Download App
21.05% Date A Live: The Execution Spirits / Chapter 8: Chapter 8 Seseorang yang memanggilku Kakak

Chapter 8: Chapter 8 Seseorang yang memanggilku Kakak

2 minggu telah berlalu setelah membuat kontrak dengan spirit kedua kini dikantor pusat D.E.M dikota Tengu.

"sebenarnya apa yang anak itu lakukan sampai harus bertemu dengan The Sister? " ucap seorang wanita dengan rambut pirang pucat.

"kau terlalu berlebihan mengkhawatirkan Jester, Ellen" ucap seorang pria dengan rambut berwarna putihnya serta kemeja dan dasi berwarna hitam.

"semenjak aku melihatnya pertama kali digereja aku sama sekali tidak bisa mempercayai anak itu " ucap Ellen yang mengingatkan kejadian pertama kali mereka bertemu yang dimana Oberon langsung memasang kuda kuda dengan 3 Black Key di tangan kanannya.

Kini Ellen sedang menunggu rekaman cctv dari Secret Lab yang berada diBrazil dari para staff disana.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya file tersebut telah dikirim melalui Emailnya dan kemudian mereka berdua pun menyimak dengan seksama rekaman cctv diruangan penahan The Sister.

Adegan Oberon memasuki ruangan pun telah dimulai dan kini para semua orang pun keluar kecuali Oberon. Oberon pun mulai melangkah maju mendekati Nia dan dimomen itu Ellen tersenyum sinis melihatnya.

"dengan begini terbongkar sudah niat aslimu-"

Ketika melangkah satu langkah rekaman tersebut langsung jatuh dan hanya mereka bagian sepatu pantofelnya lalu menghentakan kaki kemudian kamera dizoom out dan terlihat jogetan Oberon meniru Rick Astley.

"DASAR BADUT!!! " langsung menutup laptopnya dengan sangat keras.

Ellen pun merasa sangat kesal karena telah dipermainkan sedangkan Isaac yang melihatnya pun menertawakannya karena siapa sangka jika Oberon mengerjainya.

Lalu terdengar suara pintu terbuka dengan otomatis dan terlihat Oberon dengan pakaian yang sama seperti divideo serta tariannya.

"We're no strangers to love, You know the rules and so do I~"

Membuat dirinya semakin kesal, Ellen pun langsung melempar laptopnya dengan keras ke arah Oberon dengan penuh amarah.

Oberon yang melihatnya langsung mengambil laptop tersebut kemudian mengamankannya sembari berkata" alhamdulillah dapat Laptop Asus ROG mayanlah bisa buat gaming"

"brengsek! KEMBALIKAN LAPTOPKU! "

"laptopmu? Mksdmu laptopku? Kau sudah melemparnya yang berarti ini sudah barang bekas, jadi sekarang benda ini adalah milikku, dadah nenek tua"

Setelah mengejek Ellen, ia pun segera langsung kabur keluar dari dalam ruangan dengan laptop yang ia hampit dengan lengan dan pinggangnya.

"muehehehe barang bagus euy" ujar Oberon dengan senangnya.

Kini dirinya berjalan dilorong dengan senang sembari memegang erat laptop gratisannya,

Oberon pun mulai memasuki lift kemudian turun menuju lobby dari lantai 30.

Setelah lewat beberapa menit dari banyaknya karyawan yang keluar masuk dari dalam lift akhirnya sampai dilobby perusahaan, dan saat pintu lift terbuka ia melihat sesosok gadis muda dengan tinggi sekitar 155cm dengan rambutnya berwarna biru dengan gaya rambut other ponytail.

"nii-san!?" ucapnya

"hoo Mana, gimana kabarny-"

Belum saja menyelesaikan perkataannya, ia pun langsung dipeluk erat olehnya sesaat kemudian menatap Oberon

"kabarku baik, nii-san sendiri? " tanya Mana

"tidak baik jika kita melanjutkannya disini ayo kita cari tempat yang lebih nyaman"

Mana pun menganggukkan kepalanya

Mereka berdua pergi menuju tempat duduk terdekat di sisi kanan dari lift.

"jadi bagaimana misimu? "

"ya masih seperti biasa Spirit itu masih terus saja muncul kembali, walaupun sejujurnya aku bosan melawan dia terus menerus" balas Mana yang mengutarakan perasaannya saat ini.

Oberon pun menyandarkan tubuhnya ke belakang sembari melihat langit langit

"ya memang begitulah dia, justru itu aku menyarankan Isaac untuk menugaskanmu untuk terus memburu Nightmare" ujar Oberon yang kini mulai kembali melirik Mana disampingnya.

Mendengar perkataan Oberon yang begitu enteng, Mana pun menatap sinis dirinya dengan wajah cemberutnya

"Nii-san sendiri tidak bermalas malasan kan? Karena aku yang ditugaskan untuk memburunya"

"enggaklah ya kali aku makan gaji buta, malahan saya ditugaskan misi spesial"

Setelah mendengarnya Mana pun ikut menyandarkan tubuhnya kebelakang sembari menghela napas panjang.

"hee... Enaknya dapat misi spesial dari atasan"

Mendengar perkataan dari Mana, ia pun mulai mengalihkan pembicaraannya

"ngomong ngomong apa ada perkembangan tentang kakak kandungmu itu? "

Mana pun menggelengkan kepalanya kemudian membuka liotin yang berisikan foto mereka berdua ketika masih kecil meskipun Oberon sudah mengetahui segalanya yang ada dunia ini.

"jujur saja, aku benar benar hampir menyerah untuk menemukannya"

"begitu" Oberon pun segera berdiri dari kursi kemudian berjalan menjauhi Mana sembari berkata "perjuanganmu selama ini tidak ada yang sia sia, sebentar lagi kau pasti akan bertemu dengannya" lanjut perkataannya.

Setelah itu Oberon pun keluar dari gedung dan segera pergi menuju gereja panti asuhan yang dulu ia tinggali ketika masih kecil

"Arc Nightmare akan segera dimulai"

-To Be Continued-


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C8
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login