Download App
56.66% Highschool of Genius (Versi Indonesia) / Chapter 17: BAB 16: Persiapan Ujian Akademis

Chapter 17: BAB 16: Persiapan Ujian Akademis

Aku tidak ingin melakukannya lagi.

Aku harus benar-benar bisa menahan diri.

Saat aku menyelamatkan Fisa, tanpa sadar aku hampir membuat teman sekelas ku pingsan.

Seharusnya aku membiarkan diriku terkena serangan olehnya, bukannya malah menangkis serangannya dan menyerang balik.

Jika dia melakukannya lagi, aku harus berdiam diri tanpa melawan.

Ini sedikit terlambat, tapi untungnya aku sudah menyadarinya sebelum semuanya menjadi sangat terlambat.

Ah, sungguh perasaan yang rumit.

Aku melakukannya karena merasa kesal.

Jujur saja, hari itu adalah hari pertama kalinya aku bisa merasakan sesuatu.

Walaupun sangat sedikit dan hampir tidak terasa, aku tetap tahu kalau perasaan yang kualami itu berbeda dari sebelumnya.

Aku mencintai Fisa, dan aku kesal saat melihat seseorang menyebutnya sebagai objek sempurna.

Orang itu juga lah yang sudah memberikan tatapan penuh kebencian saat aku berada di kelas tadi.

Aku akan mengurus orang itu dengan cara yang berbeda.

Mungkin dalam beberapa waktu, dia akan kembali menantang ku.

Atau malah, dia akan diam saja dan memilih untuk merencanakan sesuatu dalam jangka panjang.

Itu patut untuk dinantikan.

Kuharap orang itu bisa memberikan perlawanan yang menarik.

Aku dilema akan dua hal.

Disatu sisi aku ingin melindungi Fisa dari orang itu, tapi disatu sisi aku tidak ingin kemampuanku terungkap hanya karena orang lemah sepertinya.

Yah, kurasa waktu akan menjawabnya.

Sekarang aku berada di ruang kelas menunggu waktu pelajaran pertama dimulai.

"Sa-satomi."

Fisa memanggil ku.

Keadaannya menjadi agak canggung sekarang, mungkin karena kemarin aku tertidur di pahanya.

Setelah sekitar dua jam aku tertidur di paha Fisa, saat aku terbangun, kami memutuskan untuk langsung pulang ke kamar asrama masing-masing.

Tentu saja dengan keadaan yang canggung.

"Ada apa, Fisa?"

"Kau tahu keadaannya sekarang?"

"Apa maksud mu?"

"Tidak ada, tolong lupakan!"

"Hmm, ya."

Aku tidak mengerti maksudnya.

Yah, akan lebih baik jika aku diam saja.

Aku akan mencari tahu dan memahaminya sendiri seiring berjalannya waktu.

Itu lebih baik ketimbang memaksanya.

"Begini, Satomi. Sebenarnya aku ingin kita bertukar nomor ponsel sekarang."

Oh, jadi tentang itu.

Aku belum membuka bagian kontak sejak awal saat ponsel diberikan, jadi aku membukanya sekarang.

0 kontak tersedia.

Yah, sepertinya aku memang harus mendapatkan nomor seseorang untuk disimpan di kontak.

"Baiklah, aku tidak keberatan."

"Benarkah?"

"Ya, lagipula aku belum menyimpan nomor siapapun di ponsel ini."

"Kau serius?!"

"Untuk apa aku berbohong? Yah, kau bisa memastikannya sendiri."

Aku menyerahkan ponsel ku pada Fisa, dan dia pun menerimanya.

"Eh, mengejutkan. Kontak mu benar-benar kosong!"

Fisa terkejut saat dia melihatnya sendiri.

"Yah, begitulah."

"Aku sudah menambah nomor ku di kontak mu, jadi kau harus merasa senang!"

Jadi begitu, aku telah mendapatkan kontak Fisa sebagai orang pertama yang kusimpan di ponsel.

Kupikir itu bagus karena kontak pertamanya adalah orang yang kucintai.

"Aku sangat senang, kurasa."

"Kenapa jawabanmu ragu-ragu?"

"Fisa, apa kau baik-baik saja?"

"Eh, ada apa tiba-tiba bertanya seperti itu?"

Yah, ini memang agak aneh.

Fisa bertingkah seolah-oleh kejadian beberapa hari yang lalu itu tidak terjadi.

Dia masih periang seperti biasanya, padahal beberapa hari yang lalu aku dapat merasakan perasaan takutnya itu.

Ekspresinya, tubuhnya yang bergetar, keringat di tubuhnya, itu semua adalah tanda kalau Fisa memang merasa takut.

