"Kau ingat sesuatu?" Tanya Agatha
"Aku ingat, sesuatu yang terpenting" Rachel
Namun sesuatu yang terlalu buru-buru atau dipaksa tidak akan menghasilkan hal baik. Rachel malah kembali depresi sehingga bayangan hitam putih itu kembali, disana dia menangis karena setelah itu tidak ada satupun yang bisa dia ingat lagi
"Hiks.... A-aku tidak ingat la-gi hiks..." Rachel
"Berhenti memikirkan itu"
Agatha memeluknya, mencoba untuk menghentikan Rachel yang terus berpikir keras. Entah mengapa dia sangat tidak suka jika Rachel kesakitan
"Terakhir yang aku ingat hanya saat aku sedang berbicara dengan seorang gadis dibandara, setelah itu aku... aku..."
"RACHEL HENTIKAN" bentak Agatha
"Lo ngebentak gue" Rachel menatap agatha
"Untuk apa kamu mengingat kejadian buruk itu hmm" agatha
"GUE CUMA PENGEN INGAT SEMUANYA AGA" Rachel membalas bentakan Agatha
Agatha menyentuh rambutnya yang rapi, lalu diubahnya menjadi acak-acakan. Lagi-lagi suasana kecanggungan mengisi tempat mereka yang tadinya baik-baik saja. Aaric yang mengerti dengan situasi pun mulai diam dan membiarkan pasangan itu menyelesaikan masalahnya. Aaric mengambil handphonenya, melihat-lihat berita dan mengacak-acak handphone nya agar tidak terlalu canggung. Lalu Aaric menemukan sesuatu yang mungkin bisa terjadi meski itu hanya perkiraannya saja
Aaric baru saja berdiri menuju ketempat duduk Rachel yang masih menangis tersedu-sedu, dia menyerahkan sapu tangannya dan kemudian duduk disampingnya
"Apa mungkin kamu salah satu korban dari tragedi jatuhnya pesawat xxxx di negara ini?" Tanya Aaric
"Kebetulan keberadaanmu dirumah sakit waktu itu bertepatan dengan kejadian itu, lalu kau bilang saat terakhir kau hanya ingat jika kamu sedang berada dibandara kan?"
"Ohh iya, kamu bilang juga tidak asing dengan negara X bukan? Kebetulan pesawat itu berasal dari negara X Dan sedang menuju ke negara A, lalu saat menuju negara A pesawat itu rusak dan terjatuh di negara B" jelas Aaric
Agatha sangat kaget, seakan ada sebuah balon yang meletus disekitarnya, Benar-benar kejutan. Aaric menebak tepat pada sasarannya, dia bahkan menerawang sejauh itu sampai menemukan hasil yang sempurna. Aaric sangat berharap jika penjelasannya akan membantu pemulihan ingatan Rachel, namun harapannya sangat berbanding terbalik dengan kenyataannya. Rachel menjadi semakin bingung dan terdiam sambil mengerutkan keningnya
Aaric dan Agatha sama-sama menghelakan nafasnya, mereka kembali bersandar di sofa sambil menghirup secangkir kopi yang telah dihidangkan oleh Aaric
"Kau pasti tau sesuatu tentang apa yang dilakukan Rachel sebelum dia pergi ke bandara bukan? Bisa kau jelaskan?" Tanya Aaric
"Untuk apa mengingat kejadian buruk seperti itu" ujar Agatha
"AGATHA" Rachel
Agatha terus bersikeras untuk tidak menceritakan apapun, bahkan sebelumnya dia tidak pernah sekasar itu kepada Rachel
"Sudah, ayo pulang" ajak Agatha
"Gak, lo aja yang pulang" Rachel
"Rachel" Agatha
Rachel hanya diam dan masih tidak bergerak dari tempatnya, hal itu membuat Agatha menjadi marah dan lepas kendali
