Download App
20.58% PERJALANAN SANG SALIK KAKI PALSU / Chapter 7: Perjalanan SULUK di Jalanan 21 Hari #Part. 03

Chapter 7: Perjalanan SULUK di Jalanan 21 Hari #Part. 03

HARI KE DELAPAN

Arjuna pun mengambil Air wudhu dan sholat sunah dua rakaat menunggu solat subuh berjamaah. Selesai sholat dan dzikir.

Bertemu dengan.bapak yang memberikan ubi tadi malam, dan Arjuna pun bangun untuk bersalaman dengannya.

Arjuna berjalan ke arah depan mesjid dan merokok diluar. Badan terasa sakit tapi alhamdulillah kaki nya tidak sakit.

Kembali ke mesjid untuk sholat dhuha dan berjalan ke arah desa yang dituju. Ketemu dengan patokan rumah nya kemudian dia berjalan kembali ke arah kota dan sampailah di sebuah desa yang terlihat sedang membangun menara mesjid. Jam menunjukan jam 11.20 dan Arjuna masuk ke mesjid itu sambil beristirahat sambil masih memakai baju Ngedannya.

Seorang bapak paruh baya mendatanginya,

”Maaf pak darimana dan mau kemana?” katanya.

Perasaan hampir pertanyaan yang sama yang selalu ditanyakan.

“Saya dari Cile*u* pak, mau jalan saja ke mana kaki melangkah,” kataku.

“Oh iya, ini ada minum silahkan pak,” katanya sambil memberikan secangkir teh manis dingin.

“Terima kasih pak, Oh iya ini mau bangun apa pak?” tanyaku.

“Menara.mesjid pak, dibawah nya tempat wudhu dan tengah itu mau dibuat tempat istirahat,” kata nya.

“Maaf pak dengan pak siapa? saya Adji pak?”sambil mengulurkan tangan.

“Saya, Arjuna pak,”sambil menyambut uluran tangannya.

“Darimana pak?bapak lagi musafir ya?” katanya.

"Saya dari ci*ed*g pak, mau jalan saja kemana kaki melangkah, dan ya sebenarnya hampir seperti musafir pak, kami menyebutnya amaliah Ngedan,”jawabku.

Akhirnya saja jelaskan lagi ke dia mengenai amaliah Ngedan, dan dia paham maksudnya.

"Bapak, sepertinya sudah tinggi iman nya,” kata Pak Adji.

“Masih belajar pak, tinggi atau rendah saya tidak tau karena menurut saya iman itu ada di dalam hati pak dan hanya Allah yang tau Iman kita tinggi atau tidak,” Sahutku.

Tiba-tiba datanglah paket makan siang mereka, dan yang kerja berhenti bekerja untuk makan siang.

“Din, ini tolong ambilkan 1 piring buat pak Arjuna ini, minumnya sekalian dan kopi nya,” kata pak Adji.

Kemudian pak Jainudin bawa sepiring nasi lengkap dengan lauk dan sayur juga segelas kopi dan minum air mineral.

“Yuk makan pak, silahkan,” kata pak Adji sambil dia juga ikut makan. Orang nya gemuk dan ternyata dia sudah haji dan salah satu donatur di mesjid ini juga untuk pembuatan menara mesjid ini.

Luar biasa, orangnya ramah, baik dan suka sedekah, menurut orang sana Pak Adji dan kakaknya selalu sedekah setiap hari jumat ke empat kepada fakir miskin di desanya, kadang dari desa lain datang, walaupun hanya sedikit saja tapi bisa ratusan orang yang datang.

Orang kayak gini harusnya ada di suatu desa paling tidak ada 10 orang, supaya desanya makmur hehehehe...

Setelah makan dan merokok sholat dzuhur berjamaah, mereka lanjut bekerja setelah jam 1 siang dan Arjuna pun pamit melanjutkan perjalanan ke kota.

Tidak lama sebelum maghrib dia dah sampai di mesjid Agung kota Kuningan dan sholat adzar dulu karena masih ada sekitar 35 menit menuju adzan Maghrib.

Arjuna sholat maghrib dan isya di mesjid agung dan setelah semua selesai pergi ke alun-alun yang ada di seberang mesjid. Dan beristirahat disana dan tidur disana. Walaupun dingin, dia kuatkan untuk tetap bisa tidur dilokasi tersebut.

********

HARI KE SEMBILAN

Setelah sholat subuh berjamaah di mesjid agung kuningan dia jalan-jalan keliling kota. dan sehabis sholat adzhar dia kembali ke mesjid yang dibangun menara nya.

