Download App
66.66% High School of the Ascentors / Chapter 2: bab 2: Sapu tangan

Chapter 2: bab 2: Sapu tangan

Untuk kesekian kalinya, gadis usia lima belas tahun itu melihat pertengkaran antara kedua orang tuanya . Si ayah yang sedang mabuk berat marah marah tidak jelas kepada istrinya.

Sedangkan si ibu yang sedang frustasi akibat bisnisnya yang sedang anjlok parah, tidak henti hentinya memarahi suaminya. Menyalahkannya atas ketidak becusannya dalam mengelola bisnis keluarga.

Nyatanya mereka berdua hanya tahu cara menghabiskan uang dari perusahaan yang diwariskan oleh keluarga keduanya tanpa tahu cara mendapatkan harta mereka kembali. Kedua orang yang bertengkar itu bernama Zhang Jie dan Bai Ling.

Dulu keluarga dari Zhang jie dan Bai ling adalah pemilik dari dua perusahaan yang sangat besar. penjodohan mereka bahkan disebut sebut sebagai pondasi awal bagi perusahaan yang akan merajai pasar dunia selama Beberapa dekade kedepan.

Namun hal itu justru tidak berjalan sesuai mestinya. Setelah meninggalnya ayah dari Zhang Jie kepemilikan atas perusahaan Zhang dliwariskan ke Zhang Jie yang waktu itu belum matang dalam memanajemen perusahaan. Saat itu Zhang Jie hanyalah seorang pria yang suka berfoya foya dan tidak kenal rasa tanggung jawab.

Zhang Jie, bahkan tidak mau menghadiri pemakaman ayahnya sendiri. Meski begitu, pihak perusahaan selalu bisa menutup-nutupi setiap perbuatan buruk ini dari media.

Bai ling juga satu-satunya keturunan dari pemilik perusahaan bai. Dia adalah anak yang sangat manja saat sebelum menikah. Di mau menikah awalnya juga hanya karena terpaksa.

Ayahnya bai ling khawatir dengan ketidakmampuan anaknya untuk jadi penerus perusahaan. Kemudian dia memiliki inisiatif untuk menikahkan putrinya dengan Zhang Jie, penerus dari perusahaan Zhang

Dengan adanya hubungan itu dia berharap perusahaan yang telah dibangun nya dengan jerih payah itu bisa terus berjaya di masa depan.

Gadis kecil itu memilih untuk masuk kedalam kamar dan menguncinya dari dalam. Seorang pelayan wanita sudah berada dikamar si Gadis terlebih dahulu. Mereka punya masalah besar yang harus diselesaikan secepatnya.

"Nona xinyi, semuanya sudah siap." Ucap pelayan yang setia pada gadis itu

Malam ini juga gadis bernama Bai Xinyi

itu berniat kabur dari rumahnya sendiri. Dia sudah tidak betah lagi dengan segala macam masalah didalam keluarganya.

"aku akan sampai di gerbang depan sekitar lima belas menit lagi. Aku harap semua sudah disiapkan dengan benar."

"Semua sudah disiapkan dengan baik."

"Bagus. Sekarang lakukan tugasmu. Jangan sampai orang tuaku tahu aku tidak ada dikamar."

Berbagai macam persiapan telah dibuat sedemikian rupa agar bisa menyukseskan usaha kabur Xinyi kali ini. Xinyi telah menyuruh para pelayanan setianya untuk mengalihkan perhatian orang tuanya dan para penjaga. Selanjutnya Xinyi harus bergantung pada diri sendiri.

Pertama-tama Xinyi turun dari kamarnya yang berada di lantai 3 dengan menggunakan tali tambang dan beberapa kayu yang telah di bentuk hingga menjadi seperti sebuah tangga.

Tali tambang dan kayu itu adalah barang seludupan. Setiap hari para pelayan dengan bertahap membawa barang-barang itu kekamar Xinyi. Penyeludupan berjalan sangat sempurna sampai-sampai tidak ada pihak lain yang tahu.

