Di depan sana masih ada Alfie yang terus berbicara dengan para penggemarnya yang bertanya pada cowok itu, sedangkan Alika masih merasa kesal pada Alfie. Bagaimana bisa Alfie melupakan dirinya secepat itu? bukannya Alika adalah fans pertamanya yang memberikan makanan kesukaan cowok itu? bukankah itu bisa di bilang bahwa Alika merupakan penggemarnya yang spesial?
Davi melihat Alika yang masih menampakkan wajah kesalnya sedari tadi, perlahan tangannya mengayun untuk mengusap punggung tangan Alika.
"Udah jangan kesel terus!"
Alika menatap Davi sekilas, "Nyesel gue waktu itu ke Bandung!"
Alfie yang sedari tadi terus menjawab pertanyaan penggemarnya yang silih berganti lantas ia menatap sekilas ke arah Alika, tanpa semua orang tahu Alfie terkekeh kecil.
"Sekarang kalian makan dulu, ya!" suruh Alfie yang diangguki cepat oleh semua penggemarnya
Alika yang melihat Alfie beranjak dari duduknya, lantas ia pun melakukan hal yang sama.
"Gue ke sana dulu," pamit Alika pada Davi yang sedang memakan makanan pesanannya
Alika menghadang Alfie yang akan keluar dari ruangan ini, ia sedikit memegang lengan Alfie. Alfie menoleh saat seseorang memegang lengannya, ia menatap lengannya lalu menatap gadis di hadapannya.
Seakan tersadar dengan apa yang dilakukannya, ia cepat-cepat melepaskan tangannya yang memegang lengan Alfie.
"Sorry," cicit Alika
Alfie tersenyum simpul, "It's okay,"
Gadis di hadapannya ini mengulum bibirnya, sangat kentara bahwa gadis itu ingin mengatakan sesuatu namun gugup.
"Ada apa?"
Perlahan kepala Alika mengangkat menatap wajah Alfie yang lebih tinggi darinya, jantungnya berdetak berkali-kali lipat kali ini. Melihat wajah Alfie sedekat ini yang membuat jantungnya berdetak cepat.
Alfie menaikkan alisnya, "Ada yang mau di omongin? gue mau ke toilet dulu,"
Alika menetralkan jantungnya lalu berdeham pelan, "Lo sama sekali gak inget gue?" tanyanya ragu
"Gue inget,"
"Serius?!"
Alfie menganggukkan kepalanya, "Lo Alika yang tadi gue ajak ke depan, kan? waktu gue nyanyi."
Gadis itu mendatarkan wajahnya, tadi ia sudah sangat bahagia ketika Alfie mengingatnya. Ternyata hanya mengingat kejadian tadi.
"Yaudah." Ucap Alika singkat dengan berjalan menjauhi Alfie
Alfie menggelengkan kepalanya menatap Alika yang meninggalkannya diiringi senyuman jailnya.
Ia kembali berjalan keluar dari ruangan privat, Alfie masuk ke ruangan khusus Bundanya. Mungkin ia akan memberitahu dulu Bundanya perihal adanya Alika di acara meet and greetnya.
"Bunda!" panggil Alfie saat melihat Elina duduk di sofa memainkan ponselnya
Elina mendongak kala mendengar suara putranya, "Loh, kok kesini? acaranya udah selesai?" tanyanya beruntun dengan menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya
"Belum, Alfie cuman mau kasih tahu info penting."
"Info apa?"
Alfie tersenyum senang, "Ada Alika."
Lantas Elina ikut tersenyum saat mendengar apa yang diucapkan Alfie, terakhir bertemu dengan gadis itu saat berada di salah satu restoran yang ada di mall.
"Kapan acaranya selesai? Bunda mau ketemu sama dia," seru Elina
"Sekarang semuanya lagi pada makan, Bun. Nanti acara selesai, Alfie ajak Alika kesini." tutur Alfie pada Elina
Lihatlah Bundanya saja sangat bersemangat saat mengetahui keberadaan gadis itu, apalagi dirinya. Alfie keluar dari ruangan Elina menuju toilet disertai senyumannya yang tak pernah luntur sedari tadi.
"Woy!" teriak seseorang
Alfie menoleh ke sumber suara, siapa yang berani-beraninya meneriaki dirinya seperti itu. Cowok itu berdecak malas ketika melihat orang tadi yang meneriakinya berlari menghampiri dirinya.
Orang itu menepuk pundak Alfie keras membuat sang empu melototkan matanya.
"Udah lama gak ketemu, Bro!"