Sampai disana sekitar jam 10 malam, dan disana ada pak Adji dan beberapa orang berkumpul, setelah sampai Arjuna mengganti bajunya dan sholat Isya dulu sampai selesai dzikir nya.

Dan dia keluar bertemu dengan Haji Adji dan marbot juga ketua DKM nya. Mereka bertanya lagi,

”Abis dari kota pak?” tanya pak Adji.

”Iya pak haji, lagi apa nih? kayaknya seru".

Akhirnya Arjuna terlibat pembicaraan mengenai islam dan iman yang mereka bahas. Jam 1 malam tiba-tiba Pak haji nyuruh marbot mesjid untuk beli nasi Bebek,

”Din beli 4 bungkus ya dan beli rokok 2 bungkus buat pak Arjuna," katanya.

Wah, makan malam juga akhirnya, karena seharian Arjuna baru makan siang saja dikasih sama orang jualan mie ayam di kota, dan baru makan lagi ya malam ini dikasih sama pak Adji.

Setelah makan malam bersama, mereka bubar dan Arjuna pun tidur diteras mesjid yang dingin.

****

HARI KE SEPULUH

Pagi setelah sholat subuh, Arjuna meneruskan dzikirnya dan setelah sholat dhuha Arjuna lanjut jalan saja ke arah Luragung dan jalan mumpung masih tidak panas jadi memang agak cepat Arjuna jalan.

Baru keluar dari Mesjid 50 meter saja sudah ada yang manggil,

”Pak, sini mampir makan bubur ayam,” kata bapak di seberang jalan.' Kok kenal ya ', pikirnya.

“Iya pak sebentar,” kataku dan aku berjalan menyeberang jalan, bapak itu langsung memesan,

”Mang bikinin satu mangkok lagi komplit ya dengan tusukannya,” katanya.

“Sini pak duduk, sebelah sini,” katanya.

“Pak, boleh gak saya minta tolong ke bapak abis ini?” katanya.

“Bantuan apa, pak?” kataku.

“Yah, nanti saja pak, abis makan bubur kita ke rumah saya ya pak, penting...hehehe,” katanya.

“Ya, Insya Allah pak...,”jawabku.

Bubur ayam langsung kulahap habis, dan mau tambah gak enak hehehehe...

“Pak, buatkan satu lagi sama kayak ini ya,” katanya. Setelah datang bubur ayam nya dia kasih ke saya mangkok nya,

”Ini, buat bapak lagi, biar kenyang,” katanya.

“Wah, kok buat saya pak?” kataku.

“Iyalah pak, bapak biar kuat jalannya...hehehe,” katanya.

Ternyata dia juga ada waktu tadi malam berkumpul di teras mesjid dengan pak Adji dan dia menyimak semua yang saya bicarakan dengan mereka. Tak banyak yang dilakukanku hanya tadi malam juga memang mengobati orang yang sakit sudah bertahun-tahun lamanya dan langsung sakitnya berkurang banyak.

Setelah semuanya selesai dia mengajak saya pergi ke rumahnya,

”Ayuk pak, ini sudah saya bayar semua dan kita ke rumah saya dulu,” katanya.

“Ya pak, terima kasih banyak atas kebaikan bapak semoga dibalas Allah segala kebaikan bapak,” kataku.

”Aamiin...,” katanya.

Jalan beberapa rumah ke bawah tak jauh dari jalan raya akhirnya sampai di rumahnya. Arjuna dipersilahkan masuk dan dibuatkan kopi hitam.

“Pak maaf, sebenarnya saya hanya ingin minta amalan pak buat selamat dunia akhirat dan membuka rejeki saya, katanya.

“Oh amalan...tapi maaf pak saya tidak bisa memberikan amalan sekarang, tapi kalau bapak nanti mau bisa memberikan Alfatehah atau sholawat untuk Kanjeng Nabi Muhammad SAW, tapi sekali duduk ya pak diusahakan,” kataku, sambil kumenuliskan tawasul nya ke dia di buku.

Setelah menghabiskan kopi dan merokok 3 batang saja dan diisi dengan obrolan sekitar amalan yang tawasul yang aku berikan, dia pamitan mau melanjutkan perjalanan Ngedannya.

“Assalamualaikum pak, terima kasih banyak atas jamuannya,” kataku.

“Wa'alaikumsalam, sama sama pak, hati-hati di jalan,” katanya.

Abis itu Arjuna pergi ke tujuan sebelumnya, baru 100 meter jalam ada lagi yang panggil Arjuna setelah mengganggukan kepala kepada orang tua de seberang jalan, dia jualan nasi rames dan dia memanggil Arjuna agar mampir.

