Download App
Bawa Aku Kembali Bawa Aku Kembali original

Bawa Aku Kembali

Author: rannaya

© WebNovel

Hujan dan kenangan

" sairaa... ayoo ...kita makan siang dulu, entar keburu habis jam istirahat loh.." ucap dima padanya.

" ya..sebentar, duluan aja deh..ntar aku nyusul, masih ada yang perlu aku kerjakan sedikit lagii... " ucap saira pada temannya.

" ya udah...ku tungguin di cafe seberang ya..awas kalau telat.." ucap dima.

" beress..." sahut saira sambil mengetik beberapa ketikan karena ia memang harus segera menyelesaikan laporan yang akan ia ajukan pada bosnya.

saira adalah seorang karyawati dan menjabat sebagai asisten kepala bagian pada sebuah kantor ternama di kotanya tinggal saat ini.

selesai mengerjakan tugasnya, ia bergegas merapikan meja kerjanya dan pergi ke lantai bawah untuk segera menuju cafe yang berada di seberang kantornya. namun hujan turun.

" aduh..gimana nih.. hujan lagi,.. kalau tahu gini tadi bawa payung deh.." dengan langkah panjang ia pergi menyeberang dengan tanpa menghiraukan hujan yang membasahi bajunya. di pertengahan penyeberangan ia melihat sosok pemuda membawa payung, tanpa fikir panjang iapun menumpang payung pada pemuda itu.

" mas..maaf numpang ke seberang ya.." ucapnya yang tak memperhatikan siapa lelaki itu.

mereka mempercepat jalannya, hingga sampai di depan cafe.

" terima kasih ya mas atas tumpangan payungnya ." ucap saira sambil mengelap wajahnya yang kecipratan air hujan.

pemuda itupun menaruh payungnya di samping pintu, dan memalingkan wajahnya ke arah saira, dengan senyuman tipis kemudian pergi berlalu masuk ke dalam cafe.

ada desiran ringan di hati saira, begitu sekilas melihat wajah pemuda barusan.

"bukankah...dia..." fikir saira sambil memandangi kepergian pemuda itu yang memasuki cafe yang sama sama di tuju.

sairapun masuk dan mulai mencari-cari sosok pemuda tadi, namun tak ia temukan.

" Sairaaa....sairaaa...hey..disiniii" ucap dima yang memanggil manggil namanya.

saira menuju meja di mana dima temannya sedang duduk santai sambil menikmati sajian makan siang.

" apa sih yang kamu liatin dari tadi, di panggil-panggil gak dengar ". ucap dima.

" maaf... mungkin karena suara hujan aku gak dengar kamu panggil barusan " ucap saira sambil mengambil kentang goreng di piring Dima.

" tuhh... aku pesanin ayam goreng kesukaan kamu" ucap dima yang paham betul akan kesibukan teman kantornya.

" makasih ya dima..kamu baik banget dehh" ucap saira.

" iya dong... kita udah temenan lama jadi saling mengertilah keperluan teman itu apa " ucap dima

" emang apa..." balas saira.dan mereka pun berpandangan.

"MAKAN.." ucap mereka bersamaan sambil tertawa mereka kemudian asyik melahap makan siangnya.

tanpa mereka sadari, sosok pemuda tadi sedang memperhatikan kelakuan mereka jauh di seberang mereka duduk bersama teman-temannya. hanya saja saira tak melihatnya, sewaktu mencari pemuda itu, ia duduk terlindung tubuh besar temannya di pojok meja cafe.

" apa sih..kamu liatin apa Abdi " ucap iwan pada abdi yang belum melahap makanannya karena pandangannya ke arah saira dan temannya yang sedang asyik ngobrol.

"ehemm...duhh...cewek ternyata..." ucap teman abdi.

" udah..ayo nih di makan, keburu dingin makanannya, cuma gara-gara cewek melulu yang di lihatin" ucap hendrik pada dua temannya.

sebenarnya abdi mengingat siapa wanita yang menumpang payung dengannya barusan, suaranya, langkah kakinya, bahkan wangi parfum wanita itu, masih sama. sama seperti awal mereka bertemu tanpa di sengaja.

hanya saja yang abdi takutkan ia salah orang.

selesai makan siang, saira dan dima kembali ke kantor begitu hujan mulai reda. suasana kantor mulai riuh dengan suara karyawan yang terhimpun dalam satu ruangan.

