Download App
15.43% Alta dan Allamanda / Chapter 23: Bab 11 B | Kara dan Keral

Chapter 23: Bab 11 B | Kara dan Keral

Sekolah gempar karena kematian Kara yang mendadak. Siapa yang tidak mengenal Kara? Semua tahu Kara, kecuali Lamanda karena ia anak baru dan Alta. Pengecualian yang teramat untuk Alta karena ia memang tidak terlalu peduli dengan sekitarnya, apalagi pada hal yang tidak menarik baginya.

Kara siswi yang baik di mata semua guru dan murid, ia anak akselerasi sekaligus menjabat wakil ketua umum OSIS dan terdaftar sebagai anggota PMR. Yang membuat mereka heboh dan kaget adalah rumor bahwa 'Kara hamil dan mencoba bunuh diri sampai keguguran dan mati'. Tidak ada yang menyangka Kara berlaku demikian. Cover Kara itu terlalu bagus dan sangat kontras dengan berita yang saat ini telah beredar.

Jadi jangan memandang seseorang dari covernya, karena kebanyakan cover tidak sesuai dengan isi. Orang selalu memakai topeng yang berbeda setiap hari untuk menutupi dirinya, hati-hati tertipu.

"Ini namanya Kara?" tanya Lamanda pada Arsya sambil menunjuk sebuah foto yang terpampang di layar ponsel Arsya.

Arsya mengangguk mengiyakan.

Tadi Arsya memang stalking akun instagram Kara setelah mendengar berita kematian Kara. Arsya mengira hal tersebut hanya gosip belaka namun ia kaget karena pada akhirnya hal tersebut merupakan fakta. Banyak temannya yang meng-upload foto bersama Kara dan men-tag akun instagram Kara sekedar mengatakan belasungkawa dan menulis caption penuh doa panjang lebar namun di sisi lain mereka menghujat dan menjelek-jelekkan Kara.

Sosial media memang tempat pemunafikan paling sempurna.

Lamanda jelas kaget sekaligus tidak menyangka karena beberapa waktu lalu Kara sempat menolongnya saat di UKS dan sekarang ia mendapati fakta bahwa gadis itu telah meninggal. Meskipun hanya bertemu sekali Lamanda merasa ikut bersedih bagaimanapun Kara telah membatunya saat itu walau dengan campur tangan Alta juga. Lamanda masih mengingat jelas dengan semua yang Kara lakukan untuk membantunya dan bagaimana ia tersenyum dengan tulusnya ketika melihat kondisi Lamanda yang mulai stabil.

"Gue nggak nyangka. Waktu itu dia baik-baik aja pas bantuin gue di UKS," kata Lamanda sambil mengembalikan ponsel Arsya.

"Umur cuma Tuhan yang tahu." Arsya mencoba realistis. Ia benar. Tidak ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya, bahkan detik berikutnya. Semua hanya misteri.

Tuhan hanya ingin kita bersiap-siap menerima kejutan dariNya. Baik kejutan yang menyenangkan ataupun yang menyedihkan. Tinggal bagaimana cara kita menyikapinya.

Greta yang duduk di diseberang Arsya langsung menarik kursinya ke dekat meja Lamanda karena ingin ikut nimbrung. Kelas XI IPA 1 memang kosong sejak selesai istirahat tadi karena guru yang mengajar mereka sedang ke panti asuhan Kara untuk melayat.

"Katanya sih ya dia hamil terus cowoknya nggak mau tanggung jawab gitu. Ya Kara frustasi lah, dia minum cytotec abis-abisan sampai pendarahan gitu dan meninggal," papar Greta mengebu-gebu. Greta memang up to date. Segala info bisa didapatkan dari dirinya kecuali info kunci jawaban ulangan karena otaknya bobrok kalau urusan pelajaran

"Cowoknya brengs*k," kata Arsya sarkatis membuat Greta mengangguk setuju.

