Qiao Xi tersenyum seperti rubah. "Aku belum pernah menghadiri perjamuan semegah ini. Tidak bolehkah aku pergi untuk melihat dunia?"
Gu Zheng terkekeh dan memalingkan wajahnya.
Setelah Qiao Xi naik ke atas, ia berjalan menuju balkon dan menelpon. Panggilan itu segera dijawab. "Enam Kecil, akhirnya kamu mau menelepon aku, Kakak Ketiga? Kamu bilang akan pergi beberapa bulan. Kamu bahkan tidak menelepon untuk bilang kamu aman. Guru sangat marah sampai ia ingin mengusirmu."
Qiao Xi: "…"
Ketika Qiao Xi tetap diam, Kakak Ketiga menambahkan seolah ia telah menemukan hati nuraninya, "Jangan khawatir. Tidak tahukah kamu sifat Guru? Dia hanya mengatakan kamu akan diusir tapi yang akan menderita pada akhirnya adalah kami."
Mereka semua sudah terbiasa dengan Guru mereka yang melampiaskan amarahnya pada mereka karena ia tidak tega memarahi Enam Kecil.
"Hehe." Qiao Xi menggaruk kepalanya dengan malu. "Kakak Ketiga, apakah kamu senggang? Ada hal yang perlu kubantu."