"Assalamualaikum!" salam seorang lelaki yang baru saja memasuki rumahnya, siapa lagi jika bukan artis papan atas, Alfie Alexander.
Ia baru saja sampai di rumahnya setelah menempuh perjalanan dari Bandung ke Jakarta selama kurang lebih 2 jam. Setelah satu minggu ia melakukan syuting untuk film barunya, Alfie meminta libur karena ada acara yang akan ia laksanakan di Jakarta.
"Waalaikumsalam!"
Elina terpogoh-pogoh menghampiri putranya, lalu merentangkan kedua tangannya meminta peluk pada Alfie.
"Bunda kangen banget!" seru Elina dengan memeluk Alfie erat
Alfie membalas pelukan Elina, "Alfie juga kangen, Bunda!"
"Oh ya? pulang ke Jakarta kangen bunda, atau kangen dia?" goda Elina setelah melepaskan pelukannya
"Dia siapa, Bun?" tanya Alfie dengan keningnya yang mengerut
Elina menggelengkan kepalanya lalu menuntun putranya ke ruang makan, disana sudah tertata rapi berbagai makanan yang hampir semuanya adalah makanan kesukaan Alfie. Tapi, cowok itu hampir semua makanan dia sukai.
Begitu Alfie selesai makan siang, ia memutuskan untuk beranjak menuju kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak sebelum nanti ia memiliki pekerjaan yang harus dikerjakan termasuk mengadakan meet and greet bersama penggemarnya.
Alfie berbaring dengan posisi kedua tangannya yang ia jadikan bantalan, matanya menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih pucat, ia menerawang apakah jika nanti ia mengadakan meet and greet Alika akan datang? sungguh ia sangat berharap jika gadis itu datang. Perlahan matanya terpejam diiringi dengan harapannya pada gadis itu.
Di kota yang sama, hanya berbeda daerah sosok gadis pemilik rambut sebahu tengah mengerjakan tugas sekolahnya. Rambutnya ia ikat supaya tidak mengganggu kegiatannya, jari lentiknya memegang pulpen dan menari-nari di atas kertas sesekali jarinya mengambil makanan ringan yang berada di sampingnya lalu memasukkannya ke mulut dan mengunyahnya kemudian menelannya menuju kerongkongan, begitu seterusnya.
Mata bulatnya menoleh ke arah jam dinding yang terletak di atas TV lalu kaki pendeknya berjalan menuju kamar mandi karena hari sudah semakin sore jadi ia berniat untuk mandi.
Tidak lama Alika keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sudah refresh, ia menggosokkan handuk di rambutnya yang basah dengan berjalan menuju meja riasnya.
"ALIKA, MAIN YUK!" teriak seseorang dari luar kamarnya
Mendengar suaranya Alika sangat tahu siapa orang itu, ia mendengus kesal lalu berjalan dengan malas mendekati pintu dan membukanya kasar.
Saat pintu terbuka menampilkan Chika yang sudah menyengir. Sedangkan Alika kembali masuk ke kamarnya diikuti oleh Chika.
"Ada apa lo kesini?"
"Main lah, gak boleh?" tanya balik Chika sinis
"Harusnya gue yang sinis!" Chika terkekeh mendengar ucapan Alika
"Gue mau curhat." Celetuk Chika membuat gadis yang sedang menyisir rambutnya menoleh dengan alisnya yang mengerut
"Tumben banget, curhat apaan emang?"
Chika menarik napasnya dalam, mungkin saatnya ia berkata jujur saja pada Alika, "Menurut lo, Rangga ganteng gak?"
Alika menghampiri Chika yang sudah duduk di ranjangnya lalu ia duduk di samping Chika dengan menghadap gadis itu.
"Ganteng, kan cowok."
Chika memutar bola matanya malas, "Tau gue juga kalo kayak gitu!"
"Iya, kan? terus kenapa lo nanya?"
"Gue suka sama dia!" ujar Chika dengan cepat
Alika membulatkan matanya kaget dengan mulutnya yang terbuka, "Serius?!"
"Lo gak salah, kan?"
"Ada yang aneh kalo gue suka sama dia?"
