Download App
78.72% A CEO WIFE NOTE (Bahasa Indonesia) / Chapter 37: Kedatangan Emily

Chapter 37: Kedatangan Emily

"Aw," lirih Aleysa.

"Tahan dong. Masa gitu aja kesakitan. Lagian makanya kamu kalo bersihin pecahan kaca tuh hati-hati makanya. Jangan sambil nangis."

"Iya Hans, maaf."

"Maaf, maaf. Ga ada kata-kata lain ya yang bisa kamu ucapkan selain kata maaf?"

Aleysa hanya terdiam. Dia merasa sangat bahagia saat ini karena bisa di obati lukanya oleh Hans. Hans yang biasanya bersikap sangat dingin dan emosional sekarang ini bisa sangat lembut. Bahkan dia bersikap lembut dengan Aleysa. Wajah Hans dan Aleysa juga sangat dekat kali ini. Bahkan hembusan nafas Hans bisa terasa di wajah Aleysa.

"Ya Tuhan. Aku merasa sangat bahagia melihat sikap Hans yang seperti ini. Hans yang biasanya emosinya selalu meledak-ledak sekarang dia bisa bersikap baik seperti ini sama aku. Langit gelap aku sekarang sudah mulai cerah," ucap Aleysa di dalam hatinya sambil tersenyum.

Hans langsung menyadari sikap Aleysa yang menurutnya aneh dan langsung berhenti mengobati Aleysa.

"Kamu kenapa senyum-senyum kaya gitu? Pasti kesenangan ya karena aku obati lukanya? Udah selesai tuh. Lebih baik kamu jangan mikir yang aneh-aneh deh."

"Iya Hans. Makasih banyak ya."

Hans hanya terdiam. Dia langsung masuk ke dalam kamar mandi. Karena setelah seharian di luar, Hans belum sempat membersihkan tubuhnya. Sedangkan Aleysa masih senyum-senyum sendiri mendapati sikap Hans barusan. Aleysa menunggu Hans selesai mandi sambil berbaring di atas kasur yang tidak pernah dia tiduri selama ini. Hingga akhirnya tanpa di sadari Aleysa tertidur pulas di sana.

Tidak lama kemudian Hans keluar dari dalam kamar mandi dan melihat Aleysa sudah tertidur pulas di atas kasur.

"Astaga. Dia kenapa tidur di kasur si. Kalo gitu kan aku ga bisa tidur di kasur. Kalo aku tidur di atas kursi, yang ada badan aku sakit-sakit. Tapi mau gimana lagi, daripada harus satu kasur sama dia."

Akhirnya Hans memilih untuk tidur di atas kursi yang ada di dalam kamarnya. Keadaan sekarang ini terbalik. Aleysa lah yang tertidur di atas kasur dan Hans yang tidur di atas kursi. Malam ini Aleysa bisa tidur dengan nyaman.

*******

Hari telah berganti. Matahari sudah mulai masuk ke dalam kamar Hans dan Aleysa. Di sana Aleysa lah yang bangun lebih awal daripada Hans. Aleysa merasa tidurnya pada malam ini terasa sangat nyaman.

"Ya ampun. Pantesan rasanya aku tidurnya pulas banget. Ternysta aku tidur di kasur dan Hans yang tidur di atas kursi. Kasihan dia. Pasti badannya pada sakit-sakit," pikir Aleysa. Ketika Aleysa melihat ke arah Hans, ternyata Hans juga sudah terbangun dari tidurnya. Dia terlihat sangat kesakitan akibat tidur di atas kursi.

"Hans. Ya ampun pasti badan kamu pegal-pegal semua ya? Kasihan. Kenapa kamu ga bangunin aku aja semalam supaya kamu bisa tidur di kasur?"

"Gimana aku mau bangunin kamu. Kamu aja tidurnya pulas banget."

"I... Iya maaf ya Hans. Yaudah kalo gitu biar aku pijitin ya. Supaya kamu ga pegal-pegal lagi."

"Ga usah, ga perlu. Jangan pernah kamu sentuh aku. Aku mau mandi aja."

Hans langsung bangkit dari kursi dan pergi ke dalam kamar mandi. Karena sebentar lagi Hans juga harus berangkat ke kantor untuk mengurus perusahaan keluarganya. Aleysa merasa sedih lagi dengan sikap Hans kali ini.