Setibanya dibawah Xinyi masih harus menghadapi anjing penjaga. Anjing penjaga rumah keluarga Zhang adalah Australian Shepherdyang yang berukuran cukup besar.

"Sstt... anjing manis... jangan berisik ya.. ini kukasih makanan. kau lapar kan?"

Xinyi menaruh makanan sereal pada mangkuk anjing. Xinyi juga mengelus bulu-bulu lembut anjing tersebut.

Untungnya anjing penjaga bisa mengenali dan patuh pada Xinyi. Karena sekali saja anjing itu menggonggong, para penjaga akan datang dan usaha kaburnya jadi sia-sia.

Masalah berikutnya adalah tembok tinggi. Xinyi tidak dapat menemukan tangga yang cukup tinggi untuk memanjatnya. Pilihan Xinyi satu-satunya adalah mengalihkan perhatian semua penjaga yang ada. Keluar lewat gerbang.

Dikejauhan muncul warna merah yang semakin terang. Pancaran hawa hangat juga mulai terasa bahkan di tempat Xinyi sekarang bersembunyi. Dibalik pot tumbuhan besar dekat gerbang masuk.

"Tolong.. tolong ada kebakaran." Teriak pelayan Xinyi dari kejauhan.

"Kebakaran? Lihat! di taman belakang rumah."

"Ayo pergi."

Sesuai dengan yang Xinyi harapkan, para penjaga gerbang bergegas pergi menuju ke taman belakang. Hanya tersisa satu orang yang tetap berjaga.

Xinyi berjalan mengendap-endap kebelakang penjaga itu dan menyuntikkan obat tidur yang bereaksi seketika. Xinyi berjalan keluar gerbang. Namun, langkahnya terhenti ketika seseorang memanggilnya dari belakang.

"Berhenti!" Perintah seseorang dari belakang Xinyi.

"Meski anda sudah menyusun rencana kabur yang cukup cersik. Tapi itu masih belum cukup untuk mengelabuhi pria tua ini."

Seorang pria tua mengenakan setelan jas hitam muncul entah darimana. Umurnya sekitar 60 an. Dia adalah Jim Forger. Mantan detektif swasta dari Amerika yang sekarang bekerja sebagai kepala bodyguard keluarga zhang.

"Aku mau kabur. Aku perintahkan kau untuk tidak menghalangiku." Perintah Xinyi.

"Maaf atas kelancangan saya. Namun, saya hanya mematuhi perintah Tuan Zhang dan Nyonya Bai." Kata Jim tidak bisa di nego.

"Meski begitu aku juga tetaplah atasanmu disini. Biarkan aku pergi. "

"Anda tidak boleh pergi nona."

"Kenapa tidak boleh? Bukannya anda tahu sendiri bagaimana keadaan keluargaku sekarang? Aku selalu saja merasa kecewa saat melihat kedua orang tuaku bertengkar. Jika aku tinggal terlalu lama disini. Aku khawatir kalau dimasa depan, aku hanya akan menjadi orang egois seperti mereka. Aku hanya ingin hidup seperti anak pada umumnya."

"Tinggal bersama orang tua adalah hal paling umum bagi seorang anak SMP. "

"Tahun ini aku sudah SMA bukan lagi anak SMP." Ralat Xinyi.

"Saya tidak peduli."

"Baiklah kalau begitu."

Xinyi berlutut dan menyatukan kedua telapak tangannya untuk memohon kepada Jim.

"Nona!! Apa yang anda lakukan? Sangat tidak pantas bagi seorang majikan berlutut pada bawahan."

"Kumohon... Hanya ini harapanku satu-satunya. Aku ingin mencari jati diriku, mencari teman dan menikmati masa mudaku."

Jim merasa bersalah sekaligus cemas. Dunia luar bukanlah tempat yang baik bagi anak SMP untuk tumbuh sendiri. Namun, bukan berarti tetap membuat Nonanya untuk tinggal dirumah bisa lebih baik

"Dengarkan saya. Dunia luar berbeda dengan yang ada di buku fiksi yang sering nona baca. Nyatanya, dunia luar tidak seindah itu. Bahkan hanya dalam beberapa hari saja, saya yakin nona akan rindu rumah."

