Download App
10.55% Bukan cinta yang salah / Chapter 34: Menikmati kasur Paris

Chapter 34: Menikmati kasur Paris

Sedikit mengulas,

Ditandai dengan kepemimpinan Ratu Victoria pada abad ke-18 dan merupakan salah satu era kerajaan paling berpengaruh untuk perempuan, karena saat itu banyak perempuan yang tidak punya kesempatan untuk berekspresi.

Gaya busana di masa ini berbeda dengan era sebelumnya, lebih mewah dan glamor. Di era ini, korset ketat dan rok lebar kembali lagi dengan penambahan aksesori seperti kerah tambahan. Perempuan dari kalangan bangsawan memiliki lebih banyak pilihan busana yang terbuat dari kain berkualitas.

Ponsel Glen berdering, menjeda obrolan antara pria tampan di ruang yang mereka sebut museum pakaian ala Eun.

"Hallo, aku bersama pasangan Kim, kau dimana?" Glen meminta waktu pada tuan Kim, dia mengangguk "Baiklah, aku akan menemuimu" Glen menutup telepon, dia melihat sekilas menyapu seluruh ruangan, semua masih sibuk mengurus pekerjaan masing-masing. Glen kembali menatap sahabatnya.

"Silahkan kau nikmati hari selama disini, senang kau bisa bersama dengan kami disini, aku harus menemui Eun dulu" ucap Glen kemudian, Kim mengangguk mengerti. Sebelum melangkah pergi, Kim mendekatkan kepala ke telinga Glen.

"Kau tak boleh mengecewakannya, selamatkan hidup mu" ujarnya mengejek, Glen memukul pelan pundak temannya.

"Kau sangat menyayangi ku, sampai cemas seperti ini!" balas Glen kemudian pergi.

***

Eun bangkit dari ranjang dan bergelayut manja di lengan Glen, pria itu baru saja datang.

"Aku sudah melihat dekorasi pesta kita, cukup baik" ujar Eun kemudian mereka duduk di tepi ranjang.

"Ada apa kau memanggil, aku sedang bersama Kim tadi" Glen mencoba protes dengan lembut. Eun sepertinya tak peduli.

"Aku sedikit lelah, dan ingin istirahat" ujar Eun merebahkan diri di kasur, kedua betisnya di angkat ke atas paha Glen.

"Aku ingin kau memijit ku dengan penuh perasaan" pinta Eun manja. Glen menatap kulit kaki terbuka di depan wajahnya, kulit mulus mengkilap tanpa celah. Bahkan nyamuk pun bisa merosot jika mendarat disana. Perlahan Glen mengangkat telapaknya dan mulai menyentuh, memijat pelan dan penuh perasaan. Eun menikmatinya, dia memejamkan mata. Kulit indah ini sungguh mengundang selera, Glen menelan ludah. Lembut, lembab dan kenyal, Eun gadis yang cerdas perihal merawat aset berharga pada diri nya.

"Ayolah sayang, lakukan dengan baik" ujar Eun dengan mata tertutup. Glen menelan ludah sekali lagi, dia mulai menelusuri perlahan hingga ke lutut dan pergelangan kaki.

"Apa kau berharap lebih?" tanya Eun membuat Glen tegang. Gaun tipis Eun yang menjiplak sempurna tubuh indah wanitanya. Kulit halus dan lembut yang menggemaskan saat di sentuh, Glen berbohong jika tak menginginkan lebih, dia merapatkan duduk, menahan gejolak juniornya.

"Aku hanya ingin pijatan mu saja hari ini" ujar Eun kemudian dan mulai tertidur. Glen menarik nafas panjang. Dia dan Eun sudah menikah, wanita itu sangat mencintainya. Tapi sayang, Glen tak memiliki sedikit kuasa pun pada Eun, dia tak akan berani melewati garis-garis yang istrinya ciptakan.

Glen beranjak perlahan saat wanitanya sudah terlelap tidur. Dia merogoh isi lemari, sebuah kotak kecil yang dia siap kan untuk malam nanti. Glen memilih dengan seksama dan hati-hati. Dia tahu betul selain pakaian, Eun memiliki koleksi berbagai batu berharga di kamarnya. Dia tak bisa memberikan sembarang barang pada Eun, tak sekalipun Eun menerima pemberiannya. Selama ini Glen beberapa kali memberikan hadiah pada Eun namun sayang sekali selalu berakhir di tempat sampah. Kali ini Glen sangat memikirkan cincin yang akan dia berikan, dia membuat desain khusus dan memesan pada seorang desainer perhiasan ternama. Glen berharap Eun bisa tersenyum dan mengucapkan terimakasih kali ini.