Bahkan julukan brengsek terlalu keren untuk cowok pengecut. Bukan cowok namanya kalau cuma berani melakukan suatu hal tanpa mau bertanggung jawab, tapi banci.

"Ceweknya juga murahan." celetuk Raskal yang hanya diam-diam menguping sejak tadi, bukan menguping karena ketiga teman kelasnya itu memang berbicara didekatnya jadi Raskal yang duduk disebelah Lamanda sambil memainkan ponsel otomatis mendengar. Ia mengatakan hal itu karena ingin membela Keral meskipun tidak ada yang tahu kalau yang menghamili Kara adalah Keral. "Kalau nggak murahan nggak bakal mau diajak tidur bareng."

Arsya melotot ke arah Raskal, "Jaga mulut lo!" ia tidak terima meskipun ucapan Raskal ada benarnya juga.

"Sini jagain pakai mulut lo," Raskal terseyum jahil membuat Arsya ingin melempar Raskal ke Zimbabwe sekarang juga.

"Gue jadi curiga, bukannya Kara lagi dekat sama Keral ya?" tanya Greta penuh selidik ke arah Raskal.

Raskal kaget sekaligus bingung mendapati fakta jika Greta mengetahui kedekatan Keral dan Kara. Raskal yang notabene temannya saja tidak tahu Keral dekat sama siapa karena Keral memang jarang bercerita kalau menyangkut pacarnya. Ia bahkan baru tahu tadi malam kalau Keral menghamili Kara. Raskal juga tidak tahu hubungan antara Keral dan Kara sebenarnya. Bukankah sepertinya Keral tertarik dengan Arsya? Raskal benar-benar bingung. Ini lebih rumit dari penjelasan sejarah tentang perang dunia kedua.

Namun melihat Arsya yang memicing Raskal menyeringai mencoba mengalihkan ke kepoan Greta, "Kalau ia kenapa? Cemburu?"

"Najis." Arsya jadi bergidik sendiri.

"Gue ngomong sama Greta bukan lo."

"Kalau ngomong sama Greta lihatnya ke dia bukan ke gue."

"Gue pinginnya lihat lo sih."

Greta sudah tidak kaget melihat Arsya dan Raskal berdebat bahkan jika jambak-jambakan sekalipun karena hal tersebut bukan hal aneh lagi di kelasnya. Mereka berdua sudah seperti Tom dan Jerry yang kelakuannya hanya ribut dan saling jitak setiap hari.

Arsya mengabaikan Raskal dan mulai fokus membalas chat di ponselnya.

"Sh*t!" umpat Arsya membuat Lamanda mengerutkan dahi. Tidak seperti biasanya Arsya seperti ini, meskipun Arsya terkenal nyablak tapi ia jarang bahkan tidak pernah mengumpat sekasar tadi.

"Kenapa, Sya?" tanya Lamanda sedikit khawatir melihat raut wajah Arsya yang terlihat gusar.

Arsya menggeleng tanpa melihat ke arah Lamanda lalu mendekatkan ponselnya ke telinga karena sedang menelfon seseorang.

Entah siapa di seberang. Arsya seperti begitu kesal terlihat dari wajahnya yang memerah. Ia berdiri dari duduknya sambil mengemasi buku-bukunya di atas meja dan memasukkannnya ke dalam tas.

Arsya buru-buru keluar kelas dengan membawa tas. Melihat itu Lamanda langsung mengejar dan menghentikan langkah Arsya.

"Mau kemana?"

"Labrak owner olshop. Gue ditipu,"  jawab Arsya memalingkan wajahnya.

"Bohong." Lamanda hafal jika Arsya sedang tidak jujur. Ia tidak akan berani melihat mata lawan bicaranya dan Arsya melakukan hal itu sekarang.

"Al, ini emergency banget." Arsya kembali berjalan dengan terburu-buru dan mengabaikan Lamanda yang masih mengejarnya.

