Download App
45.45% Cerita Panas?? / Chapter 10: Merantau

Chapter 10: Merantau

Jujur, aku sangat berat apabila harus pergi bekerja jauh dari istriku, apalagi aku dan istriku yang bernama Nima baru menikah tiga bulan.

Namaku Jordi dan aku adalah orang yang bisa dibilang polos atau bagaimana. Aku masih tinggal di rumah orangtuaku dan tentunya ada kakakku yang bernama Johan masih tinggal bersama, kakakku sendiri seorang bujangan lapuk. Di usianya yang sudah menginjak umur 43 tahun, dia masih belum mendapatkan jodohnya dan aku pergoki kalau dia lebih suka main dengan tangannya.

"Mas lagi ngapain?"

Dia gelagapan tak kala aku masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu, dia sembunyikan penisnya yang sedang dia kocok, jujur aku iri akan penisnya yang bisa dibilang lebih besar dan berotot dibandingkan aku.

"Ya biasa Jor, mas kan gak ada pelampiasan seperti kamu."

Aku pun memberi tahu kalau aku akan merantau selama satu bulan ke luar pulau, sudah biasa sih sebenarnya aku pamit untuk merantau karena ini bukan kali pertama aku merantau.

Bahkan dibulan pertama aku menikah saja harus sudah merantau seminggu sesudahnya, Nima tidak keberatan karena itu adalah tuntutan pekerjaan.

Malam harinya aku ingin puas bermain cinta dengan Nima, ya selama sebulan tablnpa belaian kasih sayang dari istri terasa hampa tentunya.

"Mas, kamu semangat betul."

"Mas gak tahan, sebulan mas gak bisa nyentuh kamu."

"Ya kan bisa video call."

"Haha... Maksudnya kaya dulu pas pacaran kita sering vcs gitu?"

"Iya."

Aku memang sering melakukan hubungan badan sebelum menikahi dengan Nima, kami setuju untuk saling melepaskan keperjakaan dan keperawanan tepat seminggu sebelum kami menikah. Sebelum-sebelumnya kami hanya berani vcs dan mungkin sekedar ciuman saja.

Pagi harinya sekitar setengah enam pagi aku sudah mandi dan Nima masih terbalut selimut, aku tidak tega membangunkannya.

"Mas mau kemana?"

"Mau mau berangkat."

"Tunggu aku siapkan sarapan dulu."

"Gak usah sayang."

Aku tidak tega karena aku sempat mendengar nafasnya ngos-ngosan seperti suara usai tempur semalam, tapi aku tak ambil pusing mungkin semalam kita memang sama-sama nafsu.

Dalam rantauanku aku mendapatkan kesuksesan karena kalau bisa dibilang selain polos aku juga ulet, hingga salah satu temanku mengatakan sesuatu yang membuat aku teringat akan istriku tak kala aku dua Minggu ada di perantauan.

"Jor, kamu gak kangen istrimu?"

"Ya kangenlah, ini aja penisku udah bangun Mulu.. haha.."

"Menurutmu istrimu disana bagaimana?".

"Maksudnya?"

"Kalau penis kamu berdiri melulu, gimana sama vagina istri kamu. Apa gak gatal juga?"

Ucapan membuat aku menelan ludahku, apa yang dikatakannya ada benarnya. Maka malam harinya sekitar jam 8 malam saat aku ada di mencoba mengontak Nima, tapi sampai tiga kali aku hubungi dia tidak ada jawaban darinya sama sekali.

Hingga jam 9 malam dia meneleponku dan aku lantas mengalihkan panggilannya menjadi panggilan video, tidak ada apa-apa darinya selain memakai piyama tidur dengan rambut acak-acakan karena aku pikir dia sudah tertidur.

"Ada apa sayang, maaf ya aku ketiduran."

"Ya, tadinya mas mau ngajak kamu vcs."

"Mas, aku lagi halangan. Baru beres dua hari lagi."

"Oh ya udah, mas cuma kangen kamu saja."

"Aku juga sama kangen kamu mas."

Usai melepas rindu lewat suara, aku bisa tidur nyenyak dan semoga bermimpi indah.

Sekitar Minggu ketiga kami semua sudah beres dalam pekerjaan rantauan kali ini, artinya kami bisa pulang sebelum satu bulan.

Sabtu pagi aku dan kru memutuskan pulang bersama, aku sudah tidak tahan ingin bertemu Nima istri tercinta.

Sekitar jam 4 sore aku sampai di depan rumahku, aku lihat mas Jihan sedang membaca koran dengan penampilan sudah kece.