Alfie memutar bola matanya malas, "Bukannya kemarin ketemu?"
Cowok itu menyengir menampilkan deretan giginya yang tidak rapi, ia mempunyai gingsul. Muka saja yang ganteng tapi mempunyai gigi yang berbeda-beda ukuran.
"Biar di bilang wow aja gitu,"
"Gak jelas."
Setelah mengucapkan kata tersebut ia pergi meninggalkan orang itu, bisa di bilang dia adalah teman dekatnya.
Ryan namanya, cowok tengil yang sayangnya menjabat sebagai teman baiknya. Walaupun tengil, Ryan memiliki sifat seriusnya dan juga cowok yang memiliki hati lembut dan berperasaan jangan lupakan juga cowok satu ini pencinta drama korea. Contohnya, ketika Ryan menumpang untuk nonton film di rumah Alfie yang tersedia ruangan khusus untuk menonton, cowok itu memilih salah satu drama korea. Saat film mulai memasuki konflik yang membuat si pemeran utama menderita, Ryan menangis sejadi-jadinya.
Jika kalian memiliki hobi yang sama seperti Ryan menonton drama korea, kalian sangat cocok dengan cowok satu ini.
Di ruangan berbeda, Alika tengah memakan makanannya bersama Davi. Siapa lagi jika bukan cowok itu, karena disini Alika tidak mengenali mereka semua--penggemarnya Alfie.
"Eh, tadi si Alfie inget lo, gak?" tanya Davi sesaat setelah menelan makanannya
Alika menghembuskan napasnya, "Dia sama sekali gak inget gue, Dav. Yaudah lah, dia kan orang sibuk jadi gak bakalan inget sama gue,"
"Lagi pula fansnya dia pasti bukan gue doang yang dateng waktu itu." Lanjutnya dengan perasaan yang masih kesal
Davi menganggukan kepalanya paham, "Bener juga, sih. Lo sabar aja ya, siapa tahu lama-lama liat muka lo dia jadi inget." Alika mengangguk mendengar penuturan Davi.
Sebenarnya sekarang Alika sudah pasrah jika Alfie benar-benar tidak mengingatnya, menyebalkan memang. Alika merasa pada saat itu dirinya dianggap penggemarnya yang spesial oleh Alfie. Tapi, nyatanya tidak sama sekali. Ia bahagia karena ekspetasinya sendiri.
Hari sudah menjelang malam, acara meet and greet pun sudah selesai sejak 5 menit yang lalu. Para penggemar Alfie saat ini sedang mengerumuni sang idola, karena ini saatnya sesi foto.
Sedangkan Alika hanya melihat mereka dari belakang dan Davi sudah berada di luar, katanya ia malas mendengar jeritan para gadis yang begitu memuja Alfie.
5 menit yang lalu juga Alika sudah berdiri, sesekali ia berdecak kesal. Bukan karena ia tidak kebagian untuk berfoto dengan cowok itu, tapi Alika masih kesal karena Alfie sama sekali tidak mengingatnya.
Bagaimana pun caranya Alfie harus mengingat dirinya, enak saja semudah itu melupakannya. Lebay memang tapi jika kalian berada di posisi Alika, apakah kalian akan merasa kesal juga?
Akhirnya setelah 15 menit berdiri, para gerombolan gadis itu meninggalkan Alfie. Dirinya bisa bernapas lega, karena ini saatnya ia mengingatkan Alfie mengenai dirinya.
"Hey, belum pulang?" tanya Alfie saat membalikkan badannya menuju pintu
Alika tersadar dari lamunannya, "B..belum," jawab Alika dengan gugup
Alfie mendekat ke arah Alika yang berada di ambang pintu, Alfie menatap Alika dengan tatapan yang sulit diartikan. Gadis itu gugup saat ditatap seperti itu oleh Alfie yang notabenya sebagai idola tercintanya.
"Bunda mau ketemu sama lo." Bisiknya lalu membawa Alika ke ruangan Elina
Alika mengerjapkan matanya, ia menatap tangan Alfie yang menuntunnya. Bibirnya terangkat menampilkan lengkungan ke atas, apa Alfie tadi pura-pura tidak mengingatnya?
Mereka berdua telah sampai di ruangan Elina, Alika yang merasa bingung pun hanya diam di tempat. Mengapa Alfie tiba-tiba mengajaknya bertemu dengan Bunda Elina.
Elina yang melihat putranya bersama seorang gadis lantas menghampiri keduanya lalu memeluk Alika dengan begitu erat. Alika menyernitkan dahinya, ia benar-benar bingung dengan situasi ini.
***