"Aku tahu itu . Dan aku jamin hal buruk tidak akan pernah terjadi padaku."

"Kalau begitu beri tahu saya, jaminan seperti apa yang nona maksud? Jika nona hanya berpikir akan pergi ke dunia luar tanpa rencana yang matang sama sekali. Jangan harap bisa meninggalkan gerbang ini."

"Ini jaminan ku."

Xinyi menunjukkan kartu. Itu adalah Reeve pass. Sebuah barang langka yang bisa digunakan untuk mengakses coin.

Jim terkaget. Xinyi selalu berada didalam area rumah tanpa pernah keluar sekalipun. Jangankan mendapatkan mendapatkannya. Bisa tahu informasi tentang Reeve pass saja seharusnya mustahil bagi Xinyi.

"Nona dapat dari mana benda ini? "

"Tidak penting aku dapat darimana. Dengan ini harusnya Anda sudah mengerti seberapa besar jaminan ku ini."

Jim berpikir cukup lama sebelum akhirnya berani untuk memutuskan.

"Huh... baiklah, sepertinya tidak ada alasan lagi aku mencegahmu disini. Cepatlah pergi! Sebelum aku berubah pikiran."

Melepas Xinyi untuk pergi ke dunia luar adalah dilema yang berat bagi Jim. Bagi Jim, Xinyi sudah seperti anaknya sendiri. Seringkali Jim merasa kasihan karena Xinyi tidak pernah diperbolehkan untuk keluar area rumah oleh kedua orang tuanya kandungnya.

Sejak kecil Xinyi hanya bisa bermain dengan para pelayan. Jim juga pernah beberapa kali mengajari Xinyi memanah dan berkuda.

Namun, pada akhirnya Xinyi memang harus pergi dari rumah. Jim selalu melihat Xinyi saat berlatih memanah. Dia tidak pernah serius., karena bukan itu yang Xinyi inginkan. Benar kata xinyi, dia butuh untuk mencari jati dirinya sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain.

Malam ini Jim tidak menyesal sama sekali akan keputusannya. Dia bahkan senang bisa melihat Xinyi yang pergi menjauh dari rumah bak penjara itu.

Beberapa jam setelahnya, Xinyi sudah sampai di bandara. Rasa mual yang cukup parah membuatnya tidak bisa berhenti muntah. Selama hidupnya baru kali ini Xinyi naik mobil. Ditambah lagi, pengemudi taksi yang dinaiki Xinyi melaju dengan kecepatan yang tidak biasa.

"Butuh sapu tangan?" Tanya seorang pria. sambil mengulurkan sapu tangan miliknya.

"Terimakasih" Xinyi langsung mengambil sapu tangan itu begitu saja. Otaknya terlalu malas untuk berpikir dua kali.

"Sama-sama"

Xinyi kembali muntah untuk kesekian kalinya, baru setelah itu dia mulai lemas dan sedikit lega. Xinyi berbalik badan. Menatap pria yang memberi nya sapu tangan lekat-lekat.

"Sudah baikan?" Tanya pria itu.

Xinyi hanya mengangguk, sengaja menghemat energi dengan tidak berbicara.

"Kunyah ini. Barangkali bisa meringankan mabuk lautmu."

Pria itu melemparkan satu wadah besar permen karet kepada xinyi. Meski penglihatan nya sedikit buram Xinyi berhasil menangkap permen karet itu.

Dengan ragu xinyi memasukkan satu permen karet kedalam mulut lalu mulai mengunyah. Tidak terjadi apa-apa. Setidaknya permen karet nya tidak beracun.

"Aku pernah membaca sebuah artikel tentang permen karet yang mampu membuat orang mabuk kendaraan menjadi lebih baik. Makanya aku selalu bawa buat Jaga-jaga"

"Emm... terima kasih. "

"Kau sudah berterima kasih tadi. Kalau begitu aku pergi dulu. Simpan saja permen karetnya. Kau lebih membutuhkannya daripada aku."

Pria itu beranjak pergi sebelum Xinyi sempat membalas kebaikannya. Tanpa pikir panjang Xinyi memanggilnya.

