"Pelajaran tadi lumayan mudah, Kay."
"Ya karena kau sudah mempelajarinya di sekolahmu dulu kan?."
Canon mengangguk
"Ternyata pembelajaran disini dan di sekolah para jelata sama saja. Tapi disini memakai kasta, sangat berbeda. Jika bukan karena ibu aku tak akan pernah menginjakkan kaki disini." Ujar Canon seraya mengantongi tangannya dan berjalan
Kirene mengangguk dengan mata tertutup sehingga tertabrak punggung Canon yang tiba-tiba berhenti
"Aduh!. Ugh, ada apa?."
Kirene mengikuti arah pandang Canon, yaitu kepada Ophelia. Adiknya itu tengah mengambil buku di loker bersama teman-temannya. Kaki Canon melangkah mendekat
"Hai Ophelia, bagaimana pelajaranmu tadi?." Tanya Canon basa-basi membuat mereka menengok
Mata Ophelia terbelalak marah
"Wahh, ini ya kakakmu yang disebut The Flourishing Newbie?."
"Aku penasaran siapa yang memberikan nama itu." Ucap Canon kesal
"Bukankah sudah jelas?. Seorang putri yang kerjaannya hanya mempermalukan keluarganya. Aku benar kan?!." Serunya menarik perhatian seluruh orang yang berlalu lalang
Canon tersenyum
"Terimakasih, princess … Renata. Tapi bukankah seorang putri tau adab?. Mau bagaimanapun aku lebih tua darimu. Dan apa kau lupa kalau keluarga Zurone berada di peringkat 10?. Yang jelas dibawah Levante, dan aku punya hak untuk membawamu ke hukum. Dan kita lihat siapa yang mempermalukan keluarganya." Ketus Canon
Renata terdiam dengan wajah memerah menahan marah. Melihat seluruh orang yang berbisik tentang dirinya, Renata dkk memutuskan untuk pergi. Ophelia hendak menyusul namun Canon menahan tangannya
"Berhentilah. Mereka hanya memanfaatkan posisimu." Ujar Canon
Ophelia menepis tangan kakaknya keras
"Itu bukan urusanmu!. AKU MEMBENCIMU!." Ophelia berlari pergi
Canon menutup matanya dan menghela nafas. Semua orang menatapnya kasihan, namun Canon hanya tersenyum
"Dia baru masuk masa pubertas, temperamennya sedang buruk. Aku maklumi. Sekarang, ayo cari siapa yang memberikan sebutan itu!." Sentak Canon kesal
Kirene terkekeh
Waktu berlalu dan sudah waktunya pulang ke asrama. Canon berjalan menuju asrama tanpa teman, karena pada pukul 6 sore para peri akan menuju pohon peri untuk berdoa sampai makan malam tiba
"Satu kamar lima orang kan?. Hmm." Canon membaca nama-nama penghuni kamar
Hingga di sebuah kamar, pintunya tiba-tiba terbuka menampilkan seorang gadis dengan sekantung sampah. Mereka bertatapan
"Ah apa kau putri keempat keluarga Levante?."
"Ah ya, sepertinya aku tersesat dan periku sedang pergi." Kekeh Canon
Gadis itu tersenyum lalu membuang sampah terlebih dahulu
"Kamarmu tepat diatas kamar kami. Biar ku antar."
"Thanks alot."
Mereka berdua pun menuju ke lantai atas. Gadis itu bernama Felicia Lagarde, keluarga Lagarde berada di peringkat 7 dan mereka dikenal sebagai keluarga harmonis dan ramah
"Nah ini kamarmu. Senang berkenalan denganmu Princess Canon." Felicia membungkuk anggun dan ramah
Canon hanya membungkukkan kepalanya. Felicia melambai lalu pergi ke kamarnya
"Huft, kok aku gugup. Relax Canon." Canon mengangkat tangannya dan mengetuk pintu
"Sebentar!."
