Download App
18.46% Athanasia dan Pangeran Jayden / Chapter 24: Kesalahpahaman

Chapter 24: Kesalahpahaman

'Tidak ada apa-apa di sini... Kira-kira dimana tempat tinggal gadis itu?' Pangeran Jayden berpikir sambil melihat ke kiri dan ke kanan sisi hutan.

"Jika dia dalam perjalanan pulang, itu artinya mungkin dia tinggal di kota Emerald atau di pinggiran kota dekat perbatasan antara kekaisaran Mork dan Empire." Gumam pangeran Jayden yang datang tanpa seorang pengawal pun.

Karena kali itu dia tidak menemukan jejak Athanasia, ia lalu memutuskan untuk kembali. Dan setelah beberapa bulan kemudian, akhirnya secara tak sengaja ia bertemu dengan Athanasia di pasar.

Hari itu matahari bersinar dengan cerah dan terlihat segala aktivitas yang membuat setiap orang tampak sangat sibuk.

Saat itu Athanasia sedang memilah-milah buah apel yang terlihat segar untuk dibelinya. Tampak pula di sisi belakangnya begitu banyak orang yang lalu lalang. Seperti seorang pria tua yang sedang mengangkut sekarung beras pada punggung belakangnya melewati Athanasia, atau pun seorang gadis kecil yang tampak sangat ceria menawarkan barang dagangannya di sisi kiri, 100 meter dari tempat Athanasia berdiri.

Pedagang buah-buahan dan sayur-sayuran bertengger di bawah sebuah bangunan tua yang melindungi mereka dari sengatan matahari. Dan toko-toko pakaian tidak jauh dari pasar buah dan sayuran tersebut. Jika kau memandang ke arah barat daya, kau akan melihat butik pakaian-pakaian mewah yang berjarak sekitar 500 meter dari pasar.

"Bu... bisa tolong bungkus kan saya buah ini, seharga 2 keping tembaga, yah Bu." Ujar Athanasia sambil menyerahkan buah apel pilihannya.

Ibu tersebut lalu memasukkan buah itu ke dalam sebuah keranjang yang terbuat dari jerami bungkusan dan menimbangnya. Ia lalu mengeluarkan 1 buah apel dari keranjang tersebut dan menyerahkan sisanya ke tangan Athanasia.

Setelah mendapatkan buahnya, Athanasia lalu membayar harga buah tersebut sebanyak 2 keping tembaga.

"Terimakasih..." Ujarnya

Radius 50 meter dari jarak di depan Athanasia, tampak pangeran Jayden sedang berlalu lalang melihat aktivitas pasar yang ada di kota Emerald bersama dengan Harley.

"Harley, tolong belikan aku anggur itu." Perintah Jayden sambil menunjuk ke arah pedagang yang terlihat lesu, sebab dagangannya tidak terlalu laris.

"Baik tuan..." Ujar Harley lalu melangkah berlawanan dengan arah yang hendak akan Jayden tuju.

Ia kemudian berhenti sesaat dan kembali lagi, "Hmt, tuan..."

"Ada apa?"

Harley lalu membawa bibirnya berbisik ke telinga Jayden. "Berapa kilogram yang harus ku beli?" Tanya Harley memastikan.

"Belilah semuanya!"

"Baik..." Harley berbalik lagi dan melangkahkan kakinya sebanyak 4 langkah. Namun ia terpikirkan lagi akan hal lain dan kemudian berbalik lagi ke arah pangeran Jayden.

"Tuan..."

"Sekarang apa lagi?" Tanya Jayden yang sedikit kesal dengan Harley yang tak pernah bisa sepemikiran dengannya.

'Sampai kapan ia akan bolak-balik, sih?' pikir Jayden yang tahu kalo Harley memang sedikit konyol.

"Itu... bagaimana kita akan membawanya ke istana?" Tanya Harley ragu-ragu.

Hah... Jayden menepuk jidatnya dan lalu menggelengkan kepalanya. "Harley..."

"Ya, tuanku?"

"Bisakah kau memikirkannya sendiri?" Kata Jayden sambil menekan perkataannya dan menatap tajam ke arah Harley seakan berkata, jika dia tidak menemukan caranya maka tamatlah riwayat Harley saat itu.

Menyadari Jayden yang tengah kesal, Harley pun menelan salivanya dalam-dalam. "Saya mengerti tuan. Kalo begitu saya undur diri."

Jayden lagi-lagi kesal dibuatnya. Lalu saat pangeran Jayden hendak berbalik, ia menabrak Athanasia yang saat itu hendak akan melewati jalan tersebut, sebab jalanan semakin sempit karena banyaknya orang yang berlalu lalang.

