Download App
100% Blackthorn Academy / Chapter 20: Bab 25: Perjalanan Menuju Bayangan

Chapter 20: Bab 25: Perjalanan Menuju Bayangan

Matahari baru saja terbit ketika Aveline dan kelompoknya meninggalkan gua yang menjadi tempat persembunyian mereka semalam. Langit mulai berubah warna dari ungu keemasan, dan embun pagi masih menggantung di atas dedaunan, memberikan suasana damai yang bertentangan dengan perasaan cemas di hati setiap anggota tim. Setelah perbincangan dengan Nero, mereka tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah. Mereka akan menghadapi bahaya besar dalam waktu dekat, namun arah yang mereka tuju adalah satu-satunya harapan untuk bertahan hidup dan menyelamatkan Rook dari genggaman Damian.

Nero memimpin di depan, bergerak dengan langkah pasti. Meski kelompok itu masih ragu padanya, terutama setelah pengakuannya tentang masa lalunya yang kelam, mereka terpaksa mengandalkan pengetahuannya tentang Penjaga Bayangan—sebuah kelompok misterius yang mungkin bisa memberi mereka keunggulan dalam perang psikologis melawan Damian. Setiap anggota kelompok menyimpan kecurigaan masing-masing, namun pada saat ini mereka tidak punya banyak pilihan.

Kai, yang biasanya lebih agresif, terlihat lebih pendiam sejak diskusi di gua. Dia berjalan di samping Aveline, sesekali melirik ke arah Nero dengan tatapan tajam, seolah-olah mengawasi setiap gerak-geriknya. Kai bukanlah tipe orang yang mudah mempercayai seseorang, terutama setelah pengkhianatan Rook. Meskipun begitu, Aveline tahu bahwa hatinya tetap berada pada misi ini—mengalahkan Damian dan melindungi apa yang tersisa dari kelompok mereka.

"Apa menurutmu kita bisa mempercayainya?" bisik Kai ketika mereka melangkah melalui hutan yang lebat. Suaranya hampir tak terdengar, namun Aveline dapat merasakan kekhawatirannya.

Aveline tak langsung menjawab. Dia sendiri merasakan kebingungan yang sama. Mungkin Nero memang mantan sekutu Damian, tapi saat ini mereka tidak punya banyak opsi. Setiap orang di sini bertaruh dengan nyawa mereka.

"Aku tidak tahu," jawab Aveline jujur, "Tapi yang jelas, saat ini dia satu-satunya yang tahu bagaimana kita bisa bertahan. Kita akan terus mengawasinya."

Kai mengangguk, meskipun kekhawatirannya tidak berkurang. Tatapannya kembali fokus ke jalan di depannya, tapi jari-jarinya tetap bermain di gagang pedangnya, berjaga-jaga seolah Nero bisa menyerang kapan saja.

Di belakang mereka, Mira dan Sera berjalan dalam keheningan. Kedua sahabat itu selalu berfungsi sebagai jangkar emosional bagi tim. Sera, dengan pembawaannya yang penuh kedamaian dan kemampuan penyembuhannya, selalu menjadi titik pusat ketenangan, sementara Mira adalah pengamat yang tajam dan penuh perhitungan, selalu mencari celah untuk melindungi kelompok dengan kecerdikannya.

Mira mendekati Aveline, langkahnya cepat namun tenang. "Sejauh ini, rencana ini masuk akal," katanya perlahan, suaranya penuh perhitungan. "Tapi aku belum yakin Nero memberitahukan semua yang dia tahu. Ada sesuatu yang dia sembunyikan."

Aveline menatapnya sejenak sebelum mengangguk setuju. "Aku juga merasakan hal yang sama, Mira. Dia mungkin menyimpan sesuatu yang penting, tapi sampai kita tahu lebih banyak, kita harus melanjutkan perjalanan ini."

Mira tidak menjawab, namun matanya tetap waspada. Sebagai anggota paling strategis, Mira selalu melihat situasi dari berbagai sudut pandang, dan Aveline tahu dia sudah mempersiapkan beberapa rencana cadangan jika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan.

Setelah beberapa jam berjalan, mereka akhirnya mencapai sebuah daerah yang lebih terbuka. Hutan yang padat mulai menipis, dan di kejauhan tampak tebing-tebing tinggi yang memotong cakrawala. Nero menghentikan langkahnya dan menatap ke depan dengan ekspresi serius.

"Kita sudah dekat," kata Nero, menunjuk ke arah tebing-tebing di kejauhan. "Di balik pegunungan itu ada lembah yang disebut Lembah Bayangan. Di situlah para Penjaga Bayangan tinggal."

Kai mengerutkan kening. "Kenapa tempat ini terdengar seperti perangkap? Lembah Bayangan? Itu bukan nama yang membuatku merasa nyaman."

