Download App

CRIMSONMANE MANSION

Setelah ketiga serangkai menyelesaikan makanannya, mereka pulang ke rumah masing-masing. Alicia menuju rumahnya yang berjarak satu blok dari restoran. Sebuah rumah besar dua tingkat dengan warna tembok putih dan atap yang berwarna abu kecokelatan. Di bagian depan rumah, sebuah pintu besar dengan tiga pilar di depannya menyambut sang gadis. Bagian belakang gedung tersebut terdapat sebuah teras berlapis dinding kaca untuk tempat minum teh. Taman luas mengelilingi rumah tersebut

Untuk sebuah villa besar, suasananya sangat sepi, mengingat hampir sepanjang waktu orang tua Alicia sering bepergian untuk bertugas. Sang ayah biasanya hanya datang ke rumah saat akhir pekan karena masih harus mengerjakan pekerjaannya sebagai anggota parlemen di ibukota, Eidyn. Sang ibu biasanya bisa menghabiskan lebih banyak waktu di Trinketshore daripada sang ayah, namun saat pekerjaan menghampirinya, butuh berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan sebelum kembali. Sayang semenjak ibunya menghilang, suasana rumah menjadi lebih senyap dari biasanya. Sebagian besar waktu rumah tersebut hanya didiami oleh Alicia.

Alicia menaiki tapak tangga, melewati pilar-pilar, dan membuka pintu besar tersebut. Suasana rumah sedikit ramai kali ini. Bagaimana tidak, kasak-kusuk terdengar dari lantai atas. Seseorang tengah berkemas. Alicia memasuki ruang tamu di depan pintu masuk, melangkah lantai kayu mapel yang sudah dipoles. Bagian dalam rumah yang elegan, dengan hamparan putih menguasai dinding-dinding. Ruang tamunya sendiri tidak terlalu besar, namun padat karena dipenuhi dua sofa besar di depan dan sebelah kanan, dua sofa kecil di sebelah kiri, dan sebuah meja persegi panjang dengan sudut melingkar. Tepat di hadapan sang gadis adalah tungku api dengan lambang kuda bertanduk dan bersurai merah menyala seperti bara api—lambang keluarga Crimsonmane—terpampang di atasnya. Di sebelah kiri dan kanannya terdapat dua buah tangga berwarna hitam menuju lantai atas. Alicia menemukan sebuah koper besar warna hijau lumpur tergeletak di sisi kiri sofa besar. Ia tahu kalau itu adalah koper Donar Crimsonmane, ayahnya.

Tak lama kemudian terdengar suara pintu tertutup dari atas, disusul langkah dari sebelah kanan yang semakin mendekat. Kemudian muncul sosok yang menggunakan kemeja biru dengan corak garis vertikal, lengkap dengan celana kain warna krem, ikat pinggang dan sepatu kulit. Sosok tersebut tak lain tak bukan adalah Donar. Donar menuruni tangga sambil memanggil seseorang yang lain.

"Lekaslah turun Leith, kalau kau tidak mau sampai di Eidyn terlalu malam!" ucap pria tersebut. "Jangan bawa barang yang tidak perlu, kau hanya di sana beberapa hari saja! Oh, dan jangan lupa sepatumu untuk pertemuan nanti!"

Saat berjalan turun melalui tangga, Donar melihat sosok manis dan familiar dengan raut wajah yang datar. "Oh Liz! Ho ho ..., baru pulang?" Donar menunjukkan senyuman tulus yang setengah tertutup oleh kumis walrusnya, mendekat dan memberikan pelukan ke anak perempuannya. Alicia membalas pelukan itu.

"Yap, aku baru pulang," jawab Alicia.

"Bagaimana harimu? Oh iya, kamu baru pulang jam segini! Apakah sudah makan? Dan ujian akhir? Ada kesulitan?'

"Tenanglah, Papa." Alicia tertawa kecil. "Hariku baik-baik saja. Ujian akhir berjalan dengan lancar—semoga saja. Dan aku baru saja makan di Howlett's sekaligus memberi makan sepasang binatang buas."

"Binatang buas." Donar tergelak-gelak. "Temanmu pasti menghabiskan pasokan daging sampai ke peternakan. Syukurlah kalau begitu. Karena Papa tidak sempat menyiapkan makanan, Kau tahu Papa harus segera berangkat."

"Ya, aku bisa lihat itu." Mata Alicia sedikit memandang ke arah koper. "Sepertinya waktu cuti Papa sudah selesai. Tapi Leith baru pulang dari akademi sihir kan? Kenapa Papa mau langsung bawa Leith?"

"Oh, soal itu. Leith akan ikut Papa ke Eidyn untuk—"

"Pertemuan keluarga Crimsonmane!" Leith menyela percakapan mereka berdua sambil membawa ransel dan menuruni tangga. "Oh, halo Kakak. Kata Papa ada panggilan dari keluarga besar untuk membahas sesuatu yang sangat, sangat penting," tuturnya dengan nada yang normal lalu intonasinya naik setengah oktaf dan kecepatan berbicaranya dipelangkan sengaja saat mengucapkan "sangat, sangat penting". Tampaknya Leith sedang menyindir seolah-olah akan ada peristiwa yang kelewat menarik dan terlalu megah untuk dilewatkan.