Bruk... Buah apel yang ada pada keranjang Athanasia terlepas dari tangannya dan jatuh sampai berserakan di sekitar mereka.

Karena pangeran Jayden yang cukup sigap, ia menangkap tangan Athanasia, lalu memutar tubuhnya dan merangkul pinggang Athanasia dengan erat, agar Athanasia tidak sampai jatuh ke tanah.

Wajah mereka cukup dekat berjarak 20 cm. Itu adalah jarak yang pas untuk saling memandang dan saling bertukar ciuman!

Seketika Athanasia membelalak mendapatkan dirinya berada dalam rangkulan yang begitu dekat dengan seorang pria asing.

Ia lalu menatap pangeran Jayden yang terlihat menyelidiki wajahnya, dimana masih dengan posisi yang membuat Athanasia tampak tak nyaman.

Orang-orang di sekitar mereka pun tampak tak peduli dan masih saja melanjutkan aktivitas mereka seperti biasanya.

"Apa yang kau lihat?" Ujar Athanasia membuat pangeran Jayden lalu tersadar dari lamunannya.

Pangeran Jayden lalu cepat-cepat membantu Athanasia menegakkan kembali tubuhnya dan ia mencoba untuk meminta maaf. "Ah... maaf atas kelancangan saya, nona." Ujar Jayden sambil menunduk menunjukkan kesopan-santunannya.

Saat Jayden mengangkat kepalanya ia lalu tercengang melihat bahwa Athanasia tidak lagi berada di hadapannya. Kemudian saat ia melihat ke bawah, ternyata Athanasia sedang sibuk memunguti apel yang terjatuh tadi.

Jayden pun lalu menunduk membantu Athanasia mengambil apel terakhir yang ada di atas tanah. Ia lalu berdiri dan menyerahkannya kepada Athanasia sambil bertanya: "Apakah nona terluka?"

Athanasia mengambil apel tersebut dan berlalu pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan pangeran Jayden.

'Rambut hitam kecoklatan yang jatuh sampai pada pinggangnya dan mata hitam berbinar tanpa ada rasa takut itu... Aku akan mengingatnya!'

Pangeran Jayden tersenyum, tapi dia tidak tahu apakah ia harus mengejar Athanasia atau tidak hari itu. Ia hanya berdiri di tempatnya dan melihat punggung belakang Athanasia yang mulai menghilang ditutupi oleh keramaian.

"Apa anda melihat sesuatu yang menarik tuan?" Tanya Harley yang muncul secara tiba-tiba.

"Yah... aku bertemu sesuatu yang menarik sampai aku ingin memilikinya!" Jawab Jayden dengan nada yang lembut dan masih terpaku ke arah dimana Athanasia menghilang.

"Jika begitu maka tuan harus mengejarnya!" Sambung Harley lagi memberikan saran.

Mendengar hal itu sontak mata Jayden terbuka lebar seperti mengingat sesuatu yang brilian. "Kamu benar!" Gumam pangeran Jayden, lalu berlari meninggalkan Harley.

Herley pun menjadi sedikit bingung! Sebenarnya barang apa yang pangeran Jayden inginkan, sampai ia terlihat begitu bersemangat?

"Anu... tuan tunggu aku..." Teriak Harley yang baru menyadari bahwa tuannya telah menghilang di balik keramaian pasar.

Drap... drap... Jayden berlari dengan sekuat tenaganya. Saat ia menemukan persimpangan, ia lalu berhenti sejenak melihat untuk sekeliling, hendak mencari dimana perginya Athanasia.

Matanya lalu tertuju pada gadis dengan rambut panjang yang terurai sampai pinggang dengan membawa keranjang jerami di tangannya.

Jayden lalu tersenyum sedikit ceria dari biasanya. Ia legah telah menemukan ke mana Athanasia akan pergi. Saat ia hampir sampai, pangeran Jayden lalu membawa tangannya ke arah bahu gadis itu, untuk menahan Athanasia.

Set... Athanasia berbalik secara tiba-tiba, sehingga membuat tubuh pangeran Jayden menjadi tidak begitu seimbang.

Athanasia lalu menarik tangannya dan memutar tubuhnya untuk melemparkan tubuh pangeran Jayden sampai ke tanah.

Bruk! Athanasia berhasil menumbangkan pangeran Jayden dengan ilmu bela dirinya.

"Awww... Bukankah kau terlalu kasar?" Gumam Jayden.

Athanasia tampak tidak terkejut dengan tindakannya itu, sebaliknya ia malahan menatap tajam ke arah Jayden. "Kenapa kau mengikuti ku?"

~To be continued


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C24
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login