"Biar kutanya sekali lagi, apa kau baik-baik saja?"

"Jika ditanya terus-terusan ... maka ya, aku baik-baik saja."

"Begitu ya?"

Fisa berbohong.

Kurasa dia telah menyembunyikan sesuatu dariku.

Yah, aku harus segera menyelesaikan orang itu agar Fisa tidak merasa terganggu lagi.

"Satomi, kenapa kau bertanya seperti itu?"

"..."

Aku cuma bisa terdiam karena aku dapat merasakan kalau Pak Smith akan segera datang dan memasuki kelas.

"Ah, Pak Smith datang!"

Dan benar saja, beberapa detik kemudian dia benar-benar datang.

"Kalau gitu, aku kembali dulu."

"Ya."

Para siswa berhamburan untuk duduk di kursi mereka masing-masing termasuk Fisa.

"Selamat pagi, kalian semua! Sebelum pelajaran dimulai, aku ingin memberitahu sesuatu pada kalian."

Seperti biasa, Pak Smith mulai menyapa siswanya.

Namun kali ini ada yang berbeda, dia mengatakan kalau ingin mengatakan sesuatu sebelum pelajaran dimulai.

"Minggu depan pada hari Senin hingga Jumat, kalian akan melaksanakan ujian. Singkatnya, dari hari Senin hingga Selasa, kalian akan menjalani ujian akademis. Untuk hari Rabu sampai Jumat, kalian menjalani ujian atletik. Kuharap kalian bisa mempersiapkan diri dengan baik."

"..."

"Apa ada pertanyaan?"

Karena sudah dipersilahkan, mungkin aku akan bertanya satu hal pada Pak Smith.

"Pak Smith."

"Ya, Satomi. Silahkan!"

Aku pun berdiri.

"Jika itu ujian, apakah point akan berlaku?"

"Ya, sesuai yang kau katakan. Ujian Minggu depan akan berhubungan dengan point, kalian bisa mendapatkan penambahan maupun pengurangan point dari ujian itu, bahkan bisa saja beberapa dari kalian akan dikeluarkan jika terus mengalami kegagalan."

Padahal para siswa kelas satu masih cukup baru berada di sekolah ini.

Tapi dengan aturan khusus sekolah yang ada di lembaran kertas kemarin, mereka harus bisa bersiap untuk ujian dadakan dan jika ada yang protes, maka hukuman akan diberikan ke orang tersebut.

Mereka juga dituntut agar bisa mendapatkan nilai rata-rata atau diatasnya untuk mengindari hukuman.

"Pak Smith, memangnya berapa pengurangan point yang terjadi jika gagal?"

Aku bertanya lagi pada Pak Smith.

"Aturan setiap tahunnya itu berbeda, jadi aku masih tidak tahu ... tapi untuk tahun kemarin ada banyak siswa baru yang di dropout karena gagal dalam ujian ini, karena mereka mengalami pengurangan 100 point jika gagal dalam satu mata pelajaran."

"Baiklah Pak Smith, terima kasih atas jawabannya!"

"Tidak masalah, kau bisa duduk sekarang!"

Karena aku sudah cukup puas dengan jawabannya, aku pun berterimakasih padanya dan kembali duduk.

Aku sudah mendapatkan gambaran tentang ujian Minggu depan nanti.

Hari Senin dan Selasa, kami akan menjalani ujian akademis.

Untuk hari Rabu hingga Jumat, kami menjalani ujian atletik.

Mungkin untuk beberapa peraturan akan dijelaskan Minggu depan saat ujian juga, jadi kami harus bisa memahaminya dengan benar.

Apalagi untuk tahun kemarin, pengurangan 100 point akan terjadi jika gagal dalam satu mata pelajaran.

Di sekolah ini, terdapat 4 jenis mata pelajaran:

1. Science atau Ilmu Pengetahuan Alam, meliputi Biologi, Kimia dan Fisika.

2. Mathematics atau Matematika.

3. English atau Bahasa Inggris.

4. Physical Education atau Olahraga.

Jika ditotalkan, maka akan ada 6 mata pelajaran.

Jika seorang siswa gagal dalam 6 mata pelajaran total tersebut, maka dia sudah mendapatkan pengurangan sebanyak 600 point.

Menurut ku itu lumayan banyak, terlebih lagi Pak Smith belum menjelaskan tentang aturan ujian atletik, termasuk bagian point.

"Apa ada pertanyaan lagi?"

"..."

Semuanya diam.

"Baik, karena tidak ada lagi. Kita mulai pelajarannya sekarang!"

Selesai dengan pembahasan ujian Minggu depan, Pak Smith memulai pembelajaran seperti biasa.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C17
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login