Download App
33.33% Summoning Earthland Kingdom / Chapter 3: Chapter 2 : Penolakan dan Perbudakan

Chapter 3: Chapter 2 : Penolakan dan Perbudakan

Dalam perjalanan Adhitama melalui wilayah yang asing ini, dia berharap akan  bertemu dengan makhluk-makhluk aneh dan misterius Para peri berwarna-warni yang dapat berbicara, makhluk berbulu yang besar seperti raksasa berhati lembut, dan bahkan naga kecil yang bersahabat.

Namun hal yang ditemui ternyata  adalah hal-hal yang sangat mengejutkan bagi dirinya, seperti supremasi manusia terhadap makhluk non-manusia ataupun setengah manusia.

Adhitama merasa cemas dan bingung pada dunia ini, tetapi seiring waktu, dia mulai memahami bahwa dunia ini memiliki aturan dan keajaiban sendiri. Dan hal tersebut membuatnya semakin cemas dan curiga pada kerajaan ini. Pasalnya dia melihat banyaknya perbudakan mulai dari orang yang sudah tua bahkan ana kecil pun menjadi sasaran perbudakan juga.

Para budak dijadikan kerja paksa bahkan dicambuk tanpa memperhatikan umur mereka.

"Ayolah, cepat ambil dan bawa barang itu budak sialan" (Pemilik Budak)

"Maafkan aku tuan, kakiku terkilir dan tidak bisa untuk berjalan lagi mohon berikan aku sedikit waktu istirahat" (Budak 1)

"Mohon ampuni ayah saya tuan, biarkan saya yang menggantikannya" (Budak 2)

"Dasar tidak sopan kau budak rendahan, berani meminta kepada tuanmu."(Pemilik Budak)

"Ampuni hamba tuan" (Budak 1)

"Hey kalian kemari ajari orang ini sopan santun!" (Pemilik budak)

Seketika kedua budak tersebut dipecut, ditendang, bahkan dipukul dengan kayu.

"Ahhhhhh, tolong kasihani kami tuan" (Budak 1)

Akhirnya sang budak tua itu meninggal akibat kelelahan dan darah nya mengalir kemana-mana

"Tidakkkk, Ayaahhhhhh" (Budak 2)

"Hey kau bawa anak ini dan buang jasad orang busuk ini segera" (Pemilik budak)

Para bawahan itu pun melaksanakan perintah tuannya. Seketika badan anak kecil itu diseret ke dalam gerbong penjara secara paksa, para bawahan pemilik budak itu menyeret jasadnya hanya untuk dibuang di sungai seolah hanya sebuah bangkai hewan.

Adhitama melihat kejadian tersebut dan hampir marah, tetapi dia mengingat dia bukanlah siapa-siapa di dunia ini.

Adhitama kembali ke kastil berniat memberitahukan ini kepada teman-temannya, namun dia juga berfikir apa yang akan terjadi kalau rahasia ini bocor dan temannya mulai memberontak kepada kekaisaran.

Berfikir bahwa mereka tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan kerajaan yang besar ini.

Saat dia kembali ke kastil, sang jendral kerajaan semua dipanggil untuk latihan berpedang.

Pada abad pertengahan, suasana berlatih pedang akan tampak sangat berbeda dari latihan senjata modern. Di tengah kerumunan kastil atau lapangan pelatihan, sekelompok ksatria, tentara, atau pendekar akan berkumpul untuk mengasah keterampilan mereka dalam seni bela diri pedang.

Suasana latihan pedang pada abad pertengahan mungkin terjadi di dalam atau di sekitar kastil, arena pelatihan militer, atau tempat terbuka di pedesaan. Ataupun lapangan berumput atau tanah berkerikil yang menjadi tempat berlatih. Langit cerah atau mendung, tergantung pada cuaca saat itu, akan menciptakan suasana yang berbeda.

Peserta latihan akan mengenakan pakaian yang sesuai, seperti pakaian lapis besi atau baju zirah, bersama dengan helm dan sarung tangan besi. Pakaian ini memberikan perlindungan dari cedera selama latihan. Senjata yang digunakan adalah pedang, baik pedang tunggal atau pedang tumpul khusus untuk latihan agar cedera dapat dihindari.



Suasana akan penuh dengan keseriusan dan konsentrasi.

Latihannya akan terfokus sepenuhnya pada instruksi dari pelatih atau pendekar senior. Mereka

memperhatikan dengan seksama setiap gerakan, teknik, dan saran yang diberikan untuk memperbaiki keterampilan mereka.

Seorang pendekar atau ksatria yang berpengalaman menjadi instruktur dalam latihan ini. Mereka diberikan panduan tentang postur yang benar, pergerakan tubuh, teknik serangan, pertahanan, dan strategi dalam pertempuran.

Mereka juga diberikan latihan kelompok di mana peserta akan berpasangan untuk berlatih teknik-teknik yang lebih realistis.

Adhitama akhirnya akan berduel dengan sahabatnya yaitu si Tomo, mereka berdua sama-sama menggunakan pedang kayu agar tidak saling melukai.

