Ini merupakan fase dimana mahasiswa tingkat akhir akan merasakan kesusahan mencari refrensi untuk bahan laporan skripsinya. Namun beda dengan Razka, ia sudah lebih dahulu menyusun laporan skripsinya sebelum jauh-jauh hari dan ia juga akan mengejar percepatan kuliahnya agar cepat lulus tepat waktu. Razka merupakan anak mahasiswa fakultas teknik yang mengambil jurusan arsitektur. Sedari kecil Razka sudah mempunyai cita-cita untuk menjadi insinyur seperti Almarhum ayahnya yang dulu merupakan arsitek yang cukup handal. Tidak hanya itu, sekarang waktunya Razka mewujudkan mimpinya dan ia sudah berjanji akan lulus dengan nilai IPK 4.00.
Meskipun mimpinya terbilang impossible, tetapi ia yakin karena dari semester awal sampai sekarang pun nilai IPK nya masih bertahan di angka 3.89 yang hampir saja mendekati sempurna. Banyak yang bilang jika Kennan merupakan anak kesayangan dosen, secara tampang Razka bukan terlihat seperti orang yang ganteng dan keren. Razka hanya mahasiswa yang mempunyai penampilan unik, namun jika dilihat secara keseluruhan terkadang banyak yang menyebutnya "Culun", "Cupu", "Kutu buku", dan lain sebagainya.
Ya… meskipun statusnya mahasiswa, namun tetap saja mulut pedas para tetangga suka sekali tanpa sadar berkata dengan nada hinaan ataupun cacian itu yang membuat Razka selalu merendah. Pernah suatu ketika saat Razka sedang mengajar di kelas, salah satu mahasiswa berusaha membully dirinya. Dengan besar hati Razka selalu berusaha sabar dan tegar menghadapi mahasiswa semacam itu. Ia tetap harus berusaha terlihat tegas meskipun penampilannya selalu dipandang rendah.
"Raz. Kitakan udah mahasiswa tingkat akhir dan bentar lagi udah mau lulus wisuda, apa lo gak mau cari pendamping aja? Biar bisa bantuin lo ngerintis kehidupan lebih baik dan buat diri lo makin percaya diri." Tutur Rendi sahabatnya yang masih saja berkutat pada buku yang dibacanya dengan kaki yang di taruh diatas meja dengan tidak sopan.
"Turunin kakimu! Ntar kita malah diusir karena ulahmu." Marahnya.
"Hidup tuh harus so fun santuy, dong."
"Mana ada yang mau sama aku? Ya kali' mana ada cewek yang mau punya cowok jelek kaya' aku gini. Aku terlalu jauh, kalau mengaharapkan sosok pendamping yang akan menerima aku apa adanya." Razka menutup bukunya. "Masih baik kalau ada yang mau menerima penampilanku seperti ini."
"Jangan suka terlalu merendah. Apa perlu gue kenalin seseorang?" tawar Rendi langsung menutup bukunya, lalu meletakkannya diatas meja dengan bersemangat dan mencondongkan tubuhnya mendekat kearah Razka yang berada dihadapnnya kini.
"Gak perlu! Lagian mamaku udah bilang, kalau aku udah ada calonnya." Jawab Razka dengan santainya masih berjibaku dengan para kertas-kertas yang berisikan angka-angka yang membuat Rendi melihatnya menjadi takut.
"Dasar keras kepala. Apa gak ada cewek yang melirik lo dengan kepintaran lo yang kaya' gini, Raz? Ayolahhh…" Rendi masih berusaha memaksa sahabatnya.
"Stop." Razka bengkit dari duduknya, lalu menatap Rendi. "Ini bukan waktunya main-main, lagian kalau sudah jodoh gak akan kemana." Kemudian ia pergi meninggalkan perpustakaan.
Namun Rendi berusaha mengejar dan menyusul posisi sahabatnya yang sudah berada di luar gedung.
"Berarti lo dijodohin, Raz?" Tanya Rendi memastikan dugaanya kembali.
Razka hanya mengangguk 'iya'
"Yah… padahal gue ada sodara cewek, dia cantik. Cuman sayangnya dia oon, yah bego gitu sih. Rencananya mau gue kenalin kalian, barangkali cocok."
Razka hanya terus berjalan berusaha menghiraukan ucapan Rendi yang terus saja mencoba mencarikannya pasangan. Razka sudah sadar diri, ia tidak sekeren dan seganteng sahabatnya yang tidak lain adalah Rendi yang sekarang berusaha memaksanya mencari pasangan. Rendi ini merupakan ketua tim basket dikampusnya, ia juga terkenal famous dan banyak sekali di gandrungi para mahasiswi di kampus. Selain keren dan ganteng Rendi juga anak kolongmerat yang terkenal sebagai donator di kampusnya. Sedangkan dia apa?
Tidak ada kata yang bagus untuk diucapkan dan yang pantas bagi Razka. Ia hanyalah mahasiswa dan anak biasa yang kebetulan memiliki nilai akademik yang selalu bagus dengan track record yang baik. Ada benarnya ucapan Rendi, masa tidak ada seorangpun wanita yang dapat luluh dengannya apalagi ia juga mempunyai kepintaran yang cukup lumayan. Hanya saja kepercayaan dirinya saja yang kurang dan itu yang menjadi salah satu minusnya.
"Emang cewek itu siapa?" Tanya Rendi yang masih saja di hantui oleh rasa penasaran.
Razka menghela nafasnya dan kemudian duduk di pinggir lorong depan kelas yang memperlihatkan suasana taman yang bersebrangan dengan gedung perpustakaan yang barusan ia kunjungi tadi.
"Aku belum tau. Itu masih jadi rahasia sampai sekarang."
"Hah! Lo gak polos-polos bangetkan tentang dunia percintaan. Lo udah berapa kali pacaran?"
"Belum pernah." Jawab Razka mantap.