"Lo mau bolos kemana, Sya? Lo pasti bohongin gue. Kalau masalah ditipu olshop lo gak bakal segusar ini," cerocos Lamanda sambil mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Arsya.

Arsya berhenti dan menghadap Lamanda, "Ini urusan gue. Ada batasan yang gak bisa lo sentuh. Biarin gue pergi. Gue bakal balik nanti," kata Arsya dengan suara sedikit tinggi kemudian meninggalkan Lamanda.

Lamanda diam menatap punggung Arsya yang mulai menjauh. Ia menghela napas. Biasanya Arsya akan mendengar ucapannya lalu sekarang ia merasa Arsya banyak berubah seperti ada batasan tidak kasat mata yang menghalangi Lamanda untuk masuk kembali dalam dunia Arsya saat ini.

"Lamanda."

Mendengar namanya dipanggil Lamanda menoleh ke belakangnya dan mendapati Raskal berdiri dengan menenteng kantong kresek yang entah apa isinya.

"Apa?"

"Ikut gue," kata Raskal dan menarik tangan Lamanda membuat Lamanda menepisnya dengan kasar.

Raskal itu mesum jadi Lamanda harus ekstra hati-hati karena cowok itu kalau ngelihat cewek lima menit aja pikirannya udah liar kemana-mana.

"Mau kemana sih? Gue mending ke kelas aja."

"Lo mau sendirian di kelas terus digodain Kaldo? Lagian di depan kelas udah ada Liora tadi."

Lamanda mengalah,  akhirnya ia mengikuti Raskal menuju lift sekolah. Daripada di kelas sendirian dan digodain Kaldo mending Lamanda ikut Raskal. Meskipun mesum Raskal juga baik. Sedikit. Apalagi,  ia sedang menghindari Liora dan tidak ingin terlibat masalah lagi dengannya.

Saat hendak memasuki lift yang terbuka tangan Raskal ditarik seseorang yang membuatnya berbalik begitupun dengan Lamanda.

"Kak Raskal kok jalan sama cewek lain lagi sih?" gerutu Sheira sambil mengayun-ayunkan tangan Raskal seperti anak kecil yang sedang merajuk minta balon.

"Suka-suka gue lah. Emang lo siapa gue ngatur-ngatur," ketus Raskal dan melepas tautan tangan Sheira.

"Aku tuh pacar kakak." Sheira menghentakkan kakinya kesal

Raskal berdecak, seingatnya pacarnya yang sekarang itu cuma Orien, Irene sama Bella. "Masa?"

"Empat hari yang lalu kita baru jadian dan sekarang kak Raskal lupa?"

Raskal mencoba mengingat-ingat. Ternyata mempunyai banyak pacar itu ribet juga Raskal jadi pusing sendiri. Tapi lucunya, pacar Raskal itu semuanya mau-maunya di bego in. Sudah tahu diselingkuhi masih saja tetap stuck di Raskal.

Oh iya, Raskal ingat. Sheira yang unyu imut di hadapannya saat ini memang pacarnya. Empat hari lalu Sheira yang memintanya untuk dijadikan pacar, ya Raskal mau-mau aja lumayan ada grepean yang masih fresh. Tapi sekarang Raskal mulai jengah melihat kelakuan Sheira yang selalu seperti anak kecil alias manja padanya. Intinya, Raskal sudah bosan pada Sheira.

"Ya udah. Gue mau putus. Biar kita nggak pacaran lagi."

Lamanda dan Sheira cengo mendengar kalimat Raskal barusan. Seakan Raskal baru saja mengatakan kalau ia suka makan nasi goreng dicampur tai ayam.

"Lo gila," desis Lamanda tajam. Ia tidak habis pikir dengan Raskal. Selain mesum Raskal juga tukang pematah hati anak orang.

"Enggak, gue ganteng." Raskal langsung menarik tangan Lamanda memasuki lift yang terbuka lagi meninggalkan Sheira yang matanya mulai berkaca-kaca.

"KAK RASKAAALL!!"


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C23
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login