Download App
Book Of Vanaelysia Book Of Vanaelysia original

Book Of Vanaelysia

Author: Viears

© WebNovel

Pertemuan

"Ibu" Ucapku sambil memberikan apel kepada ibuku dengan kedua tangan mungilku, Ibuku tersenyum sambil mengambil apel itu, pada saat itu... aku berada di dapur menemani ibuku memasak, berdiri di atas bangku kecil agar aku bisa melihat ke atas meja.

"Ibu~" Panggilku dengan nada lembut "Hari ini masak apa?"

"Hmm, Menurut Rein?, ibu akan memasak apa?" ibuku membalikkan pertannyaan

"Hmmm, Pie Apel?!" ucapku dengan antusias

"eh?, kenapa pie apel?" tanya ibuku sambil tersenyum

Aku menyentuh daguku dengan telunjuk sambil berfikir, "Mungkin karena ibu sayang Reina?"

Ibuku tiba-tiba tertawa, dan itu membuatku sedikit terkejut.

"apa aku salah?" ucapku kebingungan

Ibuku mengusap air matanya yang keluar karena tertawa, kemudian mengelap kedua tangannya menggunakan celemek dan memegang pipiku

"Hm~, Dingin"

"Begini, Reina itu tidak salah" ucapnya sambil tersenyum "Reina adalah putri kesayangan ibu, dan ibu sangat sayang dengan Reina, jadi ibu berikan nilai 100 untuk Reina" setelah ibuku mengucapkannya kemudian ia mencolek pipiku dan tiba-tiba ayahku memanggil.

"Rein!!" Panggil ayahku dari belakang kebun

"Reina sayang ibu juga kan?"

Kemudian aku mengganggukan kepala sambil tersenyum "Iya, Sebesar ini!" ucapku sambil membentangkan kedua tangan.

"Ayah memanggilmu, dia akan marah jika kamu terlambat"

"Iyaaaa~" Aku kemudian melompat dari atas bangku dan berlari menuju Kebun.

Di kebun, ayahku berada di atas sebuah tangga sambil memetik apel

"Ada apa ayah?, apa ayah memanggilku?"

"Rein kamu datang juga" ucapnya dengan lega, "tadi ayah tidak sengaja menjatuhkan apel itu, bisakah Rein membersihakannya untuk ayah?, Tidak.., Putri Rein" ucapnya sambil tersenyum

Aku kemudian Mengangkat sedikit rokku kemudian menunduk seperti seorang putri "dengan senang hati, Yang Mulia", kemudian Aku berdiri tegak dan mengambil apel itu "Aku pergi dulu" ucapku kemudian aku berlari.

aku pergi ke dekat rumah.. disana ada sebuah ember yang berisikan air bersih. Sedikit demi sedikit aku membersihkan tanah dari kulit apel itu, meneteskan air dan kemudian mengusapnya berulang-ulang hingga mengkilat.. kemudian setelah apel itu sepenuhnya bersih, aku mengangkatnya dengan kedua tanganku dan berkata dengan bangga "hore!!, akhirnya bersih juga" teriak ku dengan antusias "dengan ini.. aku bisa melakukkan misi baru!, aku harus memperlihatkan ini pada ayah-, tidak, yang mulia". Aku pun berlari dengan semangat, ingin memperlihatkan jika aku bisa melakukannya dengan sangat baik, membersihkan apel dengan sangat hati-hati agar apelnya tidak lecet sedikitpun.

Namun..

pada saat aku kembali ke tempat ayah..

"Ayah!!" Aku berhenti di depan pohon yang tadi ayahku naiki "Yang-". Tidak ada siapapun disana, Tak ada keranjang, tak ada tangga yang tadi ayah naiki, tak ada pohon yang berbuah "Eh?"

"ayah?"

"dimana, Ayah?"

