak masalah nungguin lo keluar RS, asal lo ada. Hidup. Bernapas."
Isak tangis itu tak dapat dibendung lagi. Farani meluapkan semua kesedihannya yang sudah dia tahan. Kenapa ditahan? Bukan karena dia ingin terlihat tegar, tapi lebih karena tidak ada Fareza disampingnya untuk menumpahkan kesedihan itu. Selama ini pun Farani selalu menangis meluapkan kesedihan disamping Fareza. Bahkan saat mereka harus terpisah, Farani tetap akan mencari kakak tersayangnya untuk menangis.
Di kamarnya sekarang, Fareza tidak ada, hanya ada dia sendiri. Ingin Farani menahannya, tapi untuk waktu yang begitu lama, ini terasa berat.