Download App
12.5% 3 Bulan di BALI / Chapter 2: BERMAIN DI TABANAN

Chapter 2: BERMAIN DI TABANAN

Setelah sholat ashar saya berdua dengan kang Bondan melakukan perjalanan ke daerah Negara, dimana kembali lagi arah ke barat menuju Pelabuhan. Selama dalam perjalanan banyak sekali patung-patung di pinggir jalan, di bunderan jalan dan dimanapun. Baik patung dar relief yang ada di Pura, tempat sembahyang orang Bali, selalu dipenuhi patung dan relief hasil pahatan dari pengrajin patung di Pulau Bali ini.

Ada patung berbentuk kera, putri, dewa, dewi dan lain sebagainya. Tiba-tiba melalui suatu bundaran di tengah jalan yang terdapat 5 Patung Dewi atau Putri yang terlihat indah dan cantik. Ada gambaran di benak saya salah satu gaib dari patung itu berkomunikasi denganku. Kebetulan tak lama kemudian melewati pantai yang ada tempat peristirahatan disana.

“Kang, berhenti dulu ya disana, masuk dulu ke tempat yang di depan,” kataku.

“Oh siap kang. Ada apa?” tanyanya.

“Saya mau ngopi dulu disini,” kataku.

“Oh siap kang,” kata nya,.

Setelah masuk ke area pantai dan tempat peristirahatan yang kumaksud, kang Bondan memesan kopi dan mie ayam.

“Kang udah saya pesan kopi nya, ada apa kang di pantai?” tanyanya.

“Tidak ada apa-apa, saya tadi ketika lewat 5 patung di bunderan sebelum ini jauh, ada putri atau dewi yang ingin berkomunikasi dengan saya, bisa dibantu navigator kang?” tanyaku.

“Oh bisa kang, apa yang ditanyakan?” katanya.

“Tanya ajah darimana dan maksudnya apa mau komunikasi dengan saya?ada yang bisa dibantu tidak?” kataku.

“Kalau dia mau dimuslimkan ya muslimkan saja,” kataku lagi ke kang Bondan.

“Oh siap kang, Bisa kok dimulai kang sekarang,” katanya.

“Ya saya akan Tarik dia dulu ya,ada dua ini yang mau masuk, sebentar ya kang," kataku.

“Bismilahirohmanirrohim (Password) saya hadirkan putri gaib yang ingin berkomunikais dengan saya yang terkuat masuk ke badan saya, ….Hu’…”kataku sambil gerakan mempersilahkan masuk ke dalam badan dan dikunci tak bisa keluar.

Setelah masuk sempurna, gaib nya mulai sinkron dengan tubuhku dan melakukan gerakan seperti Putri Kayangan,

“Assaalamualaikum…selamat sore…” kata kang Bondan menyapa.

“Iya selamat sore…Swastiastu…” katanya sambil hormat ke depan.

“Swastiastu…suksma, maaf dengan siapa ini gerangan yang datang dan hadir?” kata kang Bondan.

“Saya Putri Dewi Arum, hadir disini,” katanya.

“Oh Putri Dewi Arum, maaf asalnya darimana ini kok bisa masuk ke badan kang Karim?” kata kang Bondan.

“Hm saya dari patung di tengah jalan di sebelah sana,” katanya menunjuk arah dimana patung berada.

“Oh patung putri itu di bundaran sana?” tanya kang Bondan.

“Iya benar, salam kenal,” katanya.

“Ya salam kenal juga Dewi Arum,” kata kang Bondan.

“Kalau boleh tau tadi ingin berkomunikasi dengan kang Karim, ada keperluan apa Dewi dengan beliau?” tanya kang Bondan.

“Saya silau melihat cahaya terang dari kendaraan yang lewat sana, kemudian saya dan kawan saya mencoba menyelidiki cahaya tadi,” katanya. “ Ternyata kalian, “ katanya.

“Memang kenapa kami?” katanya.

“Kalian jamaah dari beliau Sang Raja Khayangan,” katanya.

“Kok dewi Arum tahu?” katanya lagi.

“Saya lihat cahaya beliau dan tanda dari beliau,” katanya.

“Oh begitu. Putri maaf kalau mau nanya, Putri di sana atau ada di Patung itu tinggalnya?” kata kang Bondan.

“Iya benar,” katanya.

“Kok bisa disana, memang kenapa putri?” tanya kang Bondan heran.

“Kami semua yang ada di dalam patung itu semua wujudnya adalah Putri penghuni Alam Kayangan, dan kami semua sedang menjalani hukuman dari pemimpin kami,” katanya.

“Kenapa dihukum?berapa lama dihukum disana?” tanya Kang Bondan.

“Kami telah melakukan kesalahan disana dan kami berbeda-beda sudah tinggal disana, ada yang baru 5 tahun dan ada yang sudah 15 tahun lamanya. Kalau saya baru 7 tahun disana,” katanya mejelaskan ke kang Bondan.

“Hm..gitu ya, jadi kesaahan macam apa yang telah kalian perbuat terutama kamu putri?” tanya kang Bondan penasaran.

“Ya kami berbeda-beda kesalahan, kalau saya telah dilarikan diri oleh seorang prajurit disana untuk dinikahi, tetapi keluargaku tak merestui oleh karena itu setelah kami tertanggkap kami berdua dihukum di alam manusia,” katanya.

“Oh begitu, terus mau komunikasi dengan tubuh yang dipakai kamu untuk apa?” tanya kang Bondan.

“Ya saya sering bertemu dia juga di khayangan, apakah beliau ini juga makhluk khayangan?” tanyana.

“Ah bukan donk, dia manusia sama seperti saya, Cuma beliau sudah muridnya raja kalian,” kata kang Bondan.