“Pak mampir, ayo ke sini,” katanya.”Ya pak,”saya menyeberang kembali.

"Asssalamu'alaikum pak, saya Arjuna,” kataku.

“Wa'alaikumsalam, saya liat bapak lewat waktu siang dua hari lalu tadinya mau saya panggil pak, mau ngobrol saja dengan bapak, hmm bapak musafir ya?" tanyanya.

“Bukan pak, saya sedang menjalani amaliah Ngedan pak,” kemudian Arjuna jelaskan ke bapaknya.

“Kalau gitu, bapak sudah makan belum?” katanya.

“Sudah pak saya sudah kenyang tadi ditawari bubut ayam diatas dekat mesjid. Memang kenapa pak?” tanyaku.

“Ya gak papa, saya siapkan makan dulu ya pak, nanti Kalau gak habis bisa bapak bawa nanti saya siapkan dulu,” katanya.

“Aduh pak merepotkan bapak saja,” kataku.

Dia akhirnya menyiapkan nasi bungkus lengkap dengan lauk, dan pisang juga minum air teh hangat di plastik

“Wah, terima kasih pak, semoga kebaikan bapak dibalas oleh Allah berlipat-lipat kali,” kataku.

"Aamiin pak terima kasih doanya, nanti Kalau lewat sini lagi mampir ya pak, selalu terbuka buat bapa dan jangan malu-malu ya,” katanya.

“Ya pak, Insha Allah ya...,” kataku.

“Oh iya, saya lupa buatkan kopi, kopi hitam ya pak?” katanya.

“Boleh, pak silahkan,"

Dibuatkan kopi hitam dan diantar oleh anak perempuan nya, cantik, dan sudah menikah punya anak 1, tapi seluruh badan yang saya liat (karena tak pakai jilbab) penuh dengan tato.

“Terima kasih, Neng,” kataku.

“Ya pak silahkan diminum,” katanya.

Aku menyeruput kopi yang disuguhkannya, dan kukeluarkan rokok dan menghisap nya. Tak terasa sudah jam 11 siang dan akhirnya aku pamit untuk berjalan lagi, setelah mengucapkan salam Arjuna pergi.

Tak Jauh dari situ ada mesjid jamii, tapi masih terlalu cepat, sudah banyak istirahat tadi jadi melanjutkan perjalanan kembali ke arah yang dituju.

Jala mulai menanjak terus tak ada datar atau pun menurun, mulai ada kendala di kakiku dan agak longgar, kayak nya harus berhenti deh...

Kebetulan ke depan pas liat tempat duduk kayu didepan persis sebuah kios ikan bakar pinggir jalan, Arjuna menuju ke bangku tersebut.

Di dekat kursi nya ada pemilik warung nasi tersebut sedang membakar batok kelapa yang akan dibuat membakar ikan Kalau ada yang beli atau makan disana.

Ikan Bakar Ethong....saya baru liat ini rumah makan jenis gini, apa aku yang kuper yaa...heheheh

“Assalamualaikum pak, saya numpang duduk ya betulkan kaki palsu saya,” kataku.

“Oh, silahkan pak masuk ajah gak enak diluar dilihat orang banyak,” katanya.

“Oh, baik pak, terima kasih sebelumnya,” sahutku.

Arjuna membuka semua kaos kakinya dan memakai ulang kembali setelah dia banjur dengan air mineral gelas yang dia punya.

“Alhamdulillah, sedang mau ke arah mana pak?, tanyanya.

“Mau ke arah sana pak,” kataku sambil menunjuk arah ke atas.

“Istirahat saja dulu pak, ini saya buat kan minum dulu yaa, kopi atau teh?, katanya.

“Teh saja pak, saya sudah banyak ngopi dari tadi,” kataku.

“Kalau gitu ini, teh botol dingin aja ya...,”sahutnya.

“Ya, boleh pak silahkan, terima kasih sebelumnya,” kataku.

Tiba-tiba hujan deras dan lama sekali hujan nya sampai warung nya bocor di beberapa tempat. Arjuna ikut membantu nya membereksn barang-barang yang terkena bocoran dipinggirkan.

Warungnya banyak burungnya, penggemar burung juga bapaknya dan burung nya juga bagus-bagus bunyinya

"Wah, burungnya bunyi semua pak,” kataku.

“Iya pak, alhamdulillah,” katanya.

“Mau makan apa pak?, katanya.

“Nanti saja pak, masih kenyang saya, ini ajah belum dimakan,” kataku sambil menunjukan nasi bungkus.

