Download App
53.33% Unwanted Coercion / Chapter 16: BAB 16

Chapter 16: BAB 16

Selesai ujian Imelda keluar dari gerbang sekolah lalu naik ojek yang berjajar di depan sekolahnya. Sesampainya di rumah, Imelda segera masuk dan melihat ibunya sedang menonton televisi di ruang tengah.

"Tumben pulang kesini Imelda? Kamu berantem sama Ricandra?" Tanya ibunya heran.

"Enggak Bu. Mas Ricandra yang nyuruh Imelda pulang kesini setelah pulang sekolah. Katanya nanti mau di jemput." Jawab Imelda.

"Oh ya sudah kamu istirahat dulu saja kalo gitu. Kalo mau makan langsung ke belakang saja." Ujar Bu Romelis.

"Iya Bu." Balas Imelda lalu masuk ke kamarnya yang sudah lama tidak ia tempati.

Sementara itu Ricandra hari ini sangat-sangat sibuk. Ia harus meeting beberapa kali dan menyurvey lokasi proyek di beberapa daerah. Sehingga ia tidak bisa pulang sore.

Jam di rumah Imelda sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tapi Ricandra belum datang juga.

"Apa dia lupa? Jam segini belum datang juga..." Gumam Imelda di dalam kamarnya. Ia pun memutuskan tidur dari pada menunggu Ricandra yang belum tentu kapan datangnya.

Jam 11 malam Ricandra baru sampai di rumah Pak Ramdy. Semua lampu di rumah itu sudah mati pertanda penghuni rumah sudah tidur. Seperti biasa Ricandra menelpon Imelda. Tidak berapa lama Imelda pun muncul dari balik pintu ruang tamu.

"Malam banget Mas pulangnya?" Tanya Imelda dengan suara serak khas bangun tidur.

"Iya hari ini banyak urusan yang harus di selesaikan. Ayo pulang sekarang." Ajak Ricandra.

"Apa nggak menginap disini saja Mas? Ini udah malam banget lo..." Ujar Imelda menyarankan.

"Enggak. Kita pulang aja." Tolak Ricandra tegas.

Imelda pun menuruti kemauan Ricandra. Ia membangunkan adiknya si Johan untuk mengunci pintu ketika Imelda dan Ricandra pulang.

Dalam perjalanan pulang Imelda tidak kuat menahan kantuknya. Jadi ia tertidur di dalam mobil. Ricandra melihatnya dan tersenyum lalu mengelus rambut Imelda.

"Maaf sudah telat menjemputmu..." Ucap Ricandra pelan. Tentu saja Imelda tidak mendengarnya.

Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, Ricandra menggendong Imelda yang tertidur lelap ke kamar lantai bawah. Lalu ia pergi ke kamarnya di lantai atas untuk mandi dan berganti pakaian. Setelah itu ia kembali ke kamar Imelda dan tidur di samping Imelda. Ia mencium kening dan pipi Imelda lalu memeluknya.

Pagi harinya Imelda bangun dan merasakan berat dan panas di sekitar tubuhnya. Ia pun membuka matanya dan melihat tangan Ricandra memeluknya. Lalu ia menyentuh kening Ricandra dan Imelda merasakan panas yang tidak biasa.

'Sepertinya dia sakit.' Batin Imelda.

Imelda pun menyingkirkan tangan Ricandra dari tubuhnya pelan-pelan. Lalu ia bangun mengambil air hangat dan sapu tangan untuk mengompresnya. Ricandra yang merasakan ada benda basah di keningnya segera membuka matanya. Ia melihat Imelda sedang mengompresnya.

"Kamu sakit Mas?" Tanya Imelda khawatir.

"Enggak." Jawab Ricandra singkat.

"Tapi kamu demam?" Tanya Imelda khawatir.

"Nanti juga sembuh sendiri. Kamu libur sekolah kan hari ini?" Tanya Ricandra.

"Iya Mas." Jawab Imelda.

"Ayo temani aku tidur lagi." Ujar Ricandra sambil menarik tangan Imelda. Imelda pun berbaring telentang di samping Ricandra. Ricandra memeluknya dengan erat dan menempelkan hidungnya di leher Imelda. Imelda merasa tidak nyaman dan geli.

"Geli Mas..." Kata Imelda sambil memiringkan kepalanya kegelian. Ricandra pun tersenyum nakal. Ia menjulurkan lidahnya lalu menjilat leher Imelda. Tubuh Imelda tersentak kaget. Ini pertama kalinya ia di perlakukan seperti ini oleh seorang laki-laki.

"Aaaahh Mas Ricandra mau ngapain?" Desah Imelda lalu mendorong tubuh Ricandra. Tapi Ricandra memeluknya dengan erat sehingga Imelda tidak bisa bergerak.

"Kenapa?" Tanya Ricandra lirih.

"Geli. Lepaskan aku Mas!" Pinta Imelda. Ricandra tetap memeluknya dan tidak mau melepaskannya. Ia bisa merasakan jantung Imelda berdetak sangat kencang.

"Ayo tidur!" Ajak Ricandra lalu memejamkan matanya.

"Nggak. Aku harus masak!" Ujar Imelda menolak.

"Delivery aja." Ucap Ricandra dengan mata terpejam.

"Mas Ricandra nggak kerja?" Tanya Imelda.

