Download App
5% Blackthorn Academy / Chapter 1: Bab 1: Bangkitnya Aveline
Blackthorn Academy Blackthorn Academy original

Blackthorn Academy

Author: GBwin2077

© WebNovel

Chapter 1: Bab 1: Bangkitnya Aveline

Aveline Thorne berdiri di depan cermin kecil di kamar asramanya, menatap bayangan dirinya yang berubah. Luka di atas alis kanannya sudah mulai sembuh, tetapi bekasnya masih segar—mengingatkannya pada malam itu. Malam di mana segalanya berubah.

Dengan tangan gemetar, ia menyelipkan rambut panjangnya yang berwarna cokelat gelap ke belakang telinga. Matanya, yang dulu dipenuhi harapan akan kehidupan normal, kini memancarkan kedinginan yang belum pernah ada sebelumnya. Ia menurunkan kerah seragam sekolahnya, memastikan dasi biru-hitam khas *Blackthorn Academy* terikat rapi. Tak ada yang aneh dengan tampilannya dari luar; dia adalah seorang siswi yang tampak cerdas dan tenang, persis seperti yang diinginkan para guru.

Namun, di dalam, badai amarah dan kebencian mendidih dalam dirinya.

"Aveline, kau siap?" suara Seraphina terdengar dari balik pintu. Aveline menarik napas panjang, menenangkan dirinya sejenak sebelum menjawab.

"Ya, aku siap."

Aveline meraih jaket birunya, melangkah ke luar kamar asramanya dan bertemu dengan Seraphina, yang sudah menunggunya di lorong. Seraphina, atau biasa dipanggil Sera, adalah sahabat terdekat Aveline sejak tahun pertama mereka di *Blackthorn Academy*. Dengan rambut hitam pendek dan wajahnya yang tegas, Sera selalu terlihat seperti seseorang yang siap berperang, dan dalam banyak hal, itulah yang sedang mereka lakukan.

"Bagaimana lukamu?" tanya Sera, meski matanya sudah menunjukkan bahwa ia tahu jawabannya.

"Sembuh. Seperti biasa," jawab Aveline singkat. Sera menatap Aveline sejenak, mungkin mencari tanda-tanda kelemahan atau keraguan, tetapi Aveline sudah belajar menyembunyikannya dengan baik.

Mereka berdua berjalan menuruni lorong panjang asrama, menuju aula utama. Sekolah ini memang elit dan megah, tetapi di balik tembok-temboknya yang mewah, ada sesuatu yang jauh lebih gelap dari sekadar pendidikan. Di setiap sudut *Blackthorn Academy*, kelompok-kelompok rahasia berkuasa, memanipulasi, dan bertarung untuk mendapatkan kendali atas semua yang ada di dalamnya. Salah satu dari kelompok-kelompok itu, *Silver Blades*, adalah yang terkuat—sampai insiden malam itu terjadi.

Sebelum itu, Aveline hanyalah seorang siswa biasa, salah satu dari banyak orang yang hanya ingin lulus dengan nilai baik dan melanjutkan hidupnya. Tetapi pengkhianatan dari orang yang ia percayai, serta kekerasan brutal yang menimpanya, telah membuka matanya pada realitas dunia ini. Dan sekarang, dia tak lagi ingin diam. Dia akan melawan.

"Semuanya sudah menunggu di aula," kata Sera sambil mempercepat langkahnya.

Di dalam aula, sekelompok kecil siswa sudah berkumpul. Wajah-wajah mereka menunjukkan ekspresi gugup namun penuh tekad. Mereka adalah anak-anak yang selama ini diabaikan oleh faksi-faksi kuat di sekolah ini. Siswa-siswa yang terpinggirkan, yang terluka—baik secara fisik maupun emosional. Dan sekarang, mereka semua berdiri di bawah bendera baru, kelompok yang baru terbentuk: *Iron Roses*.

Aveline berjalan ke depan aula, mengambil tempatnya di depan mereka. Dia memandang setiap wajah di ruangan itu, dari yang paling muda hingga yang paling senior. Mereka semua berbeda-beda, tetapi satu hal menyatukan mereka—keinginan untuk membalas dendam dan merebut kekuasaan yang selama ini dipegang oleh mereka yang menyakiti mereka.

"Kalian tahu kenapa kita ada di sini," kata Aveline, suaranya tegas namun penuh dengan ketenangan yang mematikan. "Kalian tahu apa yang telah mereka lakukan pada kita. Setiap dari kita punya luka yang tak bisa dilihat orang lain. Dan sekarang, saatnya kita yang berkuasa."

Salah satu siswa, seorang gadis bernama Elena, mengangkat tangannya. Wajahnya masih memar akibat perkelahian terakhirnya dengan anggota *Silver Blades*. "Tapi bagaimana kita bisa melawan mereka? Mereka punya sumber daya, kekuatan, dan semua orang takut pada mereka."

Aveline mengangguk, lalu menatap Elena dengan tajam. "Kekuatan tidak selalu tentang fisik. Mereka mungkin punya otot dan uang, tapi kita punya sesuatu yang lebih berbahaya—ketidakpastian. Mereka tidak tahu kita akan datang. Mereka tidak tahu apa yang kita rencanakan. Itu keunggulan kita."

