Download App
42.3% UnReach / Chapter 11: 11. Tombol powernya Michael

Chapter 11: 11. Tombol powernya Michael

Michael bertelanjang dada, terengah-engah dan kelelahan. .

Aku tak tega melihatnya, tapi juga tak mau ia berhenti.

***

"Anu, Michael .. Aku boleh minta tolong padamu?" Akhirnya aku mengatakannya juga setelah bermenit-menit berlalu, mempertimbangkan akankah aku biarkan kran kamar mandiku mengucur tanpa henti atau merendahkan harga diriku dan meminta bantuan pada tamuku yang agung ini. Si malaikat yang menawan.

Ah! persetan dengan adab tamu, Michael sudah menjadi temanku bukan? dia sering menolongku dan membetulkan kran kamar mandi pasti bukan sesuatu yang sulit baginya. Setelah ini, aku akan buatkan makan malam untuknya dan membiarkannya pulang sebelum jam malamku terlewati. Pukul 9 malam tepatnya.

"Tentu saja, apa pun! apa itu?" Wajahnya terlihat sumringah, aku tak tahu kalau dia akan sesenang itu bisa membantu orang lain.

"Itu, kran kamar mandiku rusak, airnya terus mengucur keluar." Aku masih malu mengatakannya. Ada rasa bersalah sedikit, seharusnya ia datang kemari untuk cemilan sore, tapi aku malah merepotkannya.

"Aku bisa atasi itu. Dimana semua perkakasnya? Ada kan?" Michael melepaskan jaketnya dan melipat lengan kaos panjangnya.

"Ada, aku akan ambilkan!" Aku berlari ke dapur, dia mengikutiku dan berbelok menuju kamar mandi. Aku membawakan sekotak besar tempat perkakas, karena aku tak mengerti apa yang ia butuhkan, jadi kubawakan saja semua.

Saat melihatnya melipat celana dan memperlihatkan bekas luka saat pertama kali aku bertemu, aku jadi kembali merasa dilema. Dia sudah begitu baik padaku, sangat baik. Tapi aku justru sangat ingin melupakannya, ingin agar tak lagi bertemu dengannya.

Apakah itu adil?

Aku tak tahu bagaimana perasaan Michael. Tapi sebelum rasa sukaku semakin besar, aku memang harus mengakhirinya kan?

.

.

.

Michael mengencangkan mulut kran dengan tang. Wajahnya begitu serius, ia bahkan mengikat rambut pirang gondrongnya. Aku bisa melihat sebuah tanda lahir di belakang telinganya. Tanpa sadar tanganku menyentuh nya.

Menyentuh belakang telinga Michael yang terlihat memerah. Tak aku sangka, Michael terkejut, Tang yang ia dorong terlalu keras, pipa kran patah dan airnya menyembur kemana-mana, kami berdua panik dan basah. Aku menjerit-jerit saking terkejutnya. semburan air berhenti ketika akhirnya tangan Michael berhasil menyumbat pipa yang patah tadi.

"Astaga, Maria!" Ia menatap wajahku dengan tatapan tak percaya. Dia basah kuyup, aku juga. Ini semua karena keisenganku!

"Maafkan aku Michael!"

"Itu! yang kau sentuh tadi itu adalah titik dimana siapa pun tak boleh menyentuhnya. kau tahu! itu ibarat sebuah tombol power!" Tegasnya, kepalanya menggeleng cepat memperingatkan aku.

"Maafkan aku!" aku benar-benar menyesal!

"Bisakah kau matikan airnya? di rumah ini pasti ada sebuah sekat utama untuk mematikan aliran air dari tangki penampungan air kan?" Katanya setengah berpikir.

Aku tak mengerti.. Apa itu tangki penampungan air? "Aku tak tahu.." Ah.. rasanya aku akan menangis.

"Maria jangan menangis, aku tak marah kok. tenang saja ya!" Michael tersenyum meyakinkan aku, "Bisa kau bantu aku. Gantikan aku menyumbat pipa ini. Agar airnya tak menyembur keluar."

"Ba, baik!"

"Bersiap untuk menutupnya dengan kedua tanganmu ya. Aku akan melepaskannya, jadi akan ada semburan air."

"Baik."

Michael melepaskan tangannya dan air langsung menyembur. Aku segera menutup dengan tanganku ditambah sedikit jeritan karena airnya masuk ke telingaku. Aku berhasil!

"Bagus! Aku akan mencari dimana sekat air itu. jadi tunggu agak lama ya!" Michael melepaskan bajunya, meletakkannya di tepian bathtub. Ia sekarang bertelanjang dada dan berlari keluar dari kamar mandiku.