“Ya, nanti Kalau mau makan bisa tambah lauk nya pak, pilih saja ya..,” katanya.

***

Setelah Arjuna enakan kaki palsunya dipakai kembali dan dia membuka nasi bungkus yang diberikan dari bapak tadi, dia makan dengan sangat lahap. Nggak tau ya, pada waktu ngedan perut itu sering laparnya, dan Kalau dikasih nasi dengan kerupuk saja atau nasi sebakul dengan kecap saja ya habis saja, itulah keridhoan kita terhadap perjalanan kita sendiri sehingga perut membuka jalan saja buat makanan yang masuk.

“Pak ini tambah ikan ethong nya, kebetulan ada potongan kecil nih pak,” katanya sambil menambahkan ikan ethong setengah potong.

“Aduh terima kasih pak, semoga Allah membalas kebaikan bapak,” kataku.

' Enak juga nih ikan bakarnya, terima kasih ya Allah atas rejeki dariMu' batinku.

“Alhamdulillah kenyang pak terima kasih banyak,”sambil aku bereskan bungkus nasinya.

Kuminum dan membakar sebatang rokok dan menghisap secara hakikat.

"Pak, kayak nya dah dzuhur ya?” kataku sambil kulihat jam dinding di warung nasinya.

"Sudah daritadi pak, mungkin bapak gak kedengeran azan di mesjid depan,” katanya.

“Waduh, dah jam 1 ya?nanti saya ke mesjid dulu pak mau sholat dzuhur,” kataku.

“Silahkan pak,” katanya.

Kuhabiskan rokok dan minumnya dan kupergi ke mesjid dan membawa naju sholat dan menggantinya di dalam toilet nya. Ambil wudhu dan sholat sendiri sampai selesai dzikir kembali ke warung nasi ethong itu. Baju sholat tak kulepas, soalnya gak enak di rumah makan itu masih pake baju Ngedan, nanti kalau ada orang yang mau beli tidak jadi liat saya.

Setelah sampai sana aku duduk, dan ada kawan dari pemilik warung itu yang ternyata namanya Pak Gilang, dia duduk bersama dengan kawan dekatnya mengaji dulu di daerah kesunanan cirebon namanya Pak Joni.

Setelah bersalaman dengan Pak Joni saya melanjutkan merokok dan minum kopi. Pak Gilang tiba-tiba bawa sebuah buku Fotocopi mengenai ajaran yang katanya torekoh dari cirebon dan dia menjelaskan seluruhnya kepada Arjuna.

Arjuna manggut- manggut ajah karena tidak begitu paham Sanad nya. Jadi Kalau ajaran apapun, atau amalan apapun yang kita baca itu harus bersanad karena Kalau tidak bersanad sampai ke Rasulullah dan kemudian ke Allah akan memberikan efek buruk ke badan kita sendiri. Jin, siluman, setan dan iblis akan bersarang di badan kita karena amalan yang kita baca itu.

*******

Akhirnya Arjuna minta ijin ke kamar mandi untuk mengganti baju Ngedan nya. Setelah ganti dia pamitan ke Pak Gilang untuk melanjutkan perjalanan ke atas.

Sebelumnya, mengucapkan terima kasih kepada pak Gilang, akan kebaikannya.

Di jalan, selama masa pandemi virus korona sepi dan tidak ramai seperti biasa nya kalau normal. Kadang Arjuna merasa sendiri di jalan.

Terus ku berjalan, dapatlah sekitar 2 Km eh dah azan Ashar, masuklah ke mesjid di depan sekitar 30 meter saja, tapi mesjid ini bukan mesjid Jamii dan sedang di renovasi jadi Arjuna bingung masuknya dari sebelah mana. Kalau mau ke dalam harus muter dulu, dan kemudian sesudah sholat dan dzikir, keluarlah melanjutkan perjalanan dan tiba-tiba hujan besar lagi, untung ada warung mie ayam.

Sambil ijin sama yang punya warung untuk berteduh Arjuna membakar sebatang rokok nya. Sebagian celana dan bajunya basah dan duduk didepan saja gak di dalam warung karena ada yang beli beberapa orang jadi takut mengganggu.

Lama sekitar 1 jam hujan nya lebat sekali dan akhirnya sesudah hujan berhenti dia melanjutkan perjalanannya.

Sambil ber sholawat dan berusaha untuk mantengkan Lafadz Allah di dada agar tidak ada gangguan dari gaib di jalan.

