"Bahaya ini. Kalo Hans di usir dari keluarga ini. Otomatis aku akan di usir juga dari sini. Terus aku ga akan bisa dapatin harta kekayaan keluarga ini. Dan nantinya aku akan jadi gembel. Engga, ga mau. Aku ga mau jadi gembel," pikir Mamahnya Hans di dalam hatinya.
"Maafin sikapnya Hans ya Mommy sebelumnha. Sebentar ya Mom, Aleysa. Saya mau samperin Hans dulu ke kamarnya. Saya akan pastikan kalo Hans mau merayakan pernikahannya malam ini," ucap Mamahnya Hans meyakini Neneknya.
"Yasudah. Kamu bujuk Hans sampai dia mau. Jangan sampai acara ini gagal. Karena membuat keluarga ini malu saja."
"Iya, Mom. Pasti. Pasti saya akan membujuk Hans sampai dia mau. Saya permisi dulu Mom."
Mamahnya Hans pun langsung pergi menyusul Hans ke kamarnya. Kali ini Mamahnya akan membujuk Hans sampai dia mau merayakan pernikahannya dengan Aleysa malam ini. Karena jika tidak, Mamahnya Hans bisa terancam menjadi orang miskin akibat di usir oleh Neneknya. Dan Mamahnya Hans tidak mau sampai itu semua terjadi.
"Aduh, maafin sikapnya Hans ya. Dia udah keterlaluan banget sama kamu, Aleysa," ucap Neneknya.
"Iya. Ga apa-apa kok Nek. Kalaupun acaranya memang harus di batalkan juga ga apa-apa kok Nek. Mungkin bisa di undur nanti setelah Hans udah siap dan menerima pernikahannya," jawab Aleysa dengan sangat sabarnya.
"Engga. Semuanya ga bisa di batalin gitu aja. Nenek udah undang banyak orang penting di sini. Sudah, nanti juga Hans mau setelah di bujuk sama Mamahnya pasti Hans mau. Udah, kita ke sana aja dulu ya."
"Iya, Nek."
Aleysa hanya bisa menuruti semua perkataan Neneknya Hans. Aleysa masih mau melanjutkan pesta pernikahannya walaupun Hans sendiri tidak mau merayakannya.
*******
Di dalam kamar Hans.
Sesampainya di kamar, Hans langsung membuka jasnya dan melemparkannya begitu saja ke atas kasurnya. Bahkan Hans sengaja melempar hiasan kaca yang ada di kamarnya. Kamarnya sekarang ini benar-benar kacau akibat kemarahan Han.
"Aaaa... Kenapa Nenek selalu aja paksa aku untuk bisa mencintai Aleysa. Bahkan sekarang Nenek paksa aku supaya aku mau merayakan pernikahan aku dengannya. Gimana bisa aku lakuin itu semua? Sedangkan di dalam hati kecil aku, aku ga ada rasa cinta sedikitpun sama Aleysa."
Ketika Hans sedang emosi seperti itu tidak ada yang berani menghampirinya kecuali Mamah dan Neneknya. Kali ini Mamahnya lah yang masuk ke dalam kamar Hans ketika Hans sedang marah.
"Hans," panggil Mamahnya.
"Apa lagi Mah? Mamah juga mau ikut-ikutan seperti Nenek? Mamah mau paksa aku untuk rayakan acara pernikahan aku sama Aleysa? Engga, Mah. Aku ga mau."
"Iya, sayang. Mamah ngerti. Tapi kita sendiri kan tau gimana Nenek. Nenek itu kan ga bisa di bantah. Mamah juga paham dengan perasaan kamu. Tapi lebih baik kamu mau ya ikut acara ini. Demi Mamah sayang. Kamu juga pikirkan baik-baik deh, kalo sampai Aleysa dan Catline marah terus dia ungkit-ungkit masalah kecelakaan itu gimana? Kamu bisa di penjara loh sayang."
"Aku ga peduli, Mah. Terserah kalo mereka mau masukin ke dalam penjara. Aku udah ga peduli lagi. Daripada aku harus terus-terusan di tekan seperti ini sama Nenek."