Alika menggeleng, "Enggak, sih,"
Jarang sekali Chika menyukai cowok dingin seperti Rangga, biasanya Chika selalu menceritakan tipe cowoknya pada Alika dan juga Angel. Tapi, selama ini Chika menyebutkan tipe ideal cowoknya tidak pernah dia menyebutnya jika menyukai cowok yang memiliki sifat dingin.
Mungkin sudah berubah, batin Alika
Karena tipe bukan sebagai patokan kan, jika memang ada yang membuat hati kita nyaman, kenapa tidak?
Chika tinggal berbicara pada Angel mengenai dirinya yang menyukai Rangga, tapi cepat atau lambat pun pasti Alika akan memberitahu Angel. Jika ada berita seperti ini Alika hanya memberitahu pada Angel tidak disebar kepada yang lain. Cukup mereka bertiga yang tahu, itulah yang diucapkan Alika.
"Dari kapan lo suka sama dia?"
"Sebenernya dari awal dia masuk kelas," ungkap Chika
Alika menganggukan kepalanya, "Dia kan dingin, Chik, tumben lo suka sama cowok kayak gitu."
"Gue gak tau, lagian kayaknya perasaan gue cuma sebatas suka aja, belum masuk ke fase cinta." Jelas Chika membuat Alika mengangguk paham
Sebenarnya Alika sedikit lega ketika Chika menyebutkan bahwa dirinya masih berada di fase suka atau sekedar mengagumi. Bukan karena Alika menyukai Rangga, bukan. Ia takut jika nantinya Chika cemburu melihat kedekatannya dengan Rangga, apalagi mereka akan banyak menghabiskan waktu berdua untuk persiapan olimpiade. Alika tidak mau jika hubungan pertemanannya dengan Chika hancur, Alika juga belum memberitahu perihal dirinya yang akan olimpiade bersama Rangga.
"Chik, gue juga mau curhat, nih!" Chika mengangkat kedua alisnya
"Kenapa?"
"Alfie udah pulang ke Jakarta dan dia bakalan adain meet and greet!"
"Lo ikut, dong?" tanya Chika
"Kayaknya ikut, lagian si Davi udah janji bakalan ajak gue kalo ada acara Alfie."
Chika menatap Alika dalam, "Gue jadi penasaran, seganteng apa sih dia kalo aslinya?"
"GANTENG BANGET!" pekik Alika dengan menggoncangkan bahu Chika kencang
***
"Semuanya udah beres kan, Kak?"
"Tenang aja, pokoknya lo terima beres!"
Sore ini mereka berdua sedang berada di ruang tengah rumah Alfie membicarakan kegiatan yang akan dilakukan selama Alfie libur syuting.
"20 orang tercepat aja Kak, gue gak mau terlalu rame."
Kak Rio menganggukan kepalanya seraya mengecek jadwal Alfie di ponselnya, takutnya acara ini bertabrakan dengan jadwal Alfie lainnya.
"Lo yakin fans yang waktu itu bakalan dateng?" tanya Kak Rio dengan menatap Alfie ragu
Cowok itu mengangguk cepat, "Seratus persen yakin!"
Walaupun sebenarnya ia sedikit kurang yakin, ia mengadakan acara ini bukan untuk bertemu dengan Alika. Karena dari sebelum ia bertemu dengan Alika pun Alfie sudah merencanakannya.
"Dinda kemana?"
"Gak tau."
"Tumben banget nanyain dia, biasanya kan lo gak peduli sama si Dinda." Ujar kak Rio dengan nada meledeknya
"Gue nanya, bukan peduli!"
"Ya, ya, ya, paham." Jawab kak Rio sekenanya
Alfie dan Dinda dulunya memang sepasang kekasih, bermula dari mereka yang awalnya berteman, lebih tepatnya teman sekelas. Mungkin karena nyaman jadilah mereka berpacaran hingga setelah satu tahun lebih mereka putus. Tapi, mereka masih berteman baik apalagi sekarang Dinda menjadi asistennya sendiri.
Elina menghampiri keduanya lalu duduk di samping Alfie, "Jadi kan acara meet and greetnya?"
Alfie menoleh lalu tersenyum, "Jadi dong, Bunda. Bunda mau ikut?"
"Emang boleh?"
"Boleh dong, itu kan cafe punya Bunda, gimana sih?" Elina terkekeh mendengar ucapan putranya
"Yaudah, bunda ikut. Pengen ketemu juga sama Alika, semoga dia ikut acaranya ya."
***