Mereka memasuki arena pelatihan yang merupakan tanah dengan gambar lingkaran dengan dua aturan yaitu pertaman yang keluar dari garis dan yang kedua apabila salah satunya menyatakan menyerah akan kalah, dan duel akhirnya dimulai.



Adhitama langsung menerjang ke Tomo tetapi berhasil ditangkis dengan tepat, mereka pun berduel dengan waktu yang cukup lama hingga akhirnya Tomo menjadi pemenangnya.

"Ada apa denganmu Adhitama?" (Tomo)

"Ahh, tadi aku sempat lengah saat di akhir duel" (Adhitama)

"Saat terakhir tadi kau tampak lengah, padahal kau biasannya adalah seseorang yang sangat fokus dalam setiap hal" (Tomo)

Adhitama tidak menjawab pertanyaan itu dan langsung pergi dari tempat latihan.

"Ada yang aneh pada dirinya, tapi apa?" (Tomo)

"Ada apa dengan sahabatmu Tomo?" (Rina)

Rina juga merupakan teman Tomo dan Adhitama, mereka berasal pada kelas yang sama.

"Oh Risa, aku juga tidak tahu" (Tomo)

"Jarang sekali ya dia jadi begitu?" (Rina)

"Entahlah, ini sudah selesai latihannya. Aku pamit dulu ya, bye" (Tomo)

"Bye-bye" (Rina)

Suasana berlatih pedang, memanah, bergulat, tombak juga akan dipenuhi dengan semangat kepahlawanan. Para peserta latihan mungkin menganggap latihan ini sebagai cara untuk meningkatkan keterampilan mereka untuk melindungi kerajaan, berperang melawan para iblis seperti apa yang dikatakan oleh sang raja pada mereka.

Suasana berlatih dipenuhi dengan nuansa serius, konsentrasi, dan semangat kepahlawanan. Ini adalah saat di mana para pendekar dan ksatria berusaha untuk mengasah keterampilan mereka dalam seni bela diri pedang untuk melindungi kerajaan mereka dan mempertahankan kehormatan mereka sebagai pejuang.

Keesokan paginya.

Mereka menemui beberapa hal aneh seperti kereta api yang seharunya tidak ada maupun sepenuhnya belum ditemukan di era ini mengingat persenjataan mereka masih sangatlah lawas.

Seiring berjalannya waktu, Adhitama dan teman-temannya menemukan petunjuk bahwa dia mungkin bukan satu-satunya yang datang dari dunia lain.

Mereka berjalan-jalan ke setiap sudut kota dan menyaksikan orang-orang di desa dipaksa melakukan pekerjaan berat yang tidak adil, mereka memutuskan bahwa sudah cukup. Dia berbicara kepada penduduk desa tentang pentingnya bersatu melawan penindasan, meskipun banyak yang ragu dan takut akan kemarahan kekaisaran.

Sekarang Tomo dan beberapa teman dekatnya tahu kenapa sikap Adhitama tiba-tiba berubah dan tidak seperti biasanya, mereka memahami bahwa Adhitama telah melihat semua hal-hal yang mengerikan saat tiba di dunia ini.

Adhitama dan Tomo memimpin gerakan perlawanan diam-diam, merekrut beberapa teman yang juga ingin melawan tirani. Mereka mulai mengatur strategi dan berusaha untuk menginspirasi penduduk desa lainnya.

Namun, rahasia mereka terbongkar ketika seorang pengkhianat yang bekerja untuk Raja James IV mengintai dan melaporkan rencana Adhitama

Ketika Raja James mengetahui tentang perlawanan ini, dia marah dan memutuskan untuk mengambil tindakan tegas. Pasukan kejamnya menyerbu desa, menangkap Adhitama dan teman-temannya.

Adhitama menolak untuk menunjukkan rasa takut, bahkan ketika dia disiksa dan diinterogasi. Dia tetap berdiri teguh, menginspirasi teman-temannya untuk tetap kuat.

Namun, Raja James IV memiliki rencana yang lebih jahat. Dia memutuskan untuk membuat contoh dari Adhitama dan teman-temannya untuk mematahkan semangat perlawanan. Mereka dipaksa bekerja tanpa henti sebagai budak, menderita di bawah perlakuan kasar dan kejam. Meskipun fisik mereka lelah dan luka, semangat perlawanan mereka tetap hidup.

Hingga pada akhirnya mereka akan dieksekusi mati. Pada hari eksekusi, suasana di alun-alun kota terasa gelap dan hening. Penduduk kota terpaksa menyaksikan dari kejauhan, dan udara terasa berat dengan perasaan takut dan haru. Di tengah alun-alun, tiang pancang besar telah didirikan dengan tali gantungan tergantung dari ujungnya. Sebuah platform kayu telah dipasang di bawahnya, menunggu untuk menjadi tempat dari akhir Adhitama dan teman-temannya ini.

Hingga pada akhirnya mereka dieksekusi, penglihatan Adhitama tiba-tiba menjadi hitam seperti tenggelam di dalam lautan yang sangat dalam hingga pada akhirnya muncul secercah cahaya yang mengatakan bahwa dirinya adalah utusan dari tuhan...


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login