Prastian tidak bisa bersabar lebih lama lagi. wajahnya tampak mengeras. darahnya terasa mendidih, "Jaga mulutmu !! Jangan kurang ajar yah !! Jangan bicara sembarangan !" seru Prastian marah. ia langsung berdiri menghadap kearah sirena, jari telunjuknya menunjuk ke arah wajahnya penuh amarah.
Mata mereka bertemu, mereka saling melotot seolah-olah mereka memang terlahir sebagai musuh. Meskipun prastian merasa awkward harus berteriak melawan seorang wanita. namun Prastian sudah tidak dapat menerima sikap arrogant sirena , yang begitu seenaknya memperlakukan anita.
Melihat itu, Anita spontan memegang tangan Prastian. berusaha menenangkannya. ia menarik satu tangan prastian, agar duduk kembali di kursinya. matanya menatap prastian penuh arti. bagai sebuah kode agar Prastian tidak menanggapi ulah sirena.