Download App
12.8% Solo vs. Squad (Sang Dewa Game) / Chapter 21: Bangkitnya Bos Dungeon Lantai 10 (part 1)

Chapter 21: Bangkitnya Bos Dungeon Lantai 10 (part 1)

Satria dan Squad Raven terus berjalan menyusuri jalur gua yang ada di lantai 2 Dungeon Luxurie. Beberapa kali mereka harus balik lagi karena jalur yang mereka pilih ternyata buntu. Tapi akhirnya mereka menemukan jalan menuju ke lantai 3. Semakin dalam lantainya monster yang mereka hadapi juga semakin tinggi levelnya, bahkan monster skeleton yang sangat lemah di lantai 1 bisa cukup merepotkan jika semakin dalam.

"Kelihatannya jalur yang kita pilih memang tepat," ucap Satria saat melihat di depan mereka muncul lima skeleton raksasa diiringi oleh skeleton-skeleton kecil.

"Fireball!" ucap Zord menggunakan sihirnya mencoba menyerang skeleton raksasa yang mendekat tapi kekuatan sihirnya hanya mampu membuat tubuh skeleton raksasa itu oleng.

"Cih, seperti biasa kelihatannya kita harus mengalihkan perhatian mereka saja dan berlari menjauh," kata Raven sambil menghunuskan pedangnya.

"Fighter," ucap Satria pelan.

"Kelihatannya mereka semuanya baru mencapai level 10, nekat sekali sampai mau menjelajahi dungeon lantai 10 ke bawah," batin Satria sambil melompat dan mengayunkan tongkatnya menghantam tubuh satu skeleton raksasa.

'Bhamr'

Terdengar suara benturan keras disertai percikan api saat ujung tombak Satria menghantam tulang skeleton, tak berhenti sampai di sana Satria juga meninju tulang skeleton tersebut dengan tangan kirinya. Hanya dengan satu pukulan saja monster skeleton raksasa itu hancur dan tulang-tulangnya melebur menjadi abu.

"Celaka, padahal aku sudah mengurangi tenagaku," pikir Satria sambil menapak di tanah. Melihat hal itu Raven dan Squadnya langsung terbengong.

"Jangan takut, mungkin monster itu sudah lama muncul. Mereka mungkin sudah pernah dihadapi petualang kuat lainnya, kekuatannya terasa lemah," ucap Satria membuyarkan lamunan Raven serta anggota Squadnya.

"Jadi begitu ya, ayo maju!" teriak Raven sambil melesat menghadapi skeleton-skeleton kecil.

"Kelihatannya mereka salah paham juga," batin Satria, selama ini dia memang berusaha untuk berbohong. Dia hanya berusaha menggiring lawan bicaranya agar berpikir ke hal lain yang bahkan belum tentu benar dan belum tentu salah juga.

"Fireball!" ucap Zord kembali melemparkan bola-bola apinya hingga menghantam skeleton skeleton kecil.

Sementara itu Lea dan Vi membantu kedua temannya dari belakang dengan melesatkan panah-panah tumpulnya karena skeleton memang lebih efektif dihancurkan oleh benda tumpul daripada benda tajam. Sil sendiri berada di depan Lea dan Vi untuk bersiap membantu mereka dengan kemampuannya.

"Boost: agility!" ucap Sil sambil mengarahkan tangannya kepada Satria.

"Sihir support untuk menambah kecepatan ya? Untuk seorang pemula, pemikirannya cukup cepat juga. Dia membantu petarung di barisan paling depan yang melawan musuh paling merepotkan," batin Satria saat tubuhnya sekejap diselimuti gradasi cahaya berwarna kuning.

"Tapi untuk melawan skeleton seharusnya dia menggunakan sihir peningkatan daya serangan kepada rekannya," pikir Satria yang langsung melompat ke belakang empat skeleton yang tersisa. Gerakan skeleton memang sudah lambat terlebih yang sebesar itu, tapi tulang-tulang mereka akan semakin keras seiring levelnya yang semakin tinggi.

Benar saja kini keempat skeleton itu langsung bergerak ke arahnya dan mengayunkan pemukul kayu mereka, tapi Satria dengan gesit langsung melompat ke dinding gua. Suara benturan keras beserta debu-debu langsung beterbangan saat empat pemukul kayu menghantam tanah. Tiba-tiba saja dua skeleton anjing melompat ke arah Satria.

'Brakh'

Tanpa kesusahan Satria memutarkan tombaknya dan membabat habis skeleton anjing yang mendekatinya, sementara itu satu skeleton raksasa terlihat mengayunkan pemukul kayunya lagi ke dinding gua. Satria dengan cepat langsung melompat dan berlari diantara tangan skeleton sembari memutarkan tombaknya.

'Bhamr'

Suara benturan keras lagi-lagi terdengar saat Satria menghantamkan tongkatnya ke leher skeleton, percikan api tampak membara dan menimbulkan asap akibat hantaman tombak. Tanpa henti Satria langsung menghujani tubuh skeleton itu dengan hantaman tombaknya, skeleton itu akhirnya hancur dan tulangnya berserakan.