"Baru semalam langitku cerah. Sekarang udah gelap lagi. Tapi aku yakin suatu saat nanti akan datang pelangi," ucap Aleysa di dalam hatinya.

Setelah itu Aleysa langsung pergi ke dapur untuk membuatkan sarapan untuk semua orang yang ada di rumah itu. Karena hanya Aleysa lah yang mau masuk ke dalam dapur dan masak. Yang lainnya tidak mau masuk ke dalam dapur sama sekali. Apalagi adik dari Hans yang sangat manja.

******

Pada pukul 7 pagi semua keluarga Hans sudah berkumpul di meja makan. Termasuk Aleysa dan Catline yang sekarang sudah menjadi anggota keluarga mereka juga. Ketika mereka semua sedang menikmati sarapan bersama, tiba-tiba saja asisten rumah tangga Hans menghampiri meja makan.

"Permisi Tuan, Nyonya semuanya. Di depan ada tamu. Katanya mau bertemu sama Tuan Hans."

"Tamu sepagi ini? Siapa?"

"Non Emily, Tuan."

Semua orang yang mendengarnya langsung terkejut dengan pernyataan asisten rumah tangga itu. Terkecuali Hans yang justru terlihat senang ketika mengetahui jika yang datang pagi ini adalah Emily.

"Yaudah kalo gitu kamu suruh dia masuk aja ya," jawab Hans

"Baik Tuan."

"Hans. Kamu itu apa-apaan si? Kenapa kamu justru suruh dia masuk ke dalam rumah ini?" bentak Neneknya.

"Karena pagi ini aku mau tinjau proyek sama Emily, Nek. Aku juga baru ingat. Dan pastinya dia datang ke sini karena supaya kita ga telat. Supaya aku ga ke kantor dulu."

Ketika Hans dan Neneknya sedang berdebat, Emily masuk ke dalam rumah. Dengan tampang tanpa dosanya itu dia menghampiri ruang makan dan menyapa semua orang yang ada di sana.

"Selamat pagi semuanya," sapa Emily.

Semua orang yang ada di sana hanya terdiam kecuali Hans.

"Pagi Emily. Sini, silahkan duduk di samping aku."

"Hans. Kamu itu apa-apaan si suruh dia untuk duduk dan makan bersama sama kita gitu?" bentak Neneknya.

"Iya Hans. Kamu itu apa-apaan si. Kamu ga mikirin perasaan istri kamu?" sambung Mamahnya.

"Nek, Mah. Emangnya apa salahnya si kalo Emily itu makan di sini sama kita? Kita itu mau kerja berangkat pagi-pagi banget. Dan kita ga akan keburu sarapan di luar. Atau aku ga usah sarapan aja kali ya. Kita cari sarapan di luar aja."

"Eh, ga usah. Emily sarapan di sini aja. Ga apa-apa ya Nek, Mah," jawab Aleysa.

"Ya sudahlah terserah kalian aja," jawab Neneknya.

"Terima kasih banyak Aleysa. Kamu itu emang wanita yang baik ya."

"Iya. Emangnya kamu wanita ular. Udah berapa kali di usir dari sini sama Nenek tapi masih aja punya muka buat datang ke sini," sambung Catline.

"Kamu di jaga ya bicara kamu. Saya datang ke sini untuk kerja bukan untuk menganggu hubungan kakak kamu dan Hans."

"Oh ya? Dasar benalu."

"Kamu juga benalu. Kamu bukan siapa-siapa di keluarga ini. Kalian berdua cuma numpang kan?"

"Jaga ya bicara kamu."

Emily dan Catline terus-terusan adu mulut. Neneknya Hans sampai memukul meja makan supaya neraka berdua berhenti bertengkar.

"Sudah, sudah stop. Kalian ini ga cape apa bertengkar terus. Semuanya sekarang duduk di kursi kalian masing-masing. Kita lanjut sarapannya."

Akhirnya suasana kembali kondusif. Walaupun tidak bagi Aleysa. Dada Aleysa terasa sangat sesak karena melihat Hans dan Emily duduk sampingan sambil makan bersama. Apalagi tatapan mata Hans kepada Emily tidak bisa bohong. Hans terlihat sangat mencintai Emily.

-TBC-


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C37
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login