Download App

Chapter 4: 4. My Older Brother

Fang Ying adalah gadis yang dipenuhi ide dan semangat meski dari luar ia terlihat seperti gadis pendiam dan yang pemalu dan lemah. Tak ada kata menyerah dalam kamusnya. Ia adalah gadis yang sangat keras kepala dan pantang menyerah, apalagi jika berhubungan dengan hal-hal yang ia sukai dan menarik perhatiaannya. 

Semua bukti dari betapa keras kepala dan pantang menyerahnya Fang Ying ada di dalam rak-rak kaca berisi kue-kue lezat ddi toko kuenya. Semua itu hasil dari berbagai eksperimennya yang di laluinya dengan penuh suka duka selama lebih dari sepuluh tahun. Kegagalan baginya sudah menjadi hal biasa seperti makanan sehari-harinya. Semua itu juga yang membuat karakter Fang Ying menjadi gadis yang gigih dan mandiri. 

Strawberry shortcake yang menjadi menu top 1 cake di tokonya pun hasil dari pembangkaran tungku semangat pantang menyerah Fang Ying, meski begitu ia juga masih harus terus mencoba untuk membuat strawberry shortcake yang memiliki kemiripan rasa 100% seperti cake yang diberi chef Zhu dulu. Fang Ying benar-benar telah jatuh cinta pada rasa kue di masa lalu itu. 

Tapi saat ini ia tidak sedang berkesperimen pada strawberry shortcake-nya. 

Kepulan asap hitam baru saja memenuhi dapur Fang Ying. 

"Ah!" Teriak Fang Ying. Ia segera mengeluarkan kue berwarna hitam pekat dari dalam oven sambil terbatuk ringan karena kepulan asap dan udara panas yang menyatu dengan oksigen yang dihirupnya.

Uhuk!. Uhuk!

"Oh ... aku benar-benar menciptakan inovasi kue baru dengan rasa pahit" gumam Fang Ying. Ia mendumal dengan sedikit rasa bangga. Seperti yang sudah dijelaskan tadi. Kegagalan adalah hal biasa dan makanan harian Fang Ying, tapi tak ada yang mengira jika kegagalan telah berkembang menjadi motivasi terbaik bagi Fang Ying. 

Tapi saat ini motivasi dan semangat pantang menyerah sepertinya sangat berlebihan untuk Fang Ying. Ditambah oleh ingatannya tentang senyuman pria yang ia harapakan kedatangannya kembali ke toko kuenya. Semua ini adalah penyebab Fang Ying melamun begitu lama sehingga ia menciptakan inovasi kue barunya itu. 

"Ying'er!. Apa yang kau buat?!. Kenapa ruangan ini sangat berasap dan berbau pahit?. Kemana perginya aroma manis dari kue-kue lezat itu?!" Ucap ayah Fang Ying yang segera datang ke dapur ketika ia melihat ada kepulan asap hitam yang keluar. Nampaknya sang ayah akan melakukan kerja tambahan di toko kue putrinya itu di hari libur kerjanya ini. 

"Oh, ayah kau sudah datang. Kemari dan cobalah" ucap Fang Ying. Ia mendekati ayahnya sembari membawa sepotong kue gosong itu pada ayahnya. 

Ayah Fang Ying menatap ngeri kue berwarna hitam itu lalu berkata dengan sedikit gemetar "Kau menyuruhku memakan kue yang tidak layak dimakan ini?" 

"Apa yang kau bicarakan?. Kata-katamu jahat sekali, padahal kan ayah senang memakan semua kue buatanku ..." ucap Fang Ying dengan manja. 

"Tentu saja aku memakannya karena saat itu kau masih anak kecil yang akan menangis jika aku menolak untuk memakan kue yang kau buat!. Tapi sekarang berbeda!. Kau mau membuatku masuk rumah sakit lagi?" Terang ayah Fang Ying. Dibalik kelezatan kue yang Fang Ying buat, tak ada yang tau jika ada seorang pencicip kue yang sudah beberapa kali masuk rumah sakit karena perutnya bermasalah.