Seorang gadis dengan rambut pendek membukakan pintu, seketika senyumnya mengembang
"Kau putri Canon?!. Astaga akhirnya aku dapat bertemu denganmu secara langsung, guys putri Canon sudah datang!." Teriaknya sambil menarik Canon masuk
"Wah putri Canon!." Mereka berempat membungkuk, sementara Canon hanya menjawab dengan bungkukan kepalanya
"Kami menunggu-nunggu kedatanganmu. Oh iya, namaku Claire Belliard. Aku pemimpin kamar ini." Perempuan berambut pendek tadi, keluarga Belliard berada di posisi 12
"Aku Evelyn Sharelion." Keluarga Sharelion berada di posisi 16
"Aku Zoe Kleverans, seorang balerina." Keluarga Kleverans berada di posisi 15
"Dan aku Shofie Arabelle." Keluarga Arabelle berada di posisi 14
"Ahh, salam kenal. Aku Canondra Levante." Dan keluarga Levante berada di posisi 5
Mereka bertatapan cukup lama. Sepertinya mereka adalah penggemar Canon
"Okey, dimana kasurku?." Tanya Canon menyadarkan mereka
"Oh kasurmu ada di tengah, kami tidur berpasangan. Kami sudah merapikannya supaya kau nyaman putri." Tutur Claire
Canon mengerutkan keningnya dan menggaruk tengkuknya
"Apa kalian merasa berada di bawahku?. Hanya karena posisi keluarga kita?." Keempat gadis itu tersentak
"A-ahh…"
"Tak usah dipikirkan. Disini, di kamar ini, kita adalah sahabat. We're a roommate, and also soulmate. Kalian terlihat jelas sangat mengenalku, tapi kenapa bersikap seperti yang tak ku inginkan?." Tutur Canon membuat mereka berempat terdiam
Canon tersenyum kecil lalu memeriksa lemarinya, ternyata semua barang sudah lengkap disana
"Anu C-Canon…"
"Hm?." Canon berbalik
"Kami minta maaf. Hanya saja kami merasa tak pantas menjadi temanmu." Ujar Evelyn dengan menunduk
"Kalian tahu kan aku bersekolah di sekolah rakyat jelata?. Menurut kalian apa alasan aku ingin kesana?. Aku tak peduli dengan kasta. I just need … a real friend."
Mereka berempat tersenyum dan berlari memeluk Canon
"Thanks Canon."
"Semua orang adalah temanku, bahkan orang jahat sekalipun." Tutur Canon
"Kenapa demikian?." Tanya Shofie. Canon tersenyum kecil
"Karena orang jahat … adalah orang baik yang tersakiti."
Mereka berempat terdiam dan tersenyum. Mereka adalah orang pertama yang melihat sifat asli Canon dan menjadi orang terpercaya Canon di sekolah itu
"Sedang apa kau?!. Bagaimana bisa seorang putri bangsawan merokok?!."
Canon menengok ke bawah. Ia, Valent Vaughn, wakil ketua OSIS terkenal. Keluarga Vaughn berada di urutan ketiga
"This is none of your business, prince. Leave me alone!." Seru Canon sembari mengisap rokoknya
Valent menggeram kesal
"Hey kau The Flourishing Newbie itu kan?!. Baru tiga hari kau sudah berbuat seenaknya, cepat turun atau ku laporkan!." Pekik Valent
Canon menghela nafas lalu meloncat turun. Ia menjatuhkan rokoknya dan menginjak dengan kesal
"Satisfied?. Sekarang menjauhlah." Canon hendak melewati, namun Valent menahan tangannya
"Kau harus diberi hukuman, newbie." Dingin Valent. Canon menepis tangannya
"Okay i'm coming, tapi beritahu aku siapa yang memberi nama itu."
* * * * *
"Dia tak mau memberitahu?!."
"Ya, padahal aku sudah diceramahi selama 5 jam dan menahan kantuk mati-matian. Tapi si OSIS sialan itu tak mau memberitahu." Kesal Canon
"Bukankah sudah jelas?. Pasti Luxtine." Ujar Claire
"Luxtine?."
"Lux Destine, artinya bunga takdir. Sepupumu, Yumna Braille adalah anggota termudanya." Jelas Zoe
"Wow, i never know. Tapi kenapa namanya seperti itu?. Mereka terdengar seperti geng pembully." Komen Canon
"That's right. Mereka merasa seperti ratu takdir. Keluarga Braille berada di posisi 6 bukan, yang paling tinggi adalah keluarga Camellion yang berada di posisi dua." Ujar Evelyn
"Bahkan aku tak bersekolah disini tapi mereka seenaknya memberi nama. Ugh, lihat saja aku tak akan tinggal diam." Sungut Canon kesal
Yang lain hanya tersenyum. Mereka membicarakan hal lain seraya menuju ke tempat makan siang
"Ah itu ada meja kosong, ayo kesan-."
