Apa yang lebih buruk daripada ini?
Leo tidak tahu sudah berapa hari berlalu. Ia tidak berniat keluar dari gua, tidak juga berniat untuk melakukan apa pun. Hanya berbaring di atas lapisan bulu binatang, atau sesekali memandang ke luar mulut gua dengan pandangan kosong. Langit selalu terlihat sama. Terkadang biru, lalu setelah waktunya, akan berubah kemerahan hingga menyisakan gelap yang suram.
Leo mengkatup rapatkan bibirnya. Langit menyadarkannya kepada waktu yang berjalan dengan kejam. Tubuh kecil ini begitu lemah, sangat rentan. Namun ia tidak mempedulikan. Kekosongan yang dirasakan begitu menakutkan. Menyesakkan, hingga membuatnya merasa ... lelah. Sangat lelah.
Melirik ke sisi lain gua, sepasang netra biru mendapati sosok jangkung yang bekerja keras di sudut tertentu. Membakar sesuatu, memotong dan mencuci. Semua dilakukan dengan terampil. Pemandangan pemuda jangkung yang mengenakan kulit binatang, tengah memasak dengan cara yang sangat primitif, membuat Leo menyadari bahwa ia ... tidak sendirian.
Cosmos tidak berani untuk memaksa kembali. Naga itu dengan putus asa akan pergi dan kembali membawa berbagai macam hewan dan tumbuhan. Mengelola semua itu menjadi makanan dan mencoba membuat makanan lezat tanpa bimbingan sama sekali.
Dalam prosesnya, sang Naga kerap mengalami diare atau muntah karena yang memakan dan mencicipi masakannya adalah dirinya sendiri. Namun tidak semua berefek negatif. Beberapa berhasil dan memiliki rasa yang lezat. Ketika Cosmos dengan senang hati mempersembahkannya, Leo hanya memakan beberapa suapan. Tetapi itu jauh lebih baik ketimbang tidak makan sama sekali.
Karena itu, dalam waktu beberapa hari, sosok kecil semakin lama, semakin terlihat kurus. Lemak pada pipinya mulai menghilang, terlihat lebih tirus dengan tubuh kecil yang semakin terlihat rapuh. Naga perak semakin dilanda gelisah. Namun, ia teringat pelajarannya. Ketika ia menyakiti Baby kesayangannya karena rasa takut akan kematian si kecil ... kejadian itu seolah menjadi pengingat. Membuat perlakuan sang Naga menjadi lebih lembut dan sabar.
[Baby, ayo makan, ini rasanya sangat lezat]
Leo memandang mangkuk kayu yang berisi sup buatan Cosmos. Entah bahan apa atau bagaimana cara sang Naga mengelolanya, bocah itu tidak peduli. Dengan patuh ia membuka mulut, meneguk cairan hangat dengan beberapa potongan daging dan sayur ke dalam mulut. Namun ketika Leo menelannya, tubuh kecil itu membeku kaku.
[Baby?] sosok pria muda berhelai perak menatap bingung bayinya. Biasanya, Leo akan memakan beberapa suap, tetapi kali ini … kenapa baru satu suapan, Leo tidak menelannya lagi? [Masakan Papa tidak enak?]
Leo tidak bereaksi. Ia masih diam selama beberapa detik sebelum akhirnya melemparkan mangkuk dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. Rasa sakit yang luar biasa menusuk seluruh tubuh hingga tanpa sadar ia menggigil. Kepalanya terasa berputar—pusing bukan main dan mual. Namun ketika menyadari rasa manis memenuhi mulut, Leo bisa mencium bau karat yang memenuhi hidungnya.
Ini tidak bagus. Ia tidak tahu bahan apa saja yang dicampur Cosmos di dalam masakannya. Bagaimanapun, Leo tahu bahwa pulau ini penuh dengan tanaman dan hewan-hewan yang dibesarkan dan dipelihara secara khusus untuk dijadikan bahan obat. Hingga … reaksi pencampuran antara tanaman dan pengelolaan yang tidak tepat, akan memberikan reaksi kimia yang berbeda bisa menciptakan racun alih-alih sebuah obat …
Apakah ia akan mati?
Tepat ketika pemikiran itu datang, kepalanya semakin terasa pusing dan kegelapan menguasainya. Sebelum Leo benar-benar kehilangan kesadaran, ekspresi panik dan ngeri dari pria ras Naga itu membuatnya agak sedih.
Oh, sungguh. Apakah kali ini ... Naga Konyol ini akan mengalami Anomali dan mulai ... menghancurkan Planetnya?
Leo: /lempar mangkuk/ APA YANG KAU MASUKKAN KE MAKANANKU?!
Cosmos: /gemetar/ I-itu hanya makanan biasa, baby ...
Leo: ="= /memandang dengan curiga/
Cosmos: :>
drama-drama bertebaran~ Cosmos, dirimu belum bisa jadi koki yang handal!