Ruangan itu hening. Kata-kata Aveline bergema, memenuhi udara dengan semangat yang baru.

"Tapi kita tidak akan bertindak sembarangan," lanjut Aveline, tatapannya menyapu seluruh ruangan. "Setiap langkah kita harus diperhitungkan dengan cermat. Kita akan menargetkan mereka satu per satu, memecah mereka dari dalam. Kita akan menguasai pikiran mereka sebelum kita menghancurkan tubuh mereka."

Sera, yang berdiri di samping Aveline, tersenyum tipis. "Dan ingat, mereka tidak tak terkalahkan. Mereka juga punya kelemahan, sama seperti kita. Kita hanya perlu menemukan celah itu."

Sebuah suara tiba-tiba bergema di ruangan, menghentikan pembicaraan. Pintu aula terbuka, dan masuklah seseorang yang tak terduga—Lucius Blackwell. Luc, begitu ia biasa dipanggil, adalah salah satu siswa paling misterius di *Blackthorn*. Selalu berdiri di pinggir, tidak terikat pada kelompok mana pun, tetapi entah bagaimana, dia selalu tahu lebih banyak daripada yang seharusnya.

Sera melangkah maju, waspada. "Apa yang kau lakukan di sini, Lucius?"

Luc hanya tersenyum, wajahnya tenang seperti biasa. "Aku dengar kalian akan memulai sesuatu yang besar. Kupikir aku harus melihat dengan mata kepala sendiri."

Aveline memandang Luc dengan tatapan curiga. Lucius adalah salah satu dari sedikit orang yang dia tidak bisa baca sepenuhnya. Dia tidak tahu di pihak mana dia berada, dan itu membuatnya waspada.

"Kau ingin ikut campur dalam urusan kami?" tanya Aveline, suaranya rendah namun penuh ancaman.

Luc menggeleng, kemudian berjalan perlahan menuju barisan depan. "Tidak, tidak. Aku hanya tertarik. Kalian mencoba melawan *Silver Blades*, ya? Ide yang menarik, tapi sangat berbahaya."

"Apa pedulimu?" tanya Elena dengan nada kesal. "Kau tidak pernah terlibat dalam konflik apa pun. Apa yang membuatmu peduli sekarang?"

Luc berhenti dan menatap Elena, lalu kembali melihat Aveline. "Aku tidak peduli pada pertarungan kalian. Aku peduli pada hasilnya. Dan percayalah, *Silver Blades* bukan musuh utama yang harus kalian hadapi."

Ruangan itu tiba-tiba dipenuhi ketegangan. Semua orang terdiam, menunggu kata-kata selanjutnya dari Luc.

"Maksudmu apa?" tanya Aveline, sedikit melonggarkan sikapnya.

Luc tersenyum tipis, matanya yang gelap memancarkan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar rasa penasaran. "Kalian berpikir bahwa *Silver Blades* adalah ancaman terbesar di sekolah ini. Tetapi mereka hanyalah pion. Ada kekuatan yang lebih besar yang bermain di sini, dan jika kalian terus maju tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, kalian akan jatuh sebelum sempat bangkit."

Sera melangkah maju, matanya menyipit. "Omong kosong apa ini, Luc?"

Namun, Luc tidak terganggu oleh reaksi Sera. Dia hanya menatap Aveline dengan serius. "Jika kau ingin menang, Aveline, kau perlu tahu siapa musuhmu sebenarnya."

Aveline terdiam, pikirannya berputar. Apakah Luc mengatakan yang sebenarnya? Apakah ada sesuatu yang lebih besar daripada *Silver Blades* yang sedang terjadi di sekolah ini? Dia selalu tahu ada sesuatu yang aneh di *Blackthorn*, tetapi jika Luc benar, maka rencananya harus berubah.

"Kenapa kau memberitahu kami semua ini?" tanya Aveline akhirnya.

Luc mengangkat bahu. "Mungkin karena aku suka melihat kekacauan. Atau mungkin, aku ingin melihat sesuatu yang baru di sekolah ini."

Aveline menatap Luc lama, sebelum akhirnya berbicara lagi. "Kau tidak bersama kami, Lucius. Dan jika kau mencoba menghancurkan rencana kami, aku tidak akan ragu untuk menyingkirkanmu."

Luc mengangguk ringan. "Tentu, tentu. Aku hanya memberikan saran. Tapi ingatlah, Aveline, musuh terbesarmu bukanlah yang bisa kau lihat di depan matamu."

Setelah mengatakan itu, Luc berjalan keluar dari aula, meninggalkan Aveline dan yang lainnya dalam kebingungan dan kecurigaan.

Sera menatap Aveline. "Kau percaya padanya?"

Aveline berpikir sejenak, lalu menggeleng. "Tidak. Tapi kita tidak boleh mengabaikan kata-katanya. Kita harus siap menghadapi siapa pun yang datang."

Sera mengangguk. "Baiklah. Jadi, apa langkah selanjutnya?"

Aveline menarik napas dalam-dalam, lalu melihat ke arah

kelompoknya. "Kita mulai dengan menghancurkan Val dan *Silver Blades*. Satu per satu. Setelah itu, baru kita lihat siapa musuh sebenarnya."

Dan dengan itu, pertempuran *Iron Roses* dimulai.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login