Aku mencarinya di sekitar kebun.. tapi tidak ada siapapun disana, dan entah kenapa semuanya terasa lebih sepi dari sebelumnya.. tiba-tiba awan hitam mulai bergemuruh dan menyelimuti langit, membuatku ketakutan.. kemudian aku berlari menuju rumah, berharap kedua orang tuaku ada disana, di depan pintu yang terlihat terang, aku melihat bayangan kedua orang tuaku, namun ketika aku sudah dekat, tiba-tiba rumahku terbakar dan ibuku berlari keluar, raut wajahnya di penuhi ketakutan dan membuatku berhenti seketika. Tiba-tiba iapun berteriak.

"REIN!!!, LARILAH!!!"

Sambil mengulurkan tangannya ke arahku dengan tubuh yang di penuhi darah.

Tiba-tiba sesuatu menembak ibuku dari belakang dan membuat ibuku terjatuh seketika.

"I-Ibu?" Panggilku dengan gagap, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.. "A-Aku..."

Tiba-tiba ibuku mengeluarkan sebuah kalung perak dari sakunya, berlambangkan 3 bulan sabit dan berusaha menyerahkannya kepadaku.

"A-mbil ini" ucpanya dengan suara bergetar. "Ke-Kemudian, Lari"

Situasi apa ini?, ini membuatku bingung "apa yang terjadi?, ada apa ini?, ibu?, apa yang terjadi dengan ibu?, dimana ayah?, dan mengapa aku harus lari meninggalkan ibu?" banyak sekali yang ingin aku tanyakan, tapi aku hanya memiliki satu pilihan, aku hanya bisa menuruti apa yang ibuku katakan, di saat aku mengambil kalung itu, ibuku menggenggam tanganku dengan sangat sangat erat dan berkata dengan wajah yang terlihat bahagia.

"Syukurlah" iapun kemudian menutup matanya dan tangannya pun tiba-tiba menjadi lemah

"Ibu?" aku terkejut "ibu?", "Ib-u?" akupun mulai menangis kemudian aku berteriak "IBU!!!" dan akupun terbangun dari tidurku.

***

"Ibu?" ucapku dengan air mata yang menuruni pipiku, aku merasa sedih saat aku bangun. Namun, aku tidak ingat dengan mimpiku, setiap pagi aku merasakan hal sama, hari demi hari aku menangis di atas kasurku meskipun aku tidak mengerti kenapa aku menangis.

Aku Reina Lastear, hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke-15, aku tinggal di sebuah rumah kecil di tengah hutan yang berada di dekat kerajaan Vianel, aku hanya tinggal bersama kakekku dan tidak tahu siapa orang tuaku, saat aku kecil, kakekku bilang kepadaku jika aku terjatuh dari sebuah bukit dan kehilangan ingatanku, namun meskipun dia tidak memberitahuku, aku tahu jika aku bukanlah cucunya, tapi meskipun begitu aku tetap menganggapnya sebagai kakekku, karena dialah satu-satunya keluargaku saat ini.

"Rein?!" Panggil kakekku

Suara berasal dari pintu belakang, dan mungkin dia sedang memotong kayu saat ini

"Ya!!" Jawabku dengan teriakkan, aku turun dari atas kasurku "Aku segera kesana" kemudian berjalan menuju pintu belakang, tubuhku terasa lemas dan malas untuk bergerak, tapi aku tetap menghampirinya.

Aku berjalan ke luar sambil menutupi wajahku dengan punggung tanganku, cuaca di luar sangat cerah dan menyilaukan mata, aku melihat ke arah kakekku yang sedang bekerja, dia memegang sebuah kapak lalu mengayunkannya ke balok kayu di hadapannya, ia menggunakan celana berwarna coklat panjang dan kaos berwarna putih yang di penuhi keringat.., ia memiliki badan yang kekar dan juga memiliki jenggot berwarna putih yang menandakan bahwa ia itu sudah tua.

"mungkin di dunia ini ada beberapa orang yang terlahir dengan rambut berwarna putih, jika itu kakekku.. ya itu bukan dari lahir.. itu hanyalah uban, meskipun aku tidak tahu sebelumnya di seperti apa" pikirku..