"Enggak. Aku ingin bersantai di rumah seharian. Lagian kalau aku kerja siapa yang nemenin kamu di rumah? Ayo tidur." Balas Ricandra. Imelda tidak punya alasan lagi untuk menolak. Terpaksa ia berbaring lagi menemani Ricandra tidur meskipun matanya tidak mengantuk. Ia memejamkan matanya. Tidak berapa lama Imelda merasakan tangan Ricandra naik ke dadanya. Imelda pun menurunkan tangan itu pelan-pelan. Beberapa detik kemudian tangan itu naik lagi ke dada Imelda. Dan lagi-lagi Imelda menurunkannya. Ricandra mengulanginya lagi dan Imelda semakin geram dengan kelakuan Ricandra.

"Mas Ricandra!" Teriak Imelda kesal.

"Berani teriak sama suamimu?" Ucap Ricandra masih dengan memejamkan matanya.

"Maaf bukannya begitu tapi... " Balas Imelda menyesal.

"Aku baru akan menyentuh dadamu, tapi kamu sudah seperti itu. Istri macam apa kamu?" Ucap Ricandra lalu bangun dan turun dari ranjang.

Setelah itu ia keluar dari kamar Imelda lalu menaiki tangga menuju kamarnya sendiri di lantai atas. Ia sangat-sangat lelah. Kemarin ia bekerja hingga larut malam. Lalu menjemput Imelda di rumah Pak Ramdy. Tenaganya benar-benar terkuras habis. Ia ingin dimanjakan istrinya. Tapi istrinya menolaknya.

Imelda benar-benar menyesal telah membuat Ricandra marah. Tidak seharusnya ia menolak Ricandra. Bagaimanapun juga sekarang Ricandra adalah suaminya. Ricandra berhak atas setiap inci tubuhnya. Imelda segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mandi ia berganti pakaian, menyisir rambutnya, memakai bedak, dan lotion seperti biasa. Setelah itu ia keluar dari kamarnya lalu menaiki tangga menuju kamar Ricandra.

Sesampainya di depan pintu kamar Ricandra, Imelda menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan-pelan. Dadanya berdebar-debar. Setelah itu ia membuka pintu kamar Ricandra dan tampaklah Ricandra sedang bersandar pada ranjangnya dengan ponsel di tangannya.

Meskipun sedang di rumah, Ricandra juga tetap bekerja melalui ponselnya. Imelda mendekat ke arah Ricandra, lalu berbaring di samping Ricandra. Ricandra yang melihat Imelda tiba-tiba berbaring di sampingnya tentu saja heran.

"Maafin aku Mas..." Ucap Imelda memohon sambil memeluk Ricandra. Ricandra masih diam saja pura-pura memainkan ponselnya.

"Mas..." Panggil Imelda. Ricandra pun menoleh dan melihat Imelda seperti sedang memohon. Tentu saja Ricandra tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia segera menaruh ponselnya di nakas lalu memandang wajah Imelda.

"Apa?" Tanya Ricandra.

"Maafin aku..." Jawab Imelda.

"Iya. Lalu kenapa tadi meneriakiku?" Tanya Ricandra lagi.

"Aku masih belum terbiasa. Aku harap Mas Ricandra mengerti. Aku akan mencobanya pelan-pelan Mas. Maafin aku." Jawab Imelda.

"Apa kamu mau mencobanya sekarang?" Tanya Ricandra lagi.

Imelda pun menganggukan kepalanya. Setelah mendapatkan persetujuan dari Imelda, Ricandra mencium bibir Imelda pelan-pelan. Ricandra tahu ini ciuman pertama bagi Imelda karena Imelda begitu kaku dan tidak membalasnya. Imelda pun memejamkan matanya berusaha menerima apapun yang dilakukan Ricandra pada tubuhnya.

Tangan Ricandra masuk ke dalam kaos Imelda dan meraba dadanya. Sesuatu yang sangat ingin Ricandra sentuh selama ini. Imelda pun pasrah dengan apapun yang dilakukan Ricandra, tapi hatinya masih belum rela.

Air matanya pun mengalir dari pelupuk matanya. Isak tangis mulai terdengar. Ricandra menjadi tidak tega melakukannya. Ia juga tahu minggu depan Imelda akan menghadapi ujian akhir. Ia tidak ingin membuat Imelda trauma yang bisa mempengaruhi semangat belajarnya. Ricandra tahu ia tidak boleh egois. Istrinya masih remaja polos yang selisih umur 10 tahun dengannya. Ia akan menahan keinginannya dan menunggu sampai Imelda selesai ujian.

"Keluarlah! Sebentar lagi ada orang yang datang mengantar makanan." Ucap Ricandra pada Imelda. Imelda merasa lega sesuatu yang ia takutkan tidak terjadi. Ia bersyukur Ricandra masih punya rasa kasihan padanya.

"Aku sudah memesan makanan dan memanggil tukang tambal ban. Pembantu mama juga akan datang sebentar lagi. Kamu turunlah dulu. Aku mandi sebentar." Ucap Ricandra lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Imelda pun turun dan kembali ke kamarnya lalu mencuci muka untuk menghapus bekas air matanya. Tidak berapa lama makanan pesanan Ricandra pun datang. Imelda menerimanya lalu menyiapkannya di meja makan. Beberapa saat kemudian Ricandra turun dan duduk di meja makan bersama Imelda untuk sarapan bersama.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C16
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login