Suara gaduh piring pecah makin aku dengar dari tetanggaku, aku pikir apa sampai harus main fisik segala kalau harus bertengkar. Maka aku putuskan untuk segera tidur karena aku masih kelelahan usai tempur bersama Bu Linda.
Jam 6 pagi aku dikagetkan dengan suara ketika pintu, kali ini Bu Linda datang dengan membawa banyak makanan.
"Waduh Bu, kok jadi repot-repot."
"Gak apa-apa mang, dirumah saya banyak kok."
Aku yang tadinya ingin mengakhiri pelet terhadap Bu Linda kini mulai nyaman dan tidak ingin melakukannya, pikiran jahatku nampak telah menguasai 70% otakku.
"Bu, saya boleh kerja lagi. Jadi tukang kebun juga gak apa-apa. Saya gak punya uang buat bayar kontrakan?"
"Berapa harga sewa kontrakannya mang?"
"400 ribu."
Dengan sigap Bu Linda hendak memberikan uangnya kepadaku, tapi saat aku hendak mengambil uangnya, dia malah memelukku.
"Tapi aku mau ini dulu.", seraya dia menunjuk ke arah selangkanganku.
Tentu saja aku tidak menolak dan langsung aku tutup pintu secara rapat, karena kali ini aku akan memakai ilmu yang lain. Dimana aku akan membuat sperma yang masuk ke dalam rahim Bu Linda semakin membuatnya semakin gatal.
"Gila, enak banget ini mang."
"Ketek aku wangi gak?"
"Wangi banget, mang Anton pakai parfum apa ini?"
Hampir setengah jam aku gagahi dia, nampak dirinya belum mengalami kepuasan. Tentu saja dengan cairan sperma yang aku mantrai di dalam rahimnya.
"Bi Linda, anda akan merasakan rasa haus akan penis lelaki. Pak Raihan, sebentar lagi anda mendapatkan kehancuran." Gumamku.
Tiba-tiba saja Bu Linda kembali memelukku dan mengajak aku untuk melakukannya lagi, tapi aku menolak dengan alasan capek.
"Mang Anton, ayo mang sekali lagi!"
"Bu Linda kenapa?"
"Ini gak tahu gatal banget."
"Saya sudah capek Bu, mending ni Linda minta suami ibu."
Bu Linda segera memakai pakaiannya, tak lupa dia memberikan uang berwarna merah 10 lembar. Uang lebih tersebut dia berikan karena telah memberikan jatah birahi kepadanya.
Saat aku keluar rumah terlihat tetanggaku yang aku rasa ditampar pacarnya semalam, aku bilang pacarnya karena mereka memang kumpul kebo alias tinggal bersama.
Aku perhatikan dia agak mencium sesuatu, aku pun tahu kalau dirinya sudah tidak perawan.
"Pak?"
"Iya.", aku kaget ketika dia menyapaku.
"Bapak udah berapa hari gak mandi, bau banget pak?".
Sesaat aku terdiam akan perkataannya, mana mungkin ilmuku bisa salah. Atau memang dia masih perawan, tapi masa iya tinggal bersama tapi gak melakukan itu.
"Oh iya maaf, ini juga mau mandi."
Wajahnya tampak sembab, ada bekas pukulan serta tamparan pada mata dan pipinya.
Usai mandi aku hendak menemui pak Jajang selaku ayah dari Siti dan merupakan pemilik kontrakan yang aku tinggali, ya tentu saja aku hendak membayar kontrakan.
"Abah gak habis pikir kalau kalau bisa seperti ini Siti, Abah besarkan kamu tidak untuk jadi ahli zina!"
"Maafkan Siti, abah. Siti khilaf."
Aku cukup kaget mendengar perkataan dari pak Jajang yang menyebut kalau Siti seorang ahli zina, sehingga aku sempat berpikir apa mungkin Siti hamil.
Karena dirasa kalau ini bukan waktu yang tepat maka aku putuskan untuk kembali pulang, namun sebelum pulang aku ke warung terlebih dahulu untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
"Eh mang Anton, wangi banget hari ini.", Ucap Bu Warti selaku pemilik warung.
Sebenarnya dengan ilmu pelet yang aku pakai saat ini aku bisa menikmati tubuh bu Warti yang merupakan seorang janda, tapi aku selalu ingat Tini.
"Bu, ini telurnya." , Zaskia masuk ke warung dengan menahan hidung.
"Kamu kenapa?", tanya Bu Warti.
"Gak apa-apa Bu."
Aku mengerti kalau Zaskia mencium bau badanku, resiko uang yang sangat aku benci ketika menggunakan beberapa ilmuku adalah ini salah satunya, segala bahan kimia yang aku pakai untuk membuat aku wangi tidak akan tembus.
Usai belanja iseng-iseng kau lewat rumah Bu Linda, aku kaget karena terlihat ada sepatu orang lain di depan pintu rumahnya. Aku bisa tahu karena aku hafal betul sepatu pak Raihan yang mana saja.
"Apa mungkin Bu Linda?"