Ayah Fang Ying sudah mendukung kegiatan putrinya sejak putrinya berusia lima tahun dan begitu antusias untuk menjadi chef dan membuat banyak kue dengan berbagai rasa yang unik dan hampir tak ada di dunia. Semua itu adalah rasa cinta yang membuat ayahnya terkena diare tapi ia tak tega jika mengatakan jika masakan Fang Ying tidak enak sehingga harus mematahkan semangat putrinya. 

Fang Ying mengerucutkan bibirnya, "ayolah ayah. Lagian bukankah perutmu sudah kebal racun karena kue-kue gagal buatanku yang kau makan?" 

"Anak ini!" 

Fang Ying hanya tertawa lalu mencicipi sendiri kue gosong itu. 

"Hm. Ini adalah rasa kue gosong ..." ucap Fang Ying.

"Itu memang kue gosong, dasar anak bodoh. Berhentilah bermain-main dan buat kue dengan benar. Kau mau bangkrut?. Lagian kue apa yang sedang kau buat?, sepertinya kau mencoba membua menu baru tiga hari belakangan ini ..."

"Um. Aku sedang mencoba membuat kue yang akan disukai oleh orang yang tidak suka kue ..." 

"Ah. Anak ini sudah tidak tertolong lagi ..." gumam ayah Fang Ying dengan nada menyerah dan pasrah. Entah putrinya itu terlampau jenius atau memang bodoh. Akalnya terkadang tidak dapat dimengerti. 

Tapi, daripada memikirkan isi kepala Fang Ying. Sang ayah lebih memilih mengemukakan isi kepalanya.

"Oh ya. Nanti malam kita akan makan di restoran. Aku sudah mengirim lokasinya ..." 

"Makan di restoran?. Jadi malam ini aku akan bertemu dengan ibu baruku ya?" 

"Ya dan juga kakak barumu. Jadi ingatlah berpakaian dengan baik. Setidaknya di hadapan kakak laki-lakimu, jadilah seorang adik yang terlihat manis" 

"Hmmm" 

"Anak ini pasti tidak mendengarkanku dan sibuk dengan isi kepalanya lagi ..." gumam ayah Fang Ying. Ia menyerah dan lebih memilih pergi ke depan untuk membalik papan Buka di depan pintu toko. 

Sementara itu fikiran Fang Ying akhirnya menemukan jalan dan ia mencoba untuk membuat salted caramel ginger cake. Kebetulan sudah memasuki musim dingin, jadi ia akan mencoba bereksperimen dengan kue itu menggunakan pengembangan resep barunya sendiri dengan memadukannya dengan dark coklat dan blackpepper. 

Waktu berlalu dan malam tiba, namun Fang Ying masih disibukan dengan kegiatan di dapurnya. Karena ini adalah malam minggu, jadi ada banyak orang yang memesan kue bahkan setelah kue-kue di tokonya habis. Kebanyakan pesanan adalah berasal dari orang-orang yang akan memberikannya untuk kekasih mereka. Hari libur adalah hari dimana para pasangan akan menikmati momen bersama dan akan lengkap dengan kue yang manis!. 

Tutt!

Ponsel Fang Ying berdering dan itu adalah panggilan masuk dari ayahnya yang sudah pergi lebih dulu tiga jam yang lalu atau mungkin sudah lebih. Fang Ying benar-benar disibukan dengan pesanan sampai-sampai ia lupa waktu. 

"Halo?"

"Dimana kau?. Ah tidak. Maksudku, cepatlah kemari anak bodoh!. Kau mau semua makananmu dingin?. Jangan membuat mereka menunggumu juga!" Ucap ayah Fang Ying. Ia berbicara dengan sedikit nada marah karena ia tau jika Fang Ying sudah menerima pesanan kue ia pasti akan melupakan waktu, tapi yang membuat ayahnya cemas adalah ketika Fang Ying tidak membatasi penerimaan pesanan kue. Ia takut putrinya akan sakit jika bekerja berlebihan, terlebih ia masih harus bersiap untuk kuliahnya. 

