Setelah Sintia gagal mendapatkan bantuan dari Julian, ia mau tidak mau menaruh harapan pada pria lain yang ada di meja makan.
Namun semua orang berlaku sama seperti Julian, menikmati makanan mereka layaknya bangsawan dan benar-benar bungkam.
Sintia berteriak dalam hati, 'Mereka semua melihatku kesulitan tapi tidak berniat membantu sama sekali!'
"Nona Yazid, jika Anda tidak bisa memberikan bukti, kami anggap Anda tidak memilikinya oke?"
"Tunggu sebentar. Bukti apa yang diberikan orang lain biasanya?"
Staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil itu mengambil beberapa foto dan menunjukkannya pada Sintia.
"Ini adalah bukti yang diberikan oleh responden lain."
Sintia melihatnya sebentar kemudian tiba-tiba mendapatkan ide. Dia jadi sangat terinspirasi, "Saya juga punya."
Begitu mendengar ini, staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tidak menanggapinya, semenatar Zayn, Cikal, Tammy dan Fergie yang juga ada di meja makan sontak langsung mengangkat pandangannya, menatapnya seolah-olah mereka lebih tidak percaya padanya daripada staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Sintia sangat malu sampai rasanya dia ingin menemukan lubang untuk bersembunyi.
'Apa yang kalian lihat? Kalian sudah meninggalkanku sendiri dalam kesulitan dan sekarang masih tidak mengizinkanku untuk mencari cara sendiri?'
Sintia menguatkan dirinya, melepas sandalnya, mengangkat kaki lalu menunjuk ke arah tumitnya seraya berkata, "Apakah ini bisa menjadi bukti?"
Staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tercengang melihatnya, "Ini…."
"Kiss mark!"
Ucap Sintia tanpa tersipu sama sekali, jantungnya bahkan tidak berdebar-debar.
Sementara salah seorang yang sedang menyesap sup langsung menyemburkannya setelah mendengar itu.
Sintia memelototi orang yang merusak suasana itu, lalu memasang ekspresi datar!
Ada bercak merah di bagian belakang tumitnya akibat ia yang menjatuhkan sepotong sisik ikan semalam. Dan bentuknya mirip dengan foto yang ditunjukkan oleh staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil padanya. Itu adalah satu-satunya bukti yang ada di dalam pikirannya saat ini, apa dia tidak akan lolos?
Staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, "..."
Zayn, Cikal, Tammy, Fergie, "..."
Detik berikutnya, semua orang menatap Julian secara bersamaan, 'Jadi, Kak Julian punya hobi unik seperti ini?'
Wajah Julian menggelap dalam sekejap sambil memelototi Sintia tajam, 'Sial, coba katakan sekali lagi!'
Sintia tidak berani melihat wajah Julian sama sekali. Demi menghadapi staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, dengan wajah yang sudah merona, dia menolak untuk mengubah kata-katanya, "Ini benar-benar bukti yang dia tinggalkan padaku tadi malam!"
Tanpa mereka ketahui ternyata Staf Dinas Kependudukan dan pencatatan Sipil, adalah orang yang telah dikirim oleh lawan politik Sebastian Yazeed. Mereka pun tak dapat menemukan celah dari Sintia, mereka akhirnya mulai menggeser target mereka pada Julian yang tampak begitu dingin.
"Tuan Yazeed, untuk membuktikan kebenaran dari kata-kata Nona Yazid, Anda hanya perlu menjawab satu pertanyaan kami."
Meskipun Julian Yazeed mengabaikan staf tersebut dan auranya masih begitu mengintimidasi layaknya awan hitam yang menerpa kota, tapi itu tidak menyurutkan niat mereka untuk bertanya.
"Tuan Yazeed, Nona Yazid memiliki bekas luka lama di pinggang belakang. Tolong jelaskan lokasi spesifiknya secara akurat."
"Tepat tiga inci di sebelah kiri tulang ekor."
Jawab Julian tanpa pikir lama. Sintia tertegun sejenak, 'Hei, bagaimana dia bisa tahu?'
Sintia menulis informasi mengenai bekas luka ini saat mengisi formulir di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, tapi Julian bahkan tidak membaca informasi itu, jadi bagaimana dia bisa tahu dengan jelas?
Sintia menyentuh pinggang belakangnya tanpa sadar, 'Apakah pria ini benar-benar tidak memasuki kamar untuk melakukan hal buruk padaku semalam?'
Keduanya menjawab dengan sempurna. Staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tidak dapat menemukan kekurangan mereka. Setelah mengambil foto dan mengumpulkan bukti, akhirnya mereka pun pergi.
Begitu staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil pergi, Julian tidak bisa menahan emosinya lagi lalu melirik Sintia dengan tatapan berbahaya, "Sintia Yazid, coba katakan sekali lagi, apa yang ada di tumitmu?"