Download App
11.11% Ada Cinta di SMA / Chapter 1: Langit dan bumi
Ada Cinta di SMA Ada Cinta di SMA original

Ada Cinta di SMA

Author: yun_ariansyah

© WebNovel

Chapter 1: Langit dan bumi

Akhir Mei, tahun 1996, di sebuah jalan menuju salah satu sekolah ternama diantara banyak sekolah di profinsi Cendana Merah. Seorang pemuda berseragam tengah berlari menyusuri jalan dengan terburu-buru. Tampak di wajah tampannya sebuah siluet kecemasan terkurai bersama dentingan tetes keringat yang jatuh membasah bumi. Pemuda belia itu bernama Andra Arila, seorang anak dusun yang merantau ke Kota Madara.

Pagi ini adalah hari pertama ia menuntut ilmu di SMA Panca Sila. Sebuah Institusi pendidikan yang punya nama besar diantara sederet sekolah-sekolah mewah di profinsi Cendana Merah. Menyadari anak kampung seperti dirinya datang terlambat di hari pertama sekolah adalah suatu yang sulit dibayangkan. Lalu bagai mana mungkin ia tidak khawatir?

Ada ribuan pemuda seumuran Andra mendaftar di sekolah ini. Namun hanya segelintir yang dapat diterima menjadi siswa. Rata-rata siswa yang dapat masuk di sekolah faforit ini adalah orang-orang yang memiliki tingkat kecerdasan yang bagus. Sementara Andra tidak merasa dirinya secerdas kebanyakan orang, namun nyatanya dia menjadi salah satu dari yang lulus ujian masuk diantara ribuan pendaftar tahun ini. Sungguh tak dapat dibayangkan, betapa beruntung dirinya.

"Huh..hah..huh"

Hela nafas yang terburu-buru keluar dari mulut pria tampan dengan kulit kuning langsat yang berlari seolah dikejar setan di pagi buta.

"taplak..taplak..taplak"

suara yang keluar dari hentakan kakinya seperti irama beraturan yang kian waktu makin cepat.

Badannya penuh keringat, tampak baju putih yang ia kenakan sedikit basah karena peluh, alhasil dari gerakan berlebihan yang ia lakukan pagi ini.

Dengan ngos-ngosan ia sampai di depan gerbang sekolah yang telah terkunci.

"hufft.. sial"

Andra mendengus pelan, raut kekecewaan tampak jelas terlihat dari wajah tampannya.

<Andra..Andra.. kapan sih kamu akan tepat waktu?> gumamnya kesal.

Kebiasaan terlambat yang dilakukan Andra sejak SMP masih saja menghantuinya hingga kini, padahal hari ini adalah hari pertama ia masuk ke jenjang SMA di kota Madara. Sebagai salah satu kota yang terkenal dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat, Kota Madara selalu menjadi tujuan pelajar-pelajar dusun untuk menuntut ilmu. Selain berjibaku dengan buku-buku, kota Madara adalah kota dengan perkembangan ekonomi yang cukup berkembang merupakan kota poros perdagangan antar kota dan provinsi di Indonesia.

Terlepas dari fakta kota Madara adalah kota pendidikan, bagi Andra kehadirannya disini hanya sekedar mencari suasana baru, baginya ilmu pengetahuan bisa ia peroleh dimana saja, walaupun itu di dusun tempat kelahirannya.

"Hei, ngapain kamu bengong disitu?"

Suara seorang pria mengagetkan Andra yang dari tadi melamun karena memikirkan cara untuk masuk ke sekolah.

"Hehehe.. pak satpam" Andra tertawa cengengesan sambil tangan kanannya menggaruk bagian kepala belakang.

"dcek..dcek..dcek" pria berseragam satpam itu menggelengkan kepala.

"Kamu pasti siswa baru !! Ini jam berapa?"

"Maaf pak, saya telat soalnya..." belum selesai Andra bicara pria itu langsung memotong, seolah tau gelagat Andra.

"Tidak ada alasan, cepat masuk dan menghadap kesiswaan!" sambil membuka gerbang dan menyuruh Andra masuk.

"iya pak , hehehe"tertawa cengengesan antara ragu bercampur khawatir.

Pak satpam menuntun Andra menuju ruangan Kesiswaan, maklum Andra adalah siswa baru yang belum tahu betul ruangan-ruangan orang penting di sekolah. Sepanjang perjalanan menuju ruangan kesiswaan Andra terkagum-kagum dengan tempat yang akan ia datangi 6 kali seminggu selama 3 tahun ke depan ini.