"Iya. Aku segera datang!" Sahut Fang Ying. 

Fang Ying menutup telepon lalu melihat jam dan menjadi terkejut karena ia belum menutup toko dan terus membuka layanan pesanan kue. Itu memang sangat menguntungkan ketika ada banyak pesanan kue, tapi hari ini ia harus bertemu dengan dua orang baru yang akan menjadi keluarga barunya. Setidaknya, ia harus bersikap sopan meski ia sudah telat untuk itu. 

Setelah menutup layanan pesanan dan mengabtar kue pesanan terakhir pembelinya, Fang Ying segera berlari pergi menuju restoran tempat ia akan bertemu dengan dua orang asing yang akan menjadi ibu dan kakak tirinya. 

"Selamat malam" ucap Fang Ying.

"Oh, akhirnya kau datang juga. Cepat duduklah" ucap qyah Fang Ying. 

Fang Ying segera duduk di samping ayahnya dan menghadap ke arah kursi yang kosong. Sementara itu, di samping kursi yang kosong terdapat kursi yang di duduki seorang wanita yang terlihat awet muda. 

"Oh, memang cantik dan manis" fikir Fang Ying ketika melihat sosok wanita yang akan menjadi ibu tirinya. 

Lalu fikiran Fang Ying beralih ke kursi kosong di hadapannya yang mungkin akan menjadi kursi yang akan di duduki oleh calon kakak tirinya, tapi ia penasaran kenapa kursi itu masih kosong?, apakah mungkin orang itu tidak datang karena tidak menerima pernikahan ibunya dengan ayah Fang Ying atau mungkin dia hanya terlambat seperti Fang Ying?. 

"Jadi namamu Luo Fang Ying?, kamu sangat manis" ucap wanita yang telah memperkenalkan namanya. Dia bernama Qiang He dan akan menjadi Luo Qiang He sebentar lagi.

"Terimakasih" ucap Fang Ying. Ia merasa ragu untuk memanggilnya dengan sebutan tante karena sebentar lagi akan menjadi ibunya tapi jika harus memanggilnya dengan sebutan ibu rasanya juga belum bisa karena pernikahan belum berlangsung. 

"Ayo makan" ucap Qiang He. Dia menyodorkan beberapa potong daging bebek peking ke atas mangkuk nasi Fang Ying. 

"Aih, kenapa kau sudah memulainya tanpa putramu?" 

"Tidak sopan jika membuat wanita menunggu" ucap Qiang He, "putraku pasti akan bicara begitu jika aku harus menunggunya" jelas Qiang He. Ia lalu juga memberikan beberapa potong daging ke mangkuk ayah Fang Ying. 

Mereka bertiga berbincang ringan dan Fang Ying memikirkan ucapan yang keluar dari mulut Qiang He. Ia merasa jika Qiang He sangatlah menyayangi putranya. Dia wanita yang lembut dan anggun dan juga dipenuhi senyuman. 

Fang Ying mengingat kata-kata ayahnya beberapa waktu lalu jika ayahnya berkata jika putra Qiang He yang akan menjadi kakak tirinya adalah orang yang mirip dengan ibunya. 

"Jika ibunya seperti ini, bagaimana dengan putranya?. Apakah dia orang yang sangat sopan?. Berapa umurnya?. Apakah dia pria tampan yang murah senyum seperti ibunya?" Fikir Fang Ying. Kepalanya mulai merekontruksi sosok wajah calon kakak tirinya dan entah kenapa yang muncul di fikirannya adalah wajah pria berambut permen kapas itu. 

Tidak!. 

Bruk!

Fang Ying membuat sedikit gaduh dengan berdiri tiba-tiba karena sosok pria permen kapas itu sebenarnya benar-benar muncul di hadapannya!. 


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login