Sambil sedikit berlari, Zalina masuk ke dalam toilet wanita di lantai lima belas. Ditarik napasnya panjang, berkali-kali, untuk menenangkan perasaanya yang tidak keruan.
Ditatap dirinya sendiri yang ada di dalam cermin, "Apa yang sudah kamu lakukan, Zalina?" tanya Zalina pada pantulan dirinya di cermin.
"Ya, ampun!! Bagaimana bisa kamu mencium Bian?! Dalam keadaan sadar pula!" kata Zalina, kepada refleksi dirinya di kaca.
"Hey, Dia itu bos kamu! Dia pemilik perusahaan ini! Dia itu ..." kalimat Zalina tertahan.
Terlepas dari latar belakang dan jabatan yang Bian miliki, Zalina tahu jika Bian tetap saja seorang lelaki yang punya hak untuk mencintai dan dicintai. Kemudian Zalina terdiam, memandang wajahnya sendiri di dalam cermin sambil tersipu.
"Bukan salahku kalau dia jadi tergila-gila padaku," gumam Zalina, genit.