"Ah Flyxie, kalian memang seharusnya di tingkat bawah ya. Terlebih ada The Flourishing Newbie haha."
Canon menatap datar. Gadis berambut biru pendek itu, Ruu Camellion. Bos besar di Luxtine dan geng pembully di Roylt
"Kali ini kami mengalah." Ujar Canon membuat Ruu menyeringai
Canon menarik Shofie pergi dan disusul yang lainnya. Mereka menuju kantin kecil yang menjual makanan ringan
"Apa-apaan itu tadi?. Aku ingin melawan, hanya saja pasti banyak yang akan mengkritikku." Tutur Evelyn
"Ya. Kita akan semakin mempermalukan keluarga kita." Tambah Shofie sendu
"I wanna ask. Setahuku satu kamar akan mendapat nama panggilan jika anggotanya lima orang bukan?. Then who's Flyxie?. Nama itu sudah ada sejak aku belum disini bukan?."
Semuanya terdiam dan menatap Claire
"I guess you should know, Canon. Ayo cari tempat sepi!." Ujar Claire
Mereka mengikuti Claire ke taman. Karena ada bagian yang gelap, Canon tak melihat ada seorang laki-laki berambut merah yang berjalan sambil memainkan handphonenya dan tertabrak. Canon ingin membungkuk maaf, tapi melihat siapa laki-laki itu membuat wajahnya menjadi kesal
"Hoo i don't think we will meet here." Ujar laki-laki itu dengan seringainya
Canon berdecak kesal lalu menarik teman-temannya pergi meninggalkan laki-laki itu yang mengangkat pundaknya lalu pergi ke arah berlawanan
"Kau mengenalnya Canon?." Tanya Zoe
"Siapa sih yang tak mengenal keluarga Tharos?. Si posisi pertama." Ketus Canon
"Dilihat dari nada bicaramu sepertinya kau pernah dekat." Tutur Shofie
"Yeah, 'pernah'."
Semuanya saling tatap bingung
"Oke, jadi ada satu rahasia di Roylt. Yaitu tentang kutukan anggota kelima."
"Kutukan … anggota kelima?."
"Dulu sebelum kami bersekolah, ada seorang perempuan yang memiliki darah haram. Ia adalah hasil dari hubungan terlarang antara raja Lazrilye dan pelayannya, keluarga Lazrilye waktu itu menduduki posisi ketiga sebelum hal ini tersebar membuat nama keluarga itu menghilang di sejarah negri ini." Ujar Claire
"Aku tahu cerita itu." Sendu Canon
"Ya, of course i mean. Dan kau pasti sudah bisa menebaknya bukan?. Anggota kelima kami, Erica Lazrilye. Dia selalu tinggal sendiri, orang-orang diwajibkan untuk menindasnya. Seharusnya ia menduduki peringkat pertama di kelasnya, namun guru maupun murid sama saja. Hingga kami berempat bertemu dengannya, kami bisa paham perasaannya. Kami bersahabat dan itu membuat senyumnya tumbuh dalam pertama kali. Hingga akhirnya, musibah itu datang."
"Musibah apa?."
Melihat Claire yang tak sanggup melanjutkan, Zoe mengambil alih
"Kutukan ini sudah ada sejak orang tua kita bersekolah. Dalam tiga tahun sekali, akan ada murid perempuan dari Roylt … yang mati." Lanjut Zoe
"Mengapa demikian?!." Sentak Canon
"Kami tak tahu pasti. Tapi ini memang selalu terjadi, seperti sudah menjadi kebiasaan di Roylt." Tambah Shofie
"Biasanya yang mati adalah siswi-siswi yang berada di posisi teratas. Tapi untuk pertama kalinya murid Roylt senang dengan kematiannya kak Erica." Sahut Evelyn sambil menenangkan Claire yang menahan tangis
Canon diam
"Kapan … Erica mati?."
"Dua tahun yang lalu."
You may also Like
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT