Seperti halnya para manusia di dunia ini. Aku pun juga resah. Tetapi karena perjalanan hidup kami baik, aku pun jadi merasa bahwa ... di dunia mungkin saja keluarga ini dilahirkan untuk ikut campur.
Bahkan saat aku hendak membuka mata lebar-lebar sudah ada Sofia yang tampil dengan rambut di kuncir kuda. Aku diam-diam menahan tawa melihatnya. Bagaimana bisa Dhik membuat adik kecilnya seperti itu?
"Om, hari ini papa udah jemput aku belum?" Sofia mendekatkan diri dan bertanya pada suamiku.
Aku pun melirik ke arah samping namun kak Riki hanya menggeleng ringan. "Maaf tapi Om nggak tahu, Sayang. Jadi untuk sementara waktu kamu bisa di rumah ini sama tante Taa saja tapi, kamu sendiri bisa lihat kan kalau kakak Sandhika harus sekolah?"
Suamiku agak keterlaluan sebenarnya. Bagaimana bisa dia berbicara dengan anak kecil namun dengan nada kelewat dingin begitu? Apa dia kira putri kak Bagas ini tahan di cuaca dingin.
"Mas nggak--"