Eun membuka matanya, dia tak begitu lelap ternyata. Matanya mengintip kotak kecil di tangan Glen, dia segera beranjak dan merangkul pundak suaminya.

"Apa itu sayang?" tanya Eun di samping telinga Glen. Menyadari wanitanya sudah berada di belakang kepala nya, Glen tersenyum, kejutannya sudah ketahuan. Glen membuka kotak, sebuah cincin dengan banyak permata berkilau mengenai mata. Desain cantik dan mewah, Glen sangat kagum akan pemberiannya.

"Apa kau suka?" tanya Glen. Eun melipat tangannya di pundak Glen, dia tak menjangkau pemberian suaminya.

"Kau tahu sayang, aku tak menginginkan apapun dari mu" bisiknya seraya memainkan jari jari di leher Glen, pria itu seketika berdesir. Dia sudah menginginkannya sejak tadi.

Telapak Eun meraih jemari Glen dan menggenggam erat, membuat gairah suaminya kian tinggi.

"Aku sudah memilih blue diamond untuk cincin pernikahan kita, tak mau yang lainnya" ujar Eun dengan sorot mata tajam pada wajah suaminya. Posisinya yang tadi di belakang sudah pindah ke pangkuan suaminya. Tangannya masih menggenggam sebelah telapak Glen, sementara yang satu lagi menyentuh kotak cincin di tangan Glen dan meletakkannya kembali ke dalam loker.

Mata Eun menyoroti bibir merah muda Glen, sementara pria itu masih terus mencoba bersabar akan langkah selanjutnya, tolong cepatlah! batin Glen habis kesabaran. Eun bermain main pada bibir Glen dengan ujung jarinya. Kesabaran Glen kian menipis, aroma parfum nya terus menyengat dan membuat pria itu mabuk. Eun sungguh memabukkan.

"Jangan bergerak sedikit pun!" perintah Eun, Glen mengangguk setuju. Dia harus setuju jika ingin mendapatkan keinginannya, biarkan Eun yang memegang kendali, jangan pernah mengecewakan wanita ini. Glen hanya bisa pasrah dan menikmati tiap sentuhan Eun pada dirinya. Dia terus berusaha sabar dan tak menggerakkan tubuhnya meski bagaimanapun Eun mencoba membuat perasaan Glen meledak, dia harus tetap berdiam diri dan tak bergerak. Wanita itu melepaskan pakaian mereka, menari nari erotis di hadapan Glen yang menjadi penonton tunggalnya, Hanya deru nafas saja yang membuat dada Glen naik turun, dia tak berani bergerak meski tubuhnya ingin berontak. Eun tertawa kecil, dia kembali menghampiri suaminya yang polos dengan junior bertegangan tinggi.

"Pria pintar" puji Eun lalu mendaratkan kecupan panas di bibir Glen.

"Sekarang kau boleh bergerak" bisik Eun, dengan sigap Glen memeluk erat tubuh Eun, melempar di ranjang dan bergelut penuh semangat.

"Aaaakkkhhh!!!" Teriakan melengking Eun membuat Glen melepaskan semua yang tadi tertahan. Keduanya berlomba berpacu menguras energi, bermandi keringat di ruang bersuhu rendah, berdesir dan bergelut hebat hingga alas kasur tak berbentuk lagi. Rambut Eun yang rapi sudah terurai tak beraturan menjuntai di sisi ranjang hampir menyentuh lantai. Dia membuka kedua tangannya, tangan sebelah kiri ikut menjuntai lemas, wajah puas tampak jelas, wanita itu tertelungkup di kasur dengan pria di bawah ketiaknya.

"Kau puas?" tanya Eun meminta jawaban manis, Glen menatap Eun sesaat lalu mengangguk. Bibir bervolume Eun tersenyum sinis, seolah mengatakan siapa dulu diriku!

"Katakan terima kasih!" pinta Eun.

Dengan sisa tenaga dan nafas yang jelas masih tak beraturan, dada Glen narik turun mengeluarkan nafas panjang, dia berlutut di lantai, kedua tangannya di tangkupkan dihadapan kepala. Dia melirik sesaat ke arah wajah istrinya yang merasa senang perintahnya dipatuhi.

"Merci madame.."

*Terimakasih nyonya

Bersambung..

Risa, Hoon, Eun, Glen, Park (adik Nyonya Park istri tuan Jung)

Tuan Jung

Orang tua Risa

Direktur Mei

CEO mr Robert

Ada yang mau jika aku buatkan visualnya?

rencana tokoh aku share di ig dengan sedikit potongan adegan


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C34
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login