"Ayo pulang" Agatha menarik lengan Rachel dengan kasar sehingga Rachel dengan terpaksa harus mengikutinya
Rachel masih memberontak dan tidak ingin pulang, dia terus menangis sampai Aaric datang untuk melepaskan tangan Agatha dari pergelangan tangan Rachel. Keadaan semakin kacau dan terjadi keributan diruang kerja Aaric. Tanpa sadar mereka telah membuat tempat yang seharusnya damai menjadi tempat kekacauan
"Tangannya sakit, tolong lepaskan" Aaric
Agatha segera melepaskan tangan Rachel
"Hanya sekedar memberitahunya apa yang terjadi, bukankah itu tidak sulit?" Lanjut Aaric
Agatha terdiam sebentar, sekilas dia melirik tangan Rachel yang memerah karena kekasarannya. Dia sadar jika dirinya salah, tapi dia sungguh tidak ingin membahas kejadian itu lagi
"Ya, kamu kecelakaan pesawat disaat pulang" Agatha
"Tapi tujuan pesawat itu ke negara A bukan ke negara kita" Aaric
"Kamu berencana pergi ke negara A untuk menambah liburanmu, lalu kamu berjanji akan kembali dan segera bertunangan denganku" Agatha
Agatha menggaruk rambutnya yang tidak gatal, melepaskan jasnya, dan melonggarkan dasi dari pakaiannya. Pikirannya bercampur aduk, antara marah dan menyesal karena telah melukai gadisnya
"Gue u-dah tu-tunangan agatha hikss... lo bohong hiks...." Rachel
"Kamu selalu mengatakan itu karena kamu tidak ingat apapun tentang aku"
"Sudah kubilang jika kamu bisa melupakan semua kenangan kita yang dulu, tapi jangan tinggalkan aku" Agatha
"Hiks...."
"Pulanglah, istirahat yang cukup" Aaric
Aaric mulai berubah pikiran, jika tadi dia mengganggap Agatha terlalu kasar dan berlebihan, maka sekarang dia sadar betapa takutnya dia jika kehilangan gadis nya. Semua orang bisa lepas kendali, semua mereka bisa emosi. Dia bahkan sadar jika dirinya hanya seorang doktor, bukan orang terdekat ataupun keluarga yang berhak mengatur kehidupan Rachel sesuka hatinya
Agatha membawa Rachel pulang bersamanya, dia cukup khawatir jika setelah ini Rachel akan sangat membencinya
"Aku mau pergi, hubungi Raquelle atau Melissa jika butuh sesuatu" ujar Agatha disaat mereka sudah sampai di rumah
Agatha langsung membalikkan tubuhnya untuk segera pergi. Bagaimana ini? Dia terlalu malu untuk menghadapi Rachel sekarang. Dia bahkan membuat gadisnya kesakitan, padahal setiap hari dia selalu mengatakan jika dia sangat mencintai gadisnya
"Aku ikut" Rachel
"Agatha berhenti, aku ikut" panggilnya lagi ketika tadi Agatha tidak meresponnya
"Dirumah saja dan tenangkan pikiranmu" Agatha
"Lo mau ke club?" Tanya Rachel
"Apa?" Agatha sangat terkejut dengan tuduhan Rachel. Tidak, kali ini dia benar-benar terkejut dengan perkataan Rachel
"Bukan karena Lo marah, Lo bisa seenaknya ngelampiasin semuanya sama cewek lain" Rachel
"Lo gila ya?"
"Ga punya hati lo aga"
"Gue disini tapi lo malah pergi"
"Bukan karena gue marah dan lo bisa main sama cewek lain"
"Semarah-marah nya gue selama ini sama lo, gue gak pernah pengen lo pergi. Kalau pun gue suruh pergi itu gak bener, gue gak mau kita pisah. Jadi harusnya lo ngerti, jangan main pergi sendiri dan lari dari masalah hiks..."