Tak jauh beda aku tatap Nima yang sudah mandi serta wangi, walaupun aku rasa wajahnya cukup syok dengan kedatanganku. Tapi dia memeluk aku dengan penuh rindu, aku pun jelas memeluknya di barengi penisku yang langsung berdiri tegak.

Baru juga duduk selama lima menit, aku sudah mendapati telepon untuk mengecek hasil kerjaku sekarang.

Aku pergi ke ruang kerja dimana hanya aku yang punya akses untuk masuk kesana, entah perasaan dari mana dan tiba-tiba saja aku menggeserkan kursor mouse pada cctv rumah yang aku pasang.

"Klik"

Aku lihat Nima dan mas Johan sedang berbincang seolah ada pembahasan serius di depan rumahku, sebenarnya aku juga cukup curiga kenapa mereka berdua sudah mandi selama waktu yang berdekatan.

Aku coba menahan rasa penasaran untuk tidak melihat rekaman cctv hari ini, aku menghela nafas panjang sebelum membukanya.

"Sayang, mau makan apa?"

Suara Nima dari arah pintu membuat aku menutup layar komputer dan segera menghampirinya.

"Yang enak saja, kan yang istimewanya nanti malam."

Aku cubit bagian payudaranya dan dia senang dengan apa yang aku lakukan, aku kembali ke meja komputerku dan lupa untuk mengecek cctv hari ini. Tapi aku kembali ingat saat adanya foto mas Johan bersama keluargaku yang dulu masih lengkap.

Aku mulai buka dari pukul 06.00 pagi, mataku terbelalak saat aku lihat Nima tidur tidak sendiri. Aku kembali memutar hingga pada hari sebelumnya tepatnya pada jam 21.00.

Aku lihat mas Johan masuk ke kamarku dan gilanya Nima berciuman dengan mas Johan, tapi usai itu mereka tidak melakukan apa-apa. Dari gerak geriknya aku perhatikan kalau mas Johan ingin yang lain tapi Nima menolaknya.

Jantungku berdegup kencang seolah marah dan ingin meletupkan emosi kepadanya, tapi aku tahan dan aku putuskan untuk menyetel cctv untuk hari ini.

Tepat jam 14.00 siang aku menyaksikan bagaimana Nima bersetubuh dengan mas Johan, dari lagi sampai pukul tersebut aku perhatikan mereka belum mandi dan pada pukul 14.00 mereka mandi keringat.

Aku lihat cctv arah dapur dan mereka berdua dengan tubuh telanjang masuk ke kamar mandi untuk mandi bersama, gilanya aku yang melihat rekaman video tersebut sampai geleng-geleng kepala. Karena mereka mandi dari jam 15.00 dan baru beres jam 15.30, disana aku merasa terpuruk karena pasti mereka bercinta sambil mandi.

Jam 15.45 mereka kembali masuk ke kamar dan sama-sama memakai handuk saja, mas Johan yang duduk di ranjang menatapi tubuh Nima yang sedang bercermin. Karena cctv yang aku pasang memiliki fasilitas untuk bisa merekam suara, jadi aku bisa tahu apa yang mereka bicarakan.

"Nim, tubuh kamu seksi sekali. Seharusnya kamu itu jadi milik mas."

"Ini kan sudah jadi milik mas Johan."

"Maksud mas itu seutuhnya."

"Emang mas Johan sanggup biayain Nima, sekarang saja makan masih dari mas Jordi."

"Iya, maksudnya kita bisa memaafkan pemberian Jordi untuk ditabung, terus nanti kita tinggal bersama."

"Gak tahu lah mas."

"Ingat lho Nim, kamu itu lagi hamil anak aku."

"Iya Nima juga tahu."

Hancur rasanya aku mengetahui hal itu, kemudian aku jadi penasaran kapan peselingkuhan ini terjadi pertama kali.

Aku geleng-geleng kepala saat melihat rekaman cctv selama sebulan ke belakang, semuanya berisi video Nima dan mas Johan bersetubuh di kamarku.

Aku pejamkan mata sejenak mencoba memikirkan dengan jernih apa yang telah aku lihat, aku telan ludahku dan aku loncatkan rekaman cctv tepat pada hari pertama Nima tinggal disini setelah berganti status menjadi istriku.

Aku masih ingat kalau pagi itu sekitar jam 6 pagi usai malam pertama, aku tidak menutup pintu kamar ku dan langsung ke kamar mandi. Aku lirik kalau pintu kamar mas Johan tidak tertutup dan aku pikir dia sudah lari pagi.