"Urusan ... dengan keluarga Crimsonmane, ya?" Raut wajahnya perlahan berubah, terdapat tanda-tanda rasa tidak nyaman dari air muka Alicia. Memang Alicia selalu menunjukkan reaksi negatif setiap kali ada orang yang membahas keluarga besar Crimsonmane "Apakah ini menyangkut—"

"Bukan, putriku," sela Donar. "Untuk sementara, Papa dan anggota keluarga yang lain setuju untuk mengesampingkan sementara masa lalu antara keluarga kita dengan mereka. Bagaimanapun juga, Papa juga bagian dari keluarga Crimsonmane, dan mereka masih menaruh rasa hormat kepada mamamu."

Alicia bertanya dengan wajah setengah murung. "Dan Papa tidak mengajakku?"

Leith memasang wajah agak sombong, kemudian menceletuk nada meledek, "Nope. Maaf, Kak Liz. Hanya saja, ini pertemuan penyihir, kau tahu? Dan Kakak, bukan ...? Bagaimanapun, kita mungkin sedang merencanakan sesuatu untuk menyelamatkan dunia, seperti memberantas kelaparan, menghentikan perang, atau mungkin hanya menggosip keluarga penyihir sebelah. Yah, sayang sekali kau tidak bisa ikut, ya?"

"Leith, jangan begitu," Donar memberi peringatan halus kepada Leith.

"Hanya bercanda. Hanya bercanda," Leith mengangkat tangannya dan berbalik ke arah lain.

Donar melanjutkan pembicaraan dengan putrinya. "Yah, sepertinya ini memang perkumpulan khusus penyihir. Papa tidak tahu itu tentang apa. Tapi Papa bisa pastikan ini tidak akan melibatkan dirimu, secara buruk."

"Huh." Alicia menghela napas. Dia mendekati ayahnya lalu merapikan kemejanya yang agak kusut. Donar memang mempunyai kebiasaan yang sembrono seperti kurang memperhatikan kerapian pakaiannya. "Selalu saja sembrono. Baiklah kalau begitu, jaga diri Papa dan Leith."

"Hmm ... Kau tentu putriku yang paling pengertian. Kau belajar banyak dari mamamu," ucap Donar pelan sebagai ungkapan bangga, namun di saat yang sama membuat ayah dan putrinya mengingat sosok Ailsa Crimsonmane, istri dan ibu tercinta. Alicia menatap wajah Donar sesaat sebelum menunduk murung. Pria itu mencoba memecahkan suasana agar tak terlarut ke dalam putaran emosi yang tak ada habisnya.

"Jadi, Papa dan Leith harus segera berangkat! Papa sudah memasang sihir penghalang di tiap titik kawasan rumah seperti biasa. Tapi kau tetap tidak apa-apa sendirian kan, Liz?"

"Aku sudah tinggal di sini sendirian hampir setiap waktu. Adanya Leith tidak membuat rumah ini lebih aman. Aku bisa mengatasinya."

"Oh, bisa saja!" Leith mengelak dengan wajah pura-pura melas.

"Aku tahu kau bisa, sayang. Bahan makanan sudah Papa siapkan di dapur, masaklah apa pun yang kau mau. Oh, kau bisa mengajak bibi Mandy atau mungkin teman-teman karnivoramu untuk menginap di sini selama beberapa hari," tutur Donar sambil bercanda. "Adikmu akan pulang sendiri dalam 3 hari, sementara Papa masih akan lanjut kerja."

Alicia menjawab dengan sekilas senyuman, "Ya, tentu."

"Baiklah, Papa dan Leith berangkat!" Donar membawa kopernya dan berjalan keluar. Leith yang berada di belakang Alicia menyusul ayahnya, namun saat mendahului Alicia, Leith berhenti sesaat untuk menghadap kakaknya.

"Hei, tidak ada dendam atau semacamnya, kan?" tanya Leith.

Alicia hanya diam memperhatikan, tapi tidak memberikan indikasi bahwa dirinya sedang merajuk karena ledekan adiknya tadi.

"Jujur saja, aku tidak tertarik dengan pertemuan kultus apalah ini. Maksudku, aku baru saja pulang dari Camelot, dan aku harus memulai liburan musim panas dengan pertemuan keluarga yang membenci kita? Kedengarannya sangat payah kalau menurutku."

"Katakan kepadaku soal itu," Alicia menyahut dengan muka datar.

"Aku lebih memilih mengusikmu selama musim panas daripada menghadiri acara ini. Tapi kau tahu, sebagai penyihir, ada tanggung jawab yang harus ditanggung, bahkan untuk anak di bawah umur sekalipun, kurasa." Leith kemudian melanjutkan "Mungkin aku bisa memberimu bocoran tentang pertemuan tersebut saat aku pulang, itu pun kalau kau masih tertarik dengan serba-serbi sihir. Kau membutuhkan sesuatu selagi aku di sana?"

Jawab Alicia, "Aku cukup yakin aku tidak membutuhkan apa pun di tempat itu. Yang penting, jagalah perilakumu, oke? Sudah cukup kakakmu ini yang menjadi aib keluarga." Alicia menunjukkan senyuman tipis, yang tetap saja membuat orang yang melihatnya luluh.

"Oh, jangan berekspetasi terlalu besar, Liz. Aku akan membuat kombinasi double-trouble dari keluarga Crimsonmane!" Keduanya tertawa kecil. "Baiklah aku pergi, jaga rumah ini, itu pun kalau kau bisa!"

Alicia melihat keduanya memasuki kereta mesin hitam yang ramping, kemudian perlahan menjauh dari rumah besarnya. Kini tempat tinggal yang luas itu kembali menjadi miliknya seorang. []


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login