"Ada apa kakek memanggilku?"

"aku rasa, tadi kau berfikir jika aku ini sudah tua ya Rein?" tebaknya sambil menyandarkan kapak di pundaknya sambil melihatku

"eh?, ti-ti-tidak, aku tidak berfikir begitu" jawabku dengan terkejut, sambil memiringkan kepalaku sedikit dan memalingkan mata.

"aku rasa kau bukan orang yang bisa menjaga rahasia dengan baik"

"kenapa?, mana mungkin" ucapku dengan percaya diri.

"karena kau punya kebiasaan aneh saat berbohong" ucapnya sambil tersenyum dan membuatku kesal.

"kebiasaan apa?"

"Rahasia", "dan ambilkan anduk, keringatku sangat banyak" sambil menujukan ke arah kursi kayu yang ada di sampingku

"ah, dasar menyebalkan", aku mengambil anduk itu lalu menghampirinya

Aku menyerahkannya pada kakekku dan saat dia mengambil handuk itu dia menatapku dengan serius.

"kenapa?, ada yang aneh di wajahku?"

"matamu..., kau masih memimpikannya?" tanya nya dengan nada khawatir

Aku kemudian tersenyum "aku baik-baik saja, lagi pula itu hanya mimpi" aku mengatakannya agar kakek tidak khawatir lagi, tapi tetap saja, dia akan tetap merasa khawatir, tapi aku harap aku tidak membebaninya lebih dari ini.

"oh baiklah.... dan satu lagi"

"apa?"

"apa kau sengaja keluar dengan rambut berantakan seperti itu dan pakaian tidurmu?"

"eh?" aku melihat pakaianku dan masih menggunakan piyama berwarna biru seperti langit dan rambut yang berantakan.

"bercerminlah...., kau terlihat cantik meskipun seperti itu" ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak

"ahhhh!!!!, ini terjadi karena kakek memanggilku tiba-tiba"

"benarkah?" ia mengejekku sambil tertawa terbahak-bahak.

Karena aku kesal, aku kemudian masuk kembali ke rumah dan merapihkan rambutku di kamarku, aku memiliki kamar yang tidak cukup besar, pada awalnya di rumah ini hanya ada satu kamar dan sejak kecil aku selalu tidur bersama dengan kakekku, kemudian semenjak aku menginjak umur 12 tahun dia mulai membuatkan kamar untukku, dia bilang : "Kau harus hidup mandiri mulai sekarang" itulah yang ia ucapkan padaku, jadi aku menurutinya.. di dalam kamarku ada sebuah rak buku yang terbuat dari kayu.. tentu saja di penuhi buku dan aku sudah membaca semuanya, semua buku ini aku dapatkan dari kakek.. karena kakek melarangku keluar dari hutan maka ia membawakan buku untukku.., pada awalnya aku tidak tertarik tapi ketika aku baca.. ternyata membaca menyenangkan itu, dan membaca menjadi salah satu hobiku.. selain rak buku.. di kamarku ada meja belajar dan cermin.. kakek membelikan cermin itu agar aku bisa terlihat cantik di pagi hari tapi sebenarnya aku tidak terlalu senang di belikan cermin.. karena disini tidak ada pria lain selain kakek, aku mengambil sisir di atas meja dan mulai menyisir di depan cermin...

Aku memiliki rambut hitam, panjangnya hingga menutupi sayap punggungku, kadang-kadang merepotkan jika aku harus menyisirnya setiap hari.. tapi jika sehari saja aku tidak merpikan penampilanku "entah kenapa.., kakek itu selalu memarahiku" padahal kurasa itu bukan masalah besar..

"sepertinya aku harus mengganti pakaianku" ucapku sambil melihat cermin "tidak, aku harus mandi".. aku mulai memikirkan sesuatu yang mungkin akan membuat kakek marah.. aku kemudian mengganti pakaiaanku dengan pakaian sehari-hari untuk kegiatan di luar rumah..