Mataku terbelalak saat melihat mas Johan masuk ke dalam kamar ku dan masuk ke kolong kasur dimana memang aku masih memakai ranjang.

Aku pun mengingat kalau lagi itu usai mandi aku lari pagi siapa tahu bertemu mas Johan, tapi rupanya aku tidak bertemu dia dan malah duduk di taman.

Rupanya mas Johan yang tahu kalau Nima masih telanjang bulat nampak sangat bernafsu, dia buka seluruh pakaiannya dan dengan merayap dia menyelinap masuk ke dalam selimut. Nima yang tidak tahu kalau itu bukan aku langsung memeluknya, tapi dia sadar karena mas Johan memiliki bulu dada yang lebat sedangkan aku tidak ada sama sekali.

Awalnya dia menolak tapi lama kelamaan entah apa yang terjadi dia pasrah, hingga aku sadari kalau mas Johan mulai memaju mundurkan pantatnya. Aku tahu kalau penisnya sudah masuk ke dalam lubang kemaluannya Nima.

Aku buka rekaman yang lain dan semakin membuat aku semakin lemas saja, hampir setiap hari mereka berhubungan badan. Bahkan aku baru sadari kalau sperma yang dikeluarkan oleh mas Johan begitu melimpah dibandingkan apa yang aku keluarkan.

Aku keluar kamar kerjaku dengan langkah gontai, terlihat mas Johan dan Nima sudah duduk di meja makan.

"Ayo mas makan!" Seru Nima.

"Aku mau merantau lagi, percuma aku disini kalau hanya menggangu kalian saja."

"Maksud kamu apa?" Bentak Johan.

"Urus bayi kalian, mulai hari ini aku tidak akan memberi kalian yang sepeserpun. Oh ya, hari ini juga aku talak tiga kamu Nima."

Johan dan Nima melongo dengan ucapan dari aku, sementara itu aku tidak peduli entah apa yang mereka racaukan saat aku keluar melewati pintu rumahku.

Lima tahun aku merantau dan akhirnya aku kembali dengan istri yang aku dapatkan di perantauan bersama Tia, entah kenapa aku ingin mengunjungi mas Johan walaupun aku sangat benci kepadanya.

Aku kaget saat mendapati rumah warisan orangtuaku sudah dijual oleh mas Johan, aku tanyakan pada orang yang menempatinya sekarang dimana mas Johan tinggal.

Saat aku sampai rumah kontrakan isi tiga petak aku disapa oleh anak perempuan sekitar usia 5 tahunan.

Di depan pintu aku lihat Nima dengan keadaan lusuh sedang menggendong bayi dengan koyo pada kedua pelipisnya, tiba-tiba saja keluar dua orang anak lagi dengan sebutan mamah kepadanya.

"Mas Jordi?"

Istriku melirik kepadaku seolah tahu kalau itu adalah Nima mantan istriku yang sudah selingkuh dengan kakak iparnya sendiri.

"Nima?" Bisik ku.

Tiba-tiba saja aku dengar suara teriakan dari arah kontrakan dan aku tahu kalau itu ada hal suara mas Johan.

"Nima? Nima?" Mana kok gak ada makanan?"

Nima terlihat malu saat bertemu denganku, tiba-tiba saja dia mendekatiku dan memegang tanganku. Sontak aku kaget, tapi dia mengarahkan pada anak yang berusia lima tahun di depan ku.

"Ini anak kamu mas."

Aku tidak percaya karena jelas-jelas aku dengar kalau dia adalah anak dari hubungan gelap mas Johan dan Nima.

"Maksud kamu apa?"

"Mas, apa kamu lupa kalau kita melakukannya saat sebelum menikah. Disitu aku sudah hamil, coba saja kamu hitung! Kalau kamu gak percaya kita tes DNA."

"Bawa anak kamu darisini, nambah beban saja!"

Tiba-tiba saja terdengar suara mas Johan dari depan pintu kontrakan yang dia tempati.

"Apa benar dia ini anakku?"

Sampai Tia meyakinkan aku untuk tes DNA saja, aku menuruti dan hasilnya positif kalau dia adalah anakku.

Tia tidak marah dan justru meyakinkan aku untuk berterimakasih kepada Nima dan mas Johan, maka aku beri mereka uang 20 juta sebagai ganti rugi telah mengurusi anak perempuan yang diberi Maya tersebut.

Kini aku bahagia bersama Tia, Maya dan tentunya anakku yang sedang dikandung oleh Tia.

Tamat.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C10
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login