" dima...sudah kamu periksa hasil laporan yang saya kirim, sekalian cek ya.. emailnya " ucap saira pada dima.

" beres..." ucap dima

jam dinding mulai larut, dengan kesibukan dalam pelayanan kepada para nasabah. hingga waktu menunjukkan pukul 17.30 sore. dan bank sudah di tutup. saira masih saja melanjutkan pekerjaannya. walau ia tahu teman kerjanya sudah pada pulang.

"saira, ndak balik .." ucap pak slamet seorang satpam pada karyawati yang tengah asyik di meja kerjanya.

" iya pak..sebentar lagi, kerjaan saira kelar baru pulang.." ucap saira sambil tersenyum.

pekerjaan memang yang utama di kehidupan saira semenjak ia pergi merantau seorang diri ke wilayah kalimantan selatan, meninggalkan kedua orang tuanya yang hidup di maluku. kini ia mandiri tanpa harus bergantung lagi pada orangtuanya. setelah mendapatkan pekerjaan tetap sebagai asisten membuat rasa bangga pada orangtuanya lah yang menjadi penyemangat perjalanan hidupnya. tak terasa ini tahun kesepuluh ia berada di kalimantan.

sepulang dari kantor, langit masih mendung. tak ada semburat matahari yang hampir tenggelam di cakrawala senja, yang ada hanya awan tebal menyelimuti.

" wah..bakal hujan lagi nih..bawa jas hujan gak ya.." ucap saira yang berbicara sendiri sambil membuka jok kendaraan motornya.

" aduhh..ketinggalan lagi.." ucapnya dalam hati. setelah menyadari ada tetesan air hujan mulai membasahi tubuhnya.

" sairaa...bernaung dulu..." ucap pak slamet.

" iya pak...kalau gitu saya ke seberang ya pak" ucap saira menunjuk cafe di mana siang tadi ia dan dima menikmati makan siang.

dengan berlari kecil saira melewati zebra cross hingga sampai di depan cafe.. baru saira mau membuka pintu, seorang pemuda sudah duluan membuka pintu cafe. mereka saling berpandangan lama. hingga teman pemuda itu memukul pundaknya mengajak pergi.