"Anu, siapa namamu?"

Pria itu berbalik. Lalu menjawab.

"Reynold grisham. Panggil saja Reyn."

"Reynold? nama macam apa itu? jelek sekali."

Sifat bagai tuan putri Xinyi yaitu suka menghujat hal yang tidak dia sukai, kembali muncul. Namun, memang benar nama reynold terdengar sangat aneh di telinga xinyi. Mungkin karena dia orang china tulen.

"Yang pasti bukan nama china. Kau sendiri? Siapa namamu?"

Reynold tidak menanggapi hujatan Xinyi, dia justru terlihat santai sekali akan hal itu. Xnyi ingin memberitahukan namanya pada reyn, tapi entah kenapa Xinyi merasa kalau Reynold sepertinya tidak suka nama orang china.

"xi..yi...a" Xinyi berpikir sambil mengucapkan sebagian dari apa yang dia pikirkan.

"Siapa?"

"Alicia. Namaku Alicia Christine. Senang berkenalan denganmu." Xinyi mengucapkan nama itu berusaha sefasih yang dia bisa. Sedari tadi mereka berdua berbicara dalam bahasa Mandarin.

Xinyi sendiri tidak bisa fasih dalam bicara selain menggunakan bahasa Mandarin. meski begitu dia juga sudah belajar sedikit-sedikit mengenai pronunciation bahasa Inggris.

"Alicia? Boleh juga namamu itu."

"Penerbangan ke bandara djuanda Indonesia akan segera berangkat dalam lima belas menit. mohon bagi penumpang....."

"Ah, maaf aku harus pergi sekarang." kata Xinyi agak gelisah. Dia tidak boleh ketinggalan pesawat.

Saat sudah berjalan cukup jauh Xinyi baru sadar kalau dia belum mengembaikan sapu tangan milik Reynold. Namun, saat melihat kebelakang lagi Reynold sudah pergi entah kemana. Xinyi tidak begitu hafal dengan setelan pakaian Reyn jadi dia memutuskan untuk menyerah mencari.

Perjalanan udara dari bandara Changshui kunming menuju ke bandara Djuanda Surabaya begitu cepat berakhir. Xinyi merasa kalau dia baru saja duduk dan sekarang sudah disuruh berdiri lagi.

Setelah sampai di Indonesia, Xinyi segera memesan jasa transportasi online di aplikasi yang dia ketahui dari salah seorang pelayannya dirumah. Aplikasi tersebut bernama Grap.

"Tolong antar saya ke tempat ini." Sambil menunjukkan lokasi yang tergambar di tablet milik Alicia.

"Pelabuhan?" Tanya sopir memastikan.

"Benar, saya ada urusan di pulau Aldrich."

Xinyi menggunakan bahasa Inggris yang buruk. Namun, sang Sopir masih bisa paham dengan apa yang dimaksud Xinyi.

"Apakah kamu juga ingin mendaftarkan diri di Akademi Aldrich?"

"Em..... benar. Darimana tuan bisa tahu?"

"Akhir-akhir ini saya sering mengantar anak yang ingin daftar disekolah itu. Tapi banyak dari mereka yang akhirnya gagal."

"Gagal? darimana tuan bisa tahu kalau mereka gagal?"

"Karena aku juga yang mengantar mereka kembali ke bandara. Aku selalu memberikan kartu namaku kepada pelanggan yang ingin pergi ke Akademi Aldrich. Dan benar saja itu tidak pernah sia-sia."

"Jadi maksud tuan?"

"Maksudku menyerah sajalah jika kau memang merasa tidak layak untuk sekolah disana. Apalagi bukan hanya kejeniusan saja yang dinilai di sana melainkan juga keahlian."

"Tuan berpikir kalau saya akan gagal juga?

"Tentu. Karena kau juga memiliki ekspresi yang sama dengan mereka saat mau ikut ujian. Ekspresi rasa tidak percaya diri."