Nero tersenyum kecil, meski tidak ada humor dalam senyumannya. "Karena itulah tempat itu disebut demikian. Lembah itu penuh dengan misteri, dan mereka yang memasuki wilayahnya tanpa undangan seringkali tidak pernah kembali. Tapi kalian bersama aku, dan aku tahu bagaimana menghindari bahaya."

Aveline menatap tebing itu dengan perasaan campur aduk. Mereka harus melangkah lebih dalam ke dunia yang penuh dengan bayang-bayang dan intrik, dan setiap langkah ke depan terasa seperti melangkah lebih jauh ke dalam perangkap Damian. Namun, inilah satu-satunya cara.

"Sebaiknya kita berhati-hati," Aveline memperingatkan kelompoknya. "Kita mungkin bersama Nero, tapi ini adalah wilayah yang tidak kita kenal. Jangan lengah sedikit pun."

Mereka semua mengangguk, dan perjalanan pun dilanjutkan. Saat mereka mendekati pegunungan, angin mulai bertiup lebih kencang, membawa hawa dingin yang menusuk tulang. Udara di sekitar mereka tampak berubah, seolah-olah dunia mulai menjadi lebih gelap, lebih terasing. Langit yang tadinya cerah mulai ditutupi oleh awan tebal yang bergerak cepat, menciptakan suasana mencekam.

Setelah beberapa saat, mereka mencapai mulut lembah yang dikelilingi tebing-tebing menjulang tinggi. Suara angin yang bersiul di antara batu-batu membuat tempat ini terasa semakin sunyi dan menakutkan.

"Lembah Bayangan," gumam Mira, matanya memindai sekeliling dengan hati-hati. "Tempat ini... terasa aneh. Seperti ada sesuatu yang mengawasi kita."

Aveline merasakan hal yang sama. Ada aura gelap yang menggantung di udara, seperti ada mata yang tak terlihat mengintai mereka dari balik bayang-bayang.

Nero melangkah maju, berhenti di mulut lembah. Dia menutup matanya sejenak, tampak seolah-olah merasakan sesuatu di sekelilingnya. Setelah beberapa detik, dia membuka matanya kembali dan berbicara dengan suara yang lebih rendah.

"Kita harus mengikuti jalur ini, tapi hati-hati dengan apa yang kalian katakan dan lakukan di sini. Penjaga Bayangan tidak akan mentolerir kesalahan atau serangan mendadak. Mereka akan menguji kita, dan kalian harus siap."

Kai mengangkat alis. "Uji kita? Maksudmu apa?"

Nero menatapnya dengan tatapan tajam. "Penjaga Bayangan bukan hanya sekumpulan orang dengan kemampuan mental. Mereka adalah pelindung rahasia dan kebenaran tersembunyi. Mereka akan menguji apakah kalian layak mendapatkan bantuan mereka. Dan ujiannya bisa sangat berbahaya."

Mira menyilangkan tangan di dadanya. "Jika kita tidak lulus ujian mereka, apa yang akan terjadi?"

Nero menghela napas. "Jika kalian gagal, mereka mungkin tidak akan membiarkan kalian pergi dengan hidup."

Keheningan jatuh di antara mereka semua. Kematian selalu mengintai di balik setiap keputusan, tetapi kali ini ancamannya terasa lebih nyata. Bahkan Mira, yang selalu penuh perhitungan, tampak sedikit tegang.

Aveline mengambil napas dalam-dalam. Dia tahu bahwa setiap langkah ke depan akan semakin berbahaya, tapi dia tidak bisa mundur sekarang. Damian semakin mendekat, dan Rook masih di luar sana, tertahan oleh kekuatan yang tidak diketahui. Satu-satunya cara untuk mengalahkan Damian adalah dengan menemukan kekuatan yang bisa menyaingi kekuatan mentalnya.

"Kita akan menghadapi ujian ini," kata Aveline akhirnya, suaranya penuh dengan tekad. "Apapun yang mereka uji, kita akan melewatinya. Kita harus bertahan, demi tim, demi Rook."

Kai, Sera, dan Mira menatap Aveline dengan penuh keyakinan. Meskipun ketegangan membekukan udara di sekitar mereka, kepercayaan pada pemimpin mereka tetap tak tergoyahkan.

Nero mengangguk, kemudian melangkah maju ke dalam lembah. "Baiklah. Ikuti aku. Dan ingat, jangan ada satu pun kesalahan."

Kelompok itu mulai bergerak lagi, memasuki lembah yang dipenuhi bayangan misterius dan aura gelap yang semakin menekan. Setiap langkah terasa seperti mendekati sesuatu yang besar, sesuatu yang tak terhindarkan. Mereka mungkin sedang berjalan menuju ujian yang bisa merenggut nyawa, tetapi itu adalah harga yang harus mereka bayar untuk mendapatkan kekuatan yang mereka butuhkan.

Damian mungkin mendekat, tapi kelompok Aveline juga semakin kuat—atau setidaknya, mereka berharap demikian.


next chapter
Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C20
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login