" benarkah..." ucap saira dengan apa yang di lihatnya barusan. ia pun memasuki cafe dan memesan kopi hangat dan cemilan. ia tak mengira akan bertemu pemuda itu lagi. hingga khayalannya larut bersamaan dengan memori yang telah lalu.

~~~ ( flasback )

" ayoo...kumpul - kumpul semua..." ucap seorang anak lelaki berpakaian putih abu-abu kepada teman-temannya karena hari ini awal masuk sekolah setelah libur panjang.

" upacara sebentar lagi, dan kelas kita dapat giliran,ada yang mau jadi pemimpin upacara gak.." ucap sang ketua kelas.

semua teman-temannya terdiam. tanda tak ada yang mau menjadi pemimpin upacara.

"tahu begini, gak usah di tawarin aja deh" ucap ketua kelas kesal.

saira yang datang terlambat, bertubrukan dengan anggota PMR yang berbalik ke kelas karena topinya tertinggal dalam kelas.

"bruukk...aduuhh...liat-liat dong kaa..kalau jalan" ucap saira.

"maaf.."ucap kakak kelasnya sambil berdiri dan mengulurkan tangannya membantu saira.

saira pun menurut saja ia meraih tangan kakak kelas yang menabraknya tadi. namun tak memperhatikan wajah kakak kelas tersebut dan berlalu begitu saja dengan wajah kesal.

" sairaa...kamu kenapa..lecet gitu tangannya" ucap dima.

"tau tuhh...ditabrak kakak kelas tadi" ucapnya setengah merengek namun masih menyimpan rasa kesal.

upacara pagi itu berjalan lancar, namun tidak bagi saira,, hari itu bukan hari yang lancar baginya. bagaimana tidak, ia jatuh pingsan saat membawakan lagu mengheningkan cipta, matanya mulai buram dan... "brruukk" ia tergeletak begitu saja membuat teman-temannya agak panik, namun lagu tetap diteruskan begitu anggota PMI sigap membawa tandu dan meangkat tubuh saira menuju UKS.

begitu saira di uks, tim medis berusaha membuatnya sadar, dan seseorang melihat luka di siku tangannya, mengambil obat-obatan, kain kasa dan perban. mereka dengan sigap mengobati pasien.

dima yang mendampingi saira bernafas lega." untung gak ke RS kamu saira..kirain bakal parah tadi,,,tapii... cuma laparr" ejek dima begitu mendengar perut saira yang keroncongan.

saira yang mulai sadarkan diri mendengar perkataan temannya ia pun baru ingat ia pergi terburu - buru pagi ini, hanya meminum segelas air putih hangat di tempat kosnya.

" aku kenapa dim..." ucap saira yang menyadari ia di ruangan UKS.

" yehh..kamu pingsan teman..mungkin lapar kayaknya" ucap dima setengah mengejek.

" ohhh.." ucap saira.

" kita sarapan yuk, tadi aku sudah ijin sama pak herdi " ucap dima yang memang sempat meminta ijin pada wali kelas mereka tadi sewaktu saira masih pingsan bahwa dia akan mengajak saira makan pagi sebentar. dima memaklumi saira yang tak sempat sarapan karena ia memang tinggal seorang diri di kota ini. siapa yang akan memperhatikan hal tersebut. jauh dari orang tua pasti terasa sulit.

" kok kamu tahu aku kelaparan " ucap saira di kantin sambil memasukkan makanan ke mulutnya.

" pelan- pelan makannya, bukannya kenyang nanti malah sakit perut lagi terlalu terburu - buru gitu." ucap dima sambil mengaduk teh hangat pesanan mereka.

"ini nak.. "ucap ibu kantin sambil menyerahkan sebungkus roti dan air mineral.

" kami gak pesan ini bu.." ucap saira.

dima yang memperhatikan ada pesan di balik bungkusan roti pun mengambilnya dari tangan sang ibu kantin.

" buat saira..maaf...membuat siku kamu terluka tadi" isi pesan di balik roti yang di baca dima.

" bener nih..buat kamu ada pesannya lagi.." ucap dima menyerahkan roti tersebut ke tangan saira.

" yang benar nih..." ucap saira sambil membaca pesan yang tertulis di balik roti. saira pun mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya. ia pun menyadari bahwa pagi tadi ia bertubrukan dengan kakak kelasnya. ia tahu itu setelah ia berdiri dan membaca lambang kelasnya. tanpa memperhatikan wajah kakak kelasnya itu.

" dari siapa...ihh..jangan buat penasaran dong.. gebetan yah" goda dima pada saira yang nampak bengong setelah membaca pesan tersebut.

" kamu ini...gebetan siapa, kalaupun ada pasti aku ceritakan " balas saira.

" heii..kalian sudah selesai sarapannya, ngobrol terus ini sudah jam berapa kan di beri waktu cuma 15menit tadi " ucap pak herdi pada mereka berdua yang terkejut mendengar panggilan wali kelasnya.