"Iya mungkin kamu ga masalah. Tapi apa kamu ga mikirin Mamah? Kamu ga kasihan sama Mamah? Nanti kalo kamu masuk penjara, Mamah bisa gila sayang. Bahkan Mamah bisa bunuh diri. Karena Mamah ga tega liat anak kesayangan Mamah masuk penjara seperti itu."
Hans hanya terdiam. Hans mencerna semua perkataan demi perkataan Mamahnya itu. Hingga akhirnya Hans menyetujui semua yang di inginkan oleh Neneknya.
"Oke aku mau. Tapi ini semua demi Mamah ya. Bukan demi siapapun apalagi Aleysa."
"Iya sayang. Yaudah kalo gitu kamu ganti pakaian kamu ya. Kita tunggu kamu di luar."
"Iya, Mah."
Setelah berhasil membujuk Hans, Mamahnya pun langsung keluar dari dalam kamarnya. Apa yang di takutkan oleh Mamahnya tidak akan terjadi. Karena Hans sudah menyetujui semuanya. Walaupun di dalam hatinya Hans merasa sangat berat hati untuk melakukan itu semua.
"Aaaa... Kenapa si aku harus terjebak dalam situasi seperti ini? Pokoknya nanti aku harus cari cara gimana caranya supaya aku bisa terlepas dari ikatan pernikahan aku dan Aleysa."
********
Di depan rumah, Nenek dan yang lainnya sedang menunggu kabar apakah Hans mau melanjutkan acara ini atau tidak. Tidak lama kemudian Mamahnya Hans menghampiri mereka semua.
"Gimana itu? Hans mau ga melanjutkan acara ini?" tanya Neneknya.
"Mau dong Mom. Dia udah mau kok. Dia sekarang lagi siap-siap ganti pakaiannya."
"Syukur lah kalo gitu. Yaudah kalo gitu Aleysa, kamu siap-siap di sana ya. Nanti Hans akan jemput kamu di sana."
"I... Iya, Nek."
Aleysa pun lagi-lagi hanya bisa menuruti semua perkataan Neneknya Hans. Aleysa pergi ke suatu spot yang dimana di sana dekorasinya sangat indah. Seperti taman pengantin. Tidak lama kemudian Hans datang dengan penampilan yang sangat rapih. Dia menggunakan jas dan celana berwarna putih, dasi hitam dan juga sepatu hitam. Di sini Hans sangat terlihat gagah dan berwibawa.
"Hans. Ya ampun cucu Nenek ganteng banget. Yaudah kamu ke sana gih. Kamu jemput istri kamu. Setelah itu kamu jalan di atas panggung itu sambil gandeng tangannya Aleysa ya."
Dari raut wajah Hans, Hans sangat terlihat tertekan. Tetapi Mamahnya langsung memberikan isyarat jika sekarang ini Hans harus menuruti semua perkataan Neneknya dahulu. Hingga akhirnya Hans menuruti semua perkataan Neneknya.
"Iya, Nek."
Acara sebentar lagi akan segera di mulai. Pembawa acara juga sudah naik ke atas panggung untuk memulai acara ini.
"Selamat malam semuanya."
Pembawa acara itu pun membuka acara pada malam ini. Semua tamu undangan juga terlihat sudah tidak sabar lagi untuk mengikuti acara pada malam ini.
"Malam."
"Udah pada tau kan semuanya kenapa kita berkumpul di sini pada malam ini. Sebelumnya selamat kepada Pak Hans dan Ibu Aleysa yang sudah menikah beberapa hari yang lalu. Mereka berdua sengaja menikah tanpa di buatkan pesta sebelumnya karena itu semua keinginan dari pihak orangtua pengantin perempuan yang sekarang ini sudah meninggal dunia. Yaitu Ayah dari Ibu Aleysa."
Hans terkejut dengan perkataan pembawa acara barusan. Hans takut jika masalah kecelakaan antara Hans dan Ayahnya Aleysa itu di bahas juga di sana.
"Sial. Kenapa masalah meninggalnya Ayah Aleysa di bahas di sini? Atau jangan-jangan ini semua jebakan? Ini semua ulahnya Aleysa yang sengaja mau mempermalukan aku di depan umum? Kurang hajar Aleysa," pikir Hans di dalam hatinya.
-TBC-