“Ya pantas saja, beliau ini sudah sering saya temui secara ruh,” katanya sambil menepuk tubuhku,

“Mau nanya mengenai khayangan boleh putri?” tanya kang Bondan.

“Boleh selama saya boleh memberitahukannya,” katanya.

“Disana itu di Kayangan apakah sama kayak di bumi ini? Maksudnya alam manusia ini?” tanya kang Bondan.

“Yah sama, tapi disana tidak ada polusi, sangat bersih dan segar.” Katanya.

“Oh gitu, tidak ada pabrik ya?hehehehe,” kata kang Bondan.

“Iya, hanya kalau bertani cepat panen,” katanya.

“Cepat Panen?” tanya kang Bondan bingung, “Maksudnya bagaiama Dewi?”

“Kalau kamu punya benih, dilempar bisa langsung berbuah, jadi disana tidak ada namanya kelaparan, gemah ripah loh jinawi,” katanya.

“Ohh gituuuu…enak ya, tidak pernah kekurangan makanan. Mengenai sebenernya sosok penghuni Khayangan gitu kayak kamu itu golongan ruh?Jin? atau apa?” tanya kang Bondan.

“Kami ini Jin dan ruh jadi ita juga seperti manusia ada jasad dan ruh Cuma kami bukan jasad tapi golongan Jin,” katanya.”Makanya kami bisa juga menitis di manusia, bila kami menikah dengan manusia atas ijin sang Kuasa,” katanya.

“Emang bisa gitu kamu menitis di manusia?” tanyaka kang Bondan bingung.

“Begini, kami menitis dengan masuk ke dalam badan atau jasad istri seseorang dan kemudian hasil dari hubungan intim itu benihnya akan menitis di Rahim manusia,” katanya menjelaskan secara detail.

“Ohh begitu ceritanya…kamu pernah masuk ke badan manusia?” tanya kang Bondan.

“Belum pernah karena kalau hal seperti itu, manusianya juga harus berish dari kotoran hati. Kalau masih belum bersih kami tidak bisa masuk ke dalam jasad manusia itu,” jelas nya.

“Baiklah kalau begitu apakah kamu mau menjadi Muslim?” tanya kang Bondan.

“Ya saya mau, kawan saya juga mau, kalau kami menjadi muslim mudah-mudahan kami bisa diampuni kesalahan kami dan kembali lagi ke alam Khayangan,” katanya mengangguk-anggukan kepala nya.

“Baik akan saya lakukan ya,” kata kang Bondan.

Kang Bondan akhirnya memuslimkan putri tadi secara sempurna dan semua ilmu yang sesat dicabut dan dkembalikan ke laumul mahfuhs. Distempel agar tidak murtad, kalau dia murtad akan masuk neraka jahanam sampai akhir kiamat.

“Nah selesai sudah, itu temanmu sekalian yang mau menjadi muslim silahkan dimuslimkan biar bisa diampuni kesalahan kalian dan kembali ke alam khayangan. Jangan diulangi lagi kesalahan mu yah,” kata kang Bondan mengingatkan.

“Ya…” katanya.

Kemudian dia memuslimkan para dewi khayangan yanga ada di patung-patung itu.

“Sudah semua, terima kasih atas pertolongan kalian,” katanya.

“Ya sama-sama silahkan kembali,” kata kang Bondan.

“Assalamualaikum,” katanya.

“Waalaikumsalam,” kata kang Bondan.

Dan dia keluar dari tubuhku, dan kusadar kembali.

“Bagaimana kang tadi?” tanyaku.

“Mereka melakukan kesalahan kang di khayangan terus mereka dihukum ditaroh di patung itu. Udah saya muslimkan tadi, mudah-mudahan mereka bisa kembali ke khayangan,” katanya.

“Ya mudah-mudahan. Yuk kita sholat Maghrib dulu, cepet banget adzan nya,” kataku.

“Kan disini timur kang lebih cepat sejam,”jelas kang Bondan.

“Oh iya yah…yuk ke mushola itu,” kataku.

Setelah sholat maghrib berjamaah, kami kembali ke gubug dan menikmati kopi, dan rokok.

“Kang sekalian makan disini atau nanti saja di Negara?” kata kang Bondan.

“Disini ajah boleh kang, tidak usah mewah, lalapan ayam ajah kang, supaya aman,” kataku.

“Eh siap kang, minumnya?” tanya kang Bondan.

“Es Teh tawar kalau ada,” kataku.

Kang Bondan memesan kembali makanan yang mau kita makan, dan setelah dia kembali, duduk di depanku.

“Kang ini pantai selatan ya?” tanyanya.

“Iya, kita panggil yuk peguuasa terkuat disini, kita ajak ngobrol,” kataku.

“Hmm boleh kang, kayaknya saya ajah mediatornya?” kata kang Bondan.

“Siap, kita makan ajah dululah, nanti baru setelah selesai makan baru mediumisasi gaib sini,” kataku.

“Ya kang, kita tunggu dulu ajah. Ayo kang ini ada tusukan enak nih, langka kalau lagi Ngedan ya kang?” tanyanya.

“Wah banget, tidak nemu tusukan ini, ada sih tusukan kayak gini tapi cuma kita liat ajah di tukang angkringan, hahahaha,” kataku sambil ketawa lepas.

Begitu makanannya sampai, kami makan dan dilanjutkan merokok sebatang.

“Kang ayo kita mulai kang,” katanya.

“Siap kang Bondan,” kataku.

+++++

Jangan lupa Teman-temanku Para Pembaca, Klik LIKE dan KOMEN ya di ceritaku ini, Komen yang kalian berikan memberikan semangatku untuk lebih baik lagi...


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login