" iya pak..sebentar lagi..maaf ya.." ucap saira sambil terburu-buru menghabiskan makanannya bersama dima. hingga mereka berlarian menuju ruang kelas yang memang sedari tadi sudah memulai pelajaran.

" sairaa..dimaa dari mana kalian " ucap ibu rosi guru matematika mereka.

" maaf bu..tadi saira pingsan, jadi saya minta ijin sama pak herdi ngajak saira sarapan dulu " ucap dima

" betul itu saira.." tanya ibu rosi pada saira.

" betul bu.." jawab saira.

" sekarang ibu tanya, yang pingsan siapa kamu, dima apa saira " ucap ibu rosi.

" saira bu.." jawab dima

" terus yang di suruh sarapan siapa " tanya bu rosi.

" saira..yang ngajak kan saya bu.." jawab dima gugup.

" terus kenapa gak bilang sama saya, minta ijin dulu " ucap ibu rosi.

" hehee...lupa bu...maaf" ucap saira sambil memberikan roti yang ada di tangannya kepada bu rosi sebagai permintaan maaf.

bu rosi menerimanya dan menyadari ada pesan di bungkusan roti.

" maaf membuat siku kamu terluka... " baca bu rosi yang membuat seisi kelas riuh.

" saya tak sedang terluka sairaa..." ucap ibu rosi menyadarkan saira akan pesan di balik bungkusan roti tersebut.

ia pun mengambil rotinya di meja guru setelah bu rosi menaruhnya dan merobek pesan tersebut. terang saja rasa malu terlihat dari wajahnya apalagi di tambah sorakan dari teman - temannya.

dima pun hanya tertawa melihat tingkah temannya yang serba salah. namun di hati saira ia terus bertanya - tanya seperti apa wajah kakak kelasnya yang memberi pesan seperti ini padanya. timbul ada rasa bersalah juga kenapa ia tak memperhatikan wajahnya tadi pagi.

pelajaranpun di lanjutkan, walau saira masih sedikit bengong dengan pelajaran yang di berikan bu rosi. karena dia sedikit tertinggal pelajaran barusan. bu rosi pun memberikan tugas kepada siswa-siswinya. tentu saja saira yang masih tak mengerti pelajaran barusan sangat kesulitan mengerjakannya. hingga bel istirahat siang berbunyi.

" ingat..besok di kumpul gak pakai tapi " ucap bu rosi tegas kepada murid - muridnya.

" yahh..PR " ucap saira.

" kan bagus...kita bisa kerjasama" ucap dima.

" mmmm...terserah deh..aku gak ngerti soalnya " ucap saira pergi keluar kelas. ia pun masih saja memikirkan kejadian pagi tadi. siapa kakak kelasnya itu yang memberi roti berhadiah pesan kepadanya, serta yang mengobati lukanya yang bertuliskan kata maaf di kain perbannya. "benar- benar nambah kesal aja" ucap saira menggerutu.

" kenapa sihh...ngomel melulu dari tadi " ucap dima sambil melahap coklat di mulutnya.

" ngomel..kapan aku ngomel " ucap saira membela diri.

" gak nyadar apa, dari tadi bengong, terus gak konsen pelajaran cuma bilang siapa ya...siapa ya... gitu terus " ucap dima penasaran dengan apa yang di fikirkan temannya ini.

" haahh...aku ngomong seperti itu.." ucap saira setengah tak percaya.

" penasaran soal apa sih kamu, soal pesan itu..itu dari kakak PMI kelas 3, dia juga yang perban luka kamu " ucap dima menjelaskan pada saira karena ia yang melihat langsung kejadian di Uks pagi tadi.

" terus..kok kamu gak bilang dari tadi " ucap saira.

" yaa..ku fikir kamu sudah tahu..apa kamu yang bertubrukan pagi tadi sama dia.." ucap dima bertanya dengan wajah ingin tahu.

" aku kurang tahu, masalahnya aku gak memperhatikan wajahnya " ucap saira.

" gimana kita tahu dong..kan kakak kelas banyak...emang kalau kamu tahu juga mau kamu apakan" tanya dima

" cuma mau bilang, kalau mau ngajak kenalan jangan pakai pesan, langsung aja " ucap saira menahan senyumnya pada dima.

" kamu ya.. ada maunya juga ternyata, dasar genit.." goda dima sambil mencubiti pipi saira dengan gemasnya. sairapun membalas perbuatan temannya sambil bercanda tawa.

mereka tak memperhatikan di kejauhan ada sosok anak lelaki yang tersenyum melihat tingkah mereka berdua.

" syukurlah..dia baik - baik saja " ucapnya dalam hati. pada adik kelasnya setelah kejadian mereka saling bertubrukan pagi tadi, terlebih adik kelasnya itu sempat pingsan dan ada luka di siku tangannya. membuat ia merasa khawatir saja hingga tak karuan belajar. mendengar suara bel istirahat berbunyi ia berlari bergegas keluar kelas mencari adik kelasnya yang memang kelasnya tak jauh. melihat pemandangan bahwa adik kelasnya baik - baik saja kini ia bernafas lega.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login