Hujan masih gerimis, tak menyurutkan perjalanan Arjuna. Azan Maghrib berkumandang dan masih belum ketemu mesjid karena belum ada perkampungan yang Arjuna lewati, setelah 15 menit kemudian, barulah ada mesjid jamii dan orang baru saja selesai solat maghrib berjamaah. Arjuna masuk dan mengganti baju Ngedan nya. Arjuna sholat dan berdzikir. Dia menunggu sampai sholat Isya, setelah berdzikir Kemudian keluar saja di teras mesjid untuk melakukan dzikir waqiah dan baca surat Al-Khafi. Benar aja pas waktu waqiahan mesjid dikunci dan lampu banyak yang dimatikan jadi agak temaram karena tidak banyak cahaya yang ada. Untung sudah hapal waqiah tetapi pas baca surat Al-Khafi agak kesulitan.

Ternyata malam itu hujan sudah berhenti dan kegiatan di desa itu lumayan ramai, banyak yang lalu lalang dan banyak yang nongkrong di kafe di depan mesjid jamii ini. Masuklah dua orang muda dengan bermotor dan dia ambil air wudhu dan sholat berjamaah diluar.

Karena saya masih merokok dan masih memakai pakaian sholat, dia nyamperin Arjuna dan berkata,

”Assalamualaikum mas, sudah lama disini?".

“Wa'alaikum salam. Abis selesai sholat saya juga mas,” kataku.

”Darimana mas ?kehujanan gak tadi” tanyaku.

“Abis dari lampu merah pak, mau pulang tadi kena hujan sedikit, kayak nya tadi mau ke arah sana cuma kok besok mau jualan lagi mas di lampu merah tadi” kata dia.

“Loh memang jualan apa?kok di lampu merah?” tanyaku.

"Ini pak jualan tempelan ketupat, buat di kaca mobil,”sambil dia menunjukan barang dagangannya.

“Lumayan laris tidak mas tadi?” tanyaku.

“Cuma laku 3 pak, tadi hujan terus dari siang jadi gak banyak yang beli,” katanya.

“Mas mau bermalam disini?” katanya.

”Wah, gak tau mas memang kenapa?” kataku.

“Kalau memang mau bermalam disini saya temani mas,” katanya.

“Besok, soalnya mau jualan lagi di sana tanggung barang masih banyak sih,” katanya.

“Ya, boleh aja mas,” kataku.

“Ini, ada rokok mas, silahkan,” kataku,

”Cuma kopinya gak ada...Hehehhe,” kataku.

“Ada mas rokok sih, Sebentar mas saya beli kopinya..., kopi hitam ya mas?” katanya.

“Ya boleh mas. Terima kasih sebelumnya,” kataku

“Oh iya mas, sudah makan juga belum?” tanyanya.

"Belum sih, memang kenapa?” tanyaku.

“Ya, nanti sekalian saya belikan ya mas,” katanya.

“Terima kasih sebelumnya mas,” kataku.

“Oh iya, nama saya Arjuna, mas siapa?”sambil saya ulurkan tangan saya.

“Junaidi mas, dan teman saya itu, Eko,” katanya.

“Baik mas Jun dan mas Eko, salam kenal,” kataku.

“Sebentar mas, saya ke depan dulu cari kopi dan beli nasi,” katanya.

“Ya mas...silahkan,” kataku.

Dan setelah semua datang kami semua makan bersama dan saling bercerita. Ternyata mereka berdua juga ambil barang dagang dari kawannya dan jual dengan mengambil keuntungan.

****

Sholat Subuh berjamaah paginya Arjuna di mesjid itu, Junaidi dan Eko juga ikut berjamaah. Selesai dzikir dia melanjutkan baca surat Al-Khafi. Junaidi dan Eko bersiap-siap mau ke lampu merah, dan pamit ke Arjuna.

“Mas, kami berangkat ya, terima kasih nasehat dan wejangannya tadi malam, saya jadi merasa lebih bersemangat dalam ibadah, semoga Allah selalu melindungi Mas, yah,” kata Junaidi sambil bersalaman.

“Ya, mas sampai ketemu lagi Kalau ada jodoh,” kataku.

“Assalamualaikum mas,”sahut mas Junaidi.

“Wa'alaikumsalam,” kataku.

Akhirnya Arjuna tertidur lagi karena udaranya masih dingin diluar mesjid, dia masih memakai sarung sambil melingkarkan badannya.

****

Note. Terima kasih Para Pembaca yang setia! saya harapkan kalian berikan Komen di setiap bab dan berikan Like dan jadikan Novel saya ini di dalam perpustakaan anda! Kami akan selalu mendoakan kalian selalu sehat dan dalam Lindungan sang Pencipta, Aamiin...

PERJALANAN SANG SALIK KAKI PALSU

By . SKI


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C7
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login