Pelataran sekolah ini tampak besar dan tertata rapi, ada lapangan bola di tengah-tengah, lapangan basket di sampingnya, dan beberapa lapangan olah raga lain yang tak kalah keren.

"wahh.. keren" Andra terkagum-kagum, mata beningnya berbinar seolah melihat surga.

Dalam pikiran Andra ini adalah pertama kalinya ia menemukan sekolah dengan fasilitas yang memadai, jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah SMA di kampungnya sangat jauh berbeda seperti langit dan bumi.

Boro-boro punya fasilitas memadai, terkadang ada beberapa sekolah yang tidak memiliki pagar untuk sekedar menghalau ternak penduduk agar tidak masuk ke lingkungan sekolah.

Bahkan hampir semua sekolah di kampung Andra sangat memprihatinkan. Banyak diantaranya tidak layak untuk dijadikan tempat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Melihat kondisi demikian, maka sangat pantas diibaratkan bagai langit dan bumi.

<Terkadang, semakin jauh dirimu dari pusat kota, maka semakin besar kemungkinan untuk tidak diperhatikan> gumam Andra dalam diam. Membayangkan nasib sekolah-sekolah di kampungnya.

"Teplak..teplak..teplak" langkah kaki Pak soleh berhenti di depan salah satu ruangan yang berjejer.

"saya ngantar sampai sini saja, masuklah!" seru pria berseragam Satpam itu.

"iya pak satpam, baik" dengan nada sedikit gugup.

"panggil saya pak soleh, gak liat nih ada namanya" sambil menunjuk baris nama di saku kanan seragamnya.

"hehehe, Siap pak soleh, lain kali saya akan panggil pak sat.. eh.. pak Soleh"

"oke, saya tinggal yah"

Andra mengangguk pelan sambil menatap kepergian pria setengah baya itu.

<Yah.Tuhan selamatkan hamba> gumam hati Andra sedikit gugup saat tangannya mulai mengetuk pintu ruang kesiswaan.

"tok..tok..tok.." <suara pintu diketuk>

Seorang pria paruh baya berpakaian rapi yang sedang berhadap-hadapan dengan komputer di meja kerjanya, sedikit terkaget mendengar ketukan dari luar.

" Siapa itu? Buka saja pintunya!" sambil tatapan dan jemarinya masih berpautan dengan laptop.

"treeeekkkk" pintu dibuka, disana muncul seorang siswa berpakaian hitam putih.

"Pagi pak!" Andra sedikit gugup melangkah menuju pria paruh baya yang tengah serius itu. kakinya seolah berat untuk melangkah.

"iya pagi..kamu tidak ikut MOS?, 10 menit lalu sudah dimulai" pria paru baya berpakaian ASN (Aparatur Sipil Negara) itu langsung melancarkan pertanyaan pada Andra.

<dug> jantung Andra seolah ingin copot dari tempatnya.

" Saya.. telat pak" sambil menggaruk-garuk punggungnya.

" Apa? ...kamu telat?" kepala Kesiswaan langsung berhenti dari kesibukannya dan menatap Andra dengan tatapan sedikit kesal.

"Kamu tahukan ini hari pertama kali sekolah?"

"i..ii..ya pak saya tahu" Pria berwajah tampan seperti seorang pangeran itu hanya mampu tertunduk malu.

"hmmm..kamu ini. baiklah siapa nama kamu"

"Andra Arila pak"

" Baiklah.. kali ini kamu saya maafkan yah Andra tapi tidak di lain waktu, ingat itu" Kepala kesiswaan mewanti-wanti.

" Baik pak.. terimakasih pak" seolah mendapat angin segar setelah merasakan sumpek dalam waktu sedikit lama, Andra tersenyum tipis menandakan kegembiraannya.

"tunggu apa lagi? sanah, pergi ke ruangan MOS!" denga nada sedikit kesal.

"baik pak" Andra terburu-buru membalik badannya.

" Oh ya Andra... kalau ada yang tanya kamu dari mana, bilang saja kamu dari ruangan Pak Haidir yah!"

Andra berhenti dan berbalik sejenak memandang kearah suara yang baru saja menghentikannya.

"Baik pak, saya permisi ke ruangan MOS" Andra sedikit menundukkan kepalanya sebagai penghormatan.

Aula tempat dilaksanakannya MOS (Masa Orientasi Siswa) cukup dekat dari ruangan Kesiswaan, Suara riuh mulai terdengar dari telinga Andra yang berjalan menuju tempat itu.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login