Setelah selesai mengganti pakaian, aku pergi keluar kemudian berbicara kepada kakekku bahwa aku juga akan membantu..

"Kakek!!, aku juga mau bantu" teriakku dari depan pintu

"iya!!"

aku kemudian menghampiri ember yang ada di samping rumah "aku akan mengambil air di danau ya!"

"tidak perlu.., aku sudah mengisi nya, kau bisa gunakan itu untuk mandi, kau belum mandi kan?"

Saat ku dekati ternyata embernya sudah penuh, aku harus memikirkan cara lain, agar aku bisa mandi di danau...

"Rein?" kakek memanggilku namun aku tidak menghiraukannya dan terus berfikir

"Rein?!" kakek mulai berteriak dan aku masih membiarkannya

Saat aku berfikir.., kakek mulai menghampiriku dan melihat wajahku.. dan aku masih menghiraukannya.. kakek mengambil ember yang ada di hadapanku lalu mengangkatnya ke atas kepalaku.. kemudian berteriak di depanku..

"KAU DENGAR?!" teriaknya sambil mengguyurkan semua air itu kepadaku..

Itu membuatku terkejut..

"aku tahu apa yang kau pikirkan saat ini", "jadi sekarang, ambil air di danau dan mandilah sekarang.. bau badan mu sudah seperti seekor rusa" perintahnya dengan sangat menjengkelkan, tapi ucapannya tidak salah, meskipun seperti 'bau seekor rusa' terlalu berlebihan

Aku langsung menentang ejekannya "aku tidak sebau itu!!" jawabku dengan kesal.. aku mulai marah, kemudian aku membalasnya "kalo aku rusa berarti keringat kakek seperti sigung" ucapku sambil mengambil ember dari tangannya dengan penuh amarah.., aku langsung berbalik dan pergi mengambil air sambil menghentakkan kaki ke tanah dengan agak kencang

"eh?, apa kau kesal?, Rein apa kau marah?"

Aku kemudian berbalik sambil sedikit menjulurkan lidah dan menarik bagian bawah mataku "bleeee...," "Tidak Tahu!!", "Hump!!" kemudian kembali pergi "Dasar Menyebalkan..", sebutku sambil tersenyum.

***

Jarak Danau dari Rumahku tidaklah jauh, aku hanya perlu berjalan sebentar agar sampai kesana. Sejak aku kecil, danau itu telah menjadi tempat bermainku dan waktu pertama kali kakek mengajakku kesana, pada malam hari.. tempat itu di penuhi banyak sekali Ranis.., Ranis adalah seekor serangga kecil yang berterbangan di dekat Danau pada malam hari, mereka dapat mengeluarkan cahaya dari tubuhnya dan warna mereka berubah secara acak, meskipun aku rasa perubahan warna itu tergantung emosi mereka. Mereka sangatlah indah dan terkadang melakukan hal-hal menarik saat mereka bergerombol.., dan itu mengapa danau yang sekarang akan kudatangi ini bernama Ranis Lake.., Ranis Lake ini sangatlah luas, dan terkadang aku menemukan kumpulan rusa yang minum di tepi danau.

Dan entah kenapa ada sesuatu yang aneh terjadi jika aku mengampiri danau itu.., setiap aku di dekat danau, aku selalu merasa bahwa aku di panggil seseorang, suaranya terdengar sedikit berat dan lembut memanggilku dari dalam pikiran namun aku selalu menghiraukannya.

Aku sudah berada di dekat danau dan tiba-tiba aku merasa ada seseorang memperhatikanku "siapa itu?", pikirku, tapi jika aku berteriak dan bertanya seperti itu, akan terjadi 2 kemungkinan : "Pertama, Dia akan lari atau Kedua, Dia akan menyerangku".

Aku mulai waspada dengan sekelilingku, tapi sesampainya aku di danau, semua kecurigaanku tiba-tiba menghilang. Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang ke dalam pikiranku "Selamat Datang, Tuan Putri"

"Eh?!", suaranya terdengar sama seperti seseorang yang pernah memanggilku dulu, tapi, kali ini suaranya benar-benar nyata terdengar dari tengah danau.