Rachel mengomeli Agatha dengan perkataan nya yang cepat. Dia bahkan kembali menangis disaat Agatha baru saja ingin pergi tanpa memperdulikannya
"Maaf" Agatha langsung memeluknya dengan erat, kemudian mulutnya selalu mengeluarkan kata "maaf" entah yang keberapa kali
Tak lama kemudian Agatha melepaskan pelukannya dengan lembut, sekarang pun keadaan mereka kembali normal
"Tapi tadi aku beneran mau pergi kekantor, katanya ada rapat penting dengan perusahaan luar negeri" jelas Agatha
"Ikut" ucap Rachel dengan manja
"Aku tidak ke club" Agatha
"Kalau aku bilang ikut, tetap ikut" Rachel
Tanpa persetujuan dari Agatha pun Rachel langsung menuju ke mobil untuk mengikuti Agatha. Saat gadis ini bertingkah dengan manja, maka Agatha harus pasrah bukan? Setidaknya dia harus membuat Rachel tersenyum kembali setelah baru saja dia runtuhan sendiri
Sesampainya di kantor, Agatha menitip Rachel kepada Aksa karena dia harus menuju keruang rapat. Tentu saja Aksa masih kurang menyukai Rachel karena dia adalah salah satu orang yang tidak menerima Rachel masuk ke keluarga Agatha pada dasarnya, tetapi dia juga tidak bisa mengabaikan perintah bosnya untuk menjaga kekasihnya. Jika dipikir-pikir lagi, bukankah Agatha berada di fase bucin level tertinggi?
Meskipun tak suka, Aksa menjaga Rachel dengan baik walaupun terkadang Rachel sering bertingkah
"Aksa lo mau ice cream gak?" Rachel
Aksa hanya mengangguk. Rachel pun hampir memberikan ice cream nya kepada Aksa, tapi~~
"Gak usah deh, wajah lo gak cocok buat makan ice cream" Rachel tertawa pelan
Aksa hanya mendengus kesal karena selancang apapun perkataan Rachel, dia tetap tidak akan bisa membunuhnya
"Muka lo cocoknya makan permen karet biar kenyel gak kaku banget gitu" Rachel
"Ooh itu Agatha"
Dengan semangatnya Rachel meneriaki nama Agatha dari kejauhan, dia bahkan tidak perduli dengan orang disekitar yang melihatnya
"AGATHAAAA~~"
"AYO PULANG" teriak Rachel
Agatha pun menyambutnya dengan penuh kasih sayang, dia langsung memeluk Rachel disaat gadis itu menghampirinya
"Ooh Ada tamu?" Tanya Rachel
"Hallo, Nama saya Mirachelia Larissa" Rachel memperkenalkan dirinya kepada tamu yang berada disebelah Agatha
"Hallo" Ujar mereka
"Dia kekasihku" Agatha mencoba menjawab pertanyaan yang tampil dari wajah tamunya yang terheran-heran
"Ooh iya, dia cantik sekali" puji salah seorang dari mereka
"Aku akan pergi, selamat bekerja sama dengan perusahaan kami" ujar Agatha
Rachel yang terburu-buru langsung menarik Agatha untuk segera pergi dari sana. Ahh, malam ini adalah malam peringatan ulang tahun Raquelle, sepertinya mereka harus mencari hadiah yang bagus untuk adik perempuan Agatha yang sekaligus teman Rachel itu
"Allen, kau yakin adikmu sudah mati?" Seseorang diantara tamu agatha baru saja menelpon Allen yang tak lain adalah kakak kandung Cassie
"Apa maksudmu dia masih hidup?" ujar Allen dari sebelah sana dengan nada ejekan
"Kupikir kehidupanmu yang akan segera berakhir Allen, Cassie masih hidup" ujarnya
"Jangan terlalu berharap, aku tau kau berada dipihakku, jadi kau juga akan hancur jika aku hancur" Allen
"Justru karena itu aku mengabarimu, kau ingin tau apa yang terjadi?"
"-" Allen terdiam
"Dia baru saja menjadi kekasih tuan muda dinegara B, karena itu dia tidak pulang ke negara A" ujarnya
"Sudah kuduga, jalang itu hahaa..." Allen tertawa keras
"Kau salah lagi Allen, sepertinya dia kehilangan ingatannya, dia hidup dibawah nama Mirachelia Larissa. Dia bahkan tidak mengenaliku"
"APA?"