Lima belas menit berlalu, tapi tak ada tanda-tanda air berhenti. Ah.. tanganku sudah lelah. Setelah 20 menit akhirnya air tak lagi mengucur. Michael berhasil menemukannya dan mematikan aliran airnya!

Syukurlah!

Aku melepaskan tanganku, menyeka air yang membasahi wajahku. Aku benar-benar basah kuyup.

Michael datang dengan terengah-engah. Aku bisa menebak tempat sekat penampungan airnya pasti merepotkan untuk dijangkau.

"Akhirnya! aku akan memotong dan mengganti pipanya dengan yang baru. Syukurlah ada pipa tak terpakai yang aku temukan di atap." katanya sembari menunjukan sebuah pipa panjang berukuran 1 meter.

Michael sangat terampil mengerjakan hal ini dan itu. Akhirnya kran kamar mandiku selesai diperbaiki.

"Ah! akhirnya! terimakasih banyak Michael!"

Michael terduduk dilantai kamar mandiku, menyeka keringat di keningnya. Aku ikut duduk di sisinya, Melihat betapa berantakannya kamar mandi ini sekarang dan betapa kami basah kuyup, harus segera mengganti baju.

Ganti baju? Michael tak memakai baju! dan celananya basah, apakah aku punya pakaian yang bisa ia pakai? tak mungkin jika ia pulang dengan baju yang basah kuyup begini kan?!

"Maria," Ia memanggiku tapi tak melihat kearahku.

"Ah ya! kau harus ganti baju.."

"Ya, tapi yang lebih penting kau juga. itu.. Bajumu yang tipis .." Ia masih tak mau melihat ke arahku. Aku tak memahami maksudnya, tapi dengan kata baju tipis itu, aku langsung melihat diriku sendiri. Dan.. yah, braku terekspos dengan jelasnya. Kemeja yang aku pakai berbahan katun tipis, berwarna putih. Kau bisa menebaknya jika baju jenis itu terkena air.. warna kulitku pun bahkan dengan jelas telihat.

Aku langsung bangkit dan berlari ke kamar. Mengganti baju dengan yang lebih aman untuk menghadapi seorang pemuda asing basah kuyup di rumahku.

Sambil mencoba mencari pakaian pamanku yang tertinggal disini, aku mengingatnya ada banyak pakaian pamanku disini.

Akhirnya aku temukan, sebuah celana kain berwarna krem dan kaos hitam bertuliskan Hawaii di bagian dada. Aku harap pakaian ini pas untuk Michael.

Kembali ke kamar mandi untuk menyerahkan pakaian pada Michael. Aku setengah berlari, tapi lantainya licin, kakiku tergelincir dan Michael menangkapku. Sayangnya sebuah potongan pipa membuat kakinya tersandung dan kami berdua terjatuh ke dalam bathtub yang penuh dengan air tadi.

Kesialan kedua hari ini.

Aku terjatuh di dalam pelukan Michael, di dalam bathtub penuh air. Dan ya.. kami kembali basah kuyup, begitu juga baju ganti yang aku bawakan untuk Michael.

Posisi kami sangat aneh dan aku sulit bergerak. Michael juga sepertinya sama. Kedua tangannya memelukku. Kepalaku bersandar pada bahu dan dekat sekali dengan lehernya. Aku bisa melihat tanda lahirnya yang tadi aku sentuh.

Dengan susah payah aku meronta dan menggerakan tanganku yang tertindih oleh tubuh Michael, mendorong permukaan bathtub agar kami bisa bangun. Seharusnya Michael bisa meraih sisi bathtub dan bangun. Tapi entah kenapa dia hanya diam saja.

Jangan-jangan kepalanya terbentur?! jangan-jangan dia pingsan?!

"Michael?! Michael!!!" Aku panik.

"Aku sadar, Maria." suaranya pelan. Sedikit terengah, mungkin karena beban tubuhku yang menindihnya. Di tambah kami ada di dalam air dingin. Ini sudah masuk waktu malam, Kami bisa demam kalau begini terus!!

"Ah.. aku takut kau pingsan! kau bisa bangun Michael? aku tak cukup kuat mendorong tubuh kita berdua." aku kembali meronta. Tapi dia diam saja.

"Begini dulu sebentar." katanya pelan.

"ha?!" Dia bilang apa?! aku kedinginan!

Pelukannya makin erat dan aku bisa merasakan hembus nafasnya di dekat telingaku. "Sebentar saja." bisiknya.

Aaaaaah! apa ini gara-gara aku iseng menekan tombol powernya?! Bagian paling sensitif baginya aku rasa!

***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C11
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login