"ada yang aneh dengan danaunya", aku mulai merasa Khawatir dan tiba-tiba.. dari tengah danau ada cahaya berkedap-kedip dan membuatku terkejut.., itu adalah sekumpulan Ranis yang terbang di tengah danau..

"Ranis?" aku tidak percaya dengan apa yang kulihat "bukankah mereka seharusnya tidak muncul di pagi hari", Ranis itu berwarna putih terang, dan terlihat sangat indah, dan tiba-tiba muncul sesuatu di tengah danau, sesuatu berwarna hijau muncul ke permukaan.

Sebuah Pohon besar baru saja muncul di tengah danau, pohon itu di kelilingi Ranis, dan di bawah pohon itu aku melihat seseorang berdiri. Dia mengenakan pakaian serba putih, dan memiliki rambut putih pendek, tapi aku tidak dapat melihat wajahnya, karena Ranis-Ranis itu bersinar terlalu terang.

Orang itu berjalan di atas air dan mulai mengampiriku.

"eh?!, Tu-tubuhku?" tiba-tiba tubuhku tidak dapat bergerak, dan orang itupun mulai bicara kepadaku

"Akhirnya, Sudah tiba waktuku untuk bangkit" ucapnya dengan suara yang tenang

"Tunggu?, apa ini, aku bahkan tidak bisa bicara" orang itu semakin mendekat

"Tuan Putri, Akhirnya tiba juga", ia memegang tangan kananku kemudian berlutut

"Tuan Putri?!, Siapa?!". Teriakku dalam Hati, "Siapa dia ini?".

orang ini memiliki mata berwarna abu dan terlihat sangat serius "apa yang dia katakan??" aku sudah tidak tahu harus bagaimana dan kemudian dia melanjutkan kalimatnya yang terdengar seperti mantra "Tuan Putri, Aku bersumpah, apapun yang terjadi aku akan selalu ada di pihakmu, dan aku bersumpah akan selalu menuruti perintahmu" ucapnya, kemudian tiba-tiba para Ranis itu bersinar semakin terang seperti keluar cahaya dari tubuh orang ini, sebuah lingkaran mantra secara tiba-tiba muncul, dan di waktu yang sama dia mencium tangan kananku, cahaya itu tiba-tiba meledak dan menghilang... setelah semua itu akupun bisa bergerak kembali.

Aku langsung menarik tanganku "Apa-apaan kau ini?!" teriakku sedikit malu karena dia menciupnya tanpa seijinku.

"pengikatannya selesai" ucapnya sambil tersenyum, dia kemudian berdiri dan wajahnya terlihat berbeda.

"Wajahmu?", "Ada apa dengan wajahmu?"

"ini?" ia menunjukkan wajahnya dan menyentuhnya "oh!", kemudian ia berjalan ke pinggir danau dan melihat dari atas air "Sudah kuduga ini berhasil" setengah wajahnya di tutupi tato berwarna putih, yang terlihat seperti garis tipis, aku terkejut saat melihat punggunggnya, ternyata tato itu juga merambat ke seluruh tubuhnya "Tubuhmu juga!" ujarku

"Ahh, Benarkah?!" ia terkejut namun wajahnya terlihat sangat senang "ahh, Beneran!!, aku tidak tahu jika Ritualnya akan semudah ini" ia terlihat sangat girang.

"Ano?" "aku bingung dengan tingkah lakunya dan Sebenarnya apa yang terjadi?".

"ahh" dia berbalik dan menatapku "aku belum memperkenalkan diri ya" dia kemudian berlutut lalu memberi tahukan namanya "Maafkan ketidaksopananku, Namaku Dire Xiniel, siap melayanimu" ucapnya dengan sangat sopan "Putri Lastears" Panggilnya sambil menatapku.

"tunggu.., Bagaimana dia tahu nama belakangku?" Pikirku sambil menatapnya.

****


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login