Xinyi kembali merenungkan niatnya. Jalan yang dia ambil memeng terbilang susah, karena xinyi sendiri sebenarnya tidak benar-benar punya keahlian yang tinggi dalam suatu bidang apun. Dan tingkat kecerdasanpun hanya masih sedikit diatass rata-rata.

Meski begitu Xinyi berpikir bahwa tidak ada gunanya menyesal sekarang. Xinyi harus bisa mengeluarkan seluruh kemampuannya demi bisa masuk ke sekolah elite milik Aldrich Enterprise. Tidak boleh gagal.

"Terima kasih atas sarannya. Namun sepertinya saya tidak butuh kartu nama bapak. Saya cukup yakin dengan kemampuan diri saya sendiri." Ucap xinyi dibuat Semeyakinkan mungkin.

Sopir hanya bisa tersenyum. Entah sudah berapa kali dia mendengar kata-kata yang sama dengan yang diucapkan gadis itu. Perjalanan dilanjutkan dengan lebih banyak diam.

Mabok kendaraan Xinyi kumat lagi. Dia meminta kresek lalu muntah di dalamnya.

"Kita sudah sampai."

Xinyi turun lalu muntah-muntah di pinggir jalanan. Setelah merasa lebih baik dia membayar dan berkali-kali menolak diberi kartu nama sopir.

"Akhirnya... tiba juga. Kali ini aku harus bisa. Jangan sampai gagal." Gumam xinyi pada dirinya sendiri.

Pulau Aldrich ternyata jauh berbeda dari yang xinyi kira sebelumnya. Pulau itu jauh lebih besar dan megah dari apa yang Xinyi pikirkan sebelumnya.

Xinyi lanjut berjalan menuju gerbang depan Pulau Aldrich. Disekeliling pulau, terdapat tembok tinggi berteknologi canggih yang menjadi pelindung utama pulau.

Sementara itu juga masih ada beberapa tentara yang ditugaskan untuk berpatroli keliling pulau. Juga masih ada banyak sekali pos-pos penjaga di sekeliling pulau.

Xinyi terus berjalan menuju gerbang masuk pulau yang terbuka lebar. Namun penjaga langsung mencegat Xinyi tepat satu meter sebelum sampai gerbang.

"Apakah anda punya izin masuk? pulau jika tidak silahkan pergi." Tegas penjaga

"Aku punya Reeve pass."

Xinyi menunjukkan Reeve pass miliknya. Penjaga mengambil pass milik Xinyi lalu mengeceknya sebentar.

"Ini asli, kau boleh masuk."

Kedua penjaga gerbang bergerak kesamping. Memberi jalan pada xinyi untuk lewat.

Baru beberapa langkah Xinyi masuk kedalam Teritori milik Aldrich Enterprise dia langsung berhenti. Bangunan-bangunan megah berjejer begitu rapi. Sisi Utara Selatan Timur dan Barat dibangun simetris tanpa ada kecacatan sedikitpun. Jalanannya juga terbuat dari keramik yang pastinya sangat mahal.

Kendaraan yang banyak digunakan adalah motor listrik berteknologi canggih, kereta gantung super cepat, dan ada juga yang memakai mobil listrik. Namun, mayoritas penduduk nya masih memilih jalan kaki untuk bepergian.

Di tengah-tengah pulau terdapat sebuah bangunan yang begitu besar. Xinyi dulu pernah merasa sangat takjub ketika melihat New Century Global Center di chengdu untuk kali pertama. Namun, sekarang dia justru melihat gedung yang tiga kali lebih besar dari itu.

Bagaimana mungkin bisa gedung sebesar itu dibangun diatas laut? Bagaimana cara mereka mengatasi besarnya tekanan angin yang ada? Jika dipikir memang tidak masuk akal. Tidak heran Aldrich Enterprise bisa dijuluki sebagai perusahaan tersukses dalam bidang pengembangan teknologi.

Dari sinilah masa depan xinyi akan ditentukan. Jika Xinyi berhasil masuk kedalam Akademi Aldrich, orang tuanya tidak akan bisa membawa Xinyi pulang. Hanya orang dengan bakat hebat saja yang boleh masuk ke dalam sekolahan itu.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login