"Apakah dia memang seorang priest?" ujar Sil dengan mata terbelalak.

"Seumur hidup aku baru kali ini melihat seorang priest bertarung jarak dekat seperti seorang fighter," ucap Vi.

"Dia benar-benar misterius," gumam Raven yang masih sibuk mengurus skeleton-skeleton kecil dibantu oleh Zord, Lea dan Vi.

"Sebenarnya setiap petualang apapun jobnya pasti bisa bertarung jarak dekat seperti itu, tapi gaya bertarungnya terlihat sangat terlatih seperti itu," ujar Zord.

"Kau benar," timpal Raven sambil menebaskan pedangnya menghantam skeleton goblin yang mendekat.

Sementara itu Satria kini melompat ke langit-langit gua, dibawahnya tiga skeleton raksasa langsung menengadahkan kepalanya. Saat itu juga Satria langsung melesat ke bawah sambil menghantamkan tombaknya, setiap serangannya memang sengaja dia pelankan agar skeleton tidak hancur hanya dengan sekali serangan.

'Beukh'

'Trang'

'Dagh'

Suara-suara benturan terus terdengar seiring dengan ledakan percikan api yang muncul saat benturan terjadi. Asap terus membumbung tinggi, dua skeleton raksasa terlihat langsung tumbang dan tulang belulangnya hancur berantakan. Tanpa membuang waktu Satria langsung melompat lagi menuju satu skeleton raksasa yang tersisa.

"Benar-benar menyenangkan," batin Satria sambil menghantamkan bagian tumpul tombaknya ke tulang skeleton hingga terdengar kembali benturan hebat disertai percikan api.

"Sensasinya benar-benar nyata, aku tidak pernah mengira akan bisa merasakan rasanya bertarung sungguhan melawan monster di dungeon," pikir Satria lagi sambil menghujani tubuh skeleton raksasa dengan tombaknya.

'Bregh'

Skeleton raksasa terakhir akhirnya hancur, kini skeleton-skeleton kecil tidak ada lagi yang berani mendekati Satria, sebagian dari mereka kabur dan sebagian lagi hancur di sana setelah dibabad oleh Satria. Saat Raven dan yang lainnya tampak terengah-engah Satria justru tidak terlihat berkeringat sedikitpun. Kelihatannya statistik karakternya memang ikut mempengaruhi tubuhnya juga.

"Kamu benar-benar hebat Satria," puji Raven dari belakang Satria.

"Aku baru kali ini melihat ada priest yang bertarung jarak dekat seperti itu," timpal Zord.

"Priest," ucap Satria pelan.

"Aku hidup serba kekurangan, karena itu sejak kecil aku sudah bekerja keras dan melatih tubuhku," jawab Satria sesuai dengan kenyataannya di dunia nyata. Dia langsung berjalan mendekati Raven dan Zord.

"Healing: cure wound!" ucap Satria sambil mendekatkan tangannya ke tubuh Raven. Saat itu juga gradasi cahaya berwarna kuning menyelimuti tubuh Raven, perlahan luka-luka kecil di tubuhnya langsung lenyap.

"Terima kasih banyak," ucap Raven. Sementara itu Sil langsung memulihkan Zord.

"Biasanya kami selalu berlari menghindari skeleton-skeleton itu, baru pertama kalinya bagi kami menghadapinya secara langsung begini," tutur Zord.

"Oh begitu rupanya. Jadi apa kalian pernah menghadapi bos lantai 10 sebelumnya?" tanya Satria.

"Belum pernah, kami hanya sampai di lantai 9 biasanya. Sebenarnya kami ingin mencoba melawannya, tapi dengan level kami saat ini satu-satunya cara untuk mencoba menghadapi bos lantai 10 adalah beraliansi dengan squad lain atau sebuah guild untuk melawannya bersama-sama," jawab Raven.

"Tapi sayangnya tidak pernah ada yang mau beraliansi dengan kami untuk menghadapinya. Sebenarnya banyak squad kecil seperti kami yang mau menerimanya. Tapi jika tanpa petualang kuat dan berpengalaman rasanya kami sudah dipastikan mati di sini," timpal Zord.

"Hmm.. begitu rupanya," kata Satria.

Mereka langsung melanjutkan perjalanannya lagi menuju lantai 4. Sebenarnya tulang-tulang skeleton juga bisa dijual, tapi harganya sangat murah karena termasuk monster kelas rendah. Karena itulah tidak ada satupun dari mereka yang mau memunguti tulang-tulang skeleton yang berserakan.

Mereka berempat terus berjalan menelusuri jalur di lantai 4, menghadapi beberapa monster skeleton lagi hingga akhirnya sampai di lantai 5. Di sana pilihan jalur hanya ada 5 pintu saja, tapi ukurannya lebih besar dari jalur-jalur gua yang ada di lantai 1 sampai lantai 4. Lea memutuskan untuk memilih jalur kedua karena dia bilang mendengar